REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR — Bank Indonesia (BI) Sulawesi Selatan menyebutkan bahwa terdapat tiga sektor prioritas atau lapangan usaha yang memberikan kontribusi tinggi dalam menjaga stabilitas perekonomian sepanjang 2025.
Ketiganya yakni pertanian, perdagangan, dan industri pengelolaan. Sementara, khusus pada sektor pertanian berhasil menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Selatan Wahyu Purnama A mengatakan, di sektor pertanian produksi padi dan perikanan mengalami kinerja yang membaik. Hal ini didukung cuaca yang kondusif serta upaya pemerintah yang masif untuk mewujudkan swasembada pangan.
“Kontribusi pertanian pada pertumbuhan ekonomi kita di Sulawesi Selatan mencapai 24,55 persen di kuartal III 2025 atau mengalami kenaikan 5,32 persen jika dibandingkan pada kuarta yang sama di 2024. Capaian ini yang mendorong kinerja positif bagi sektor pertanian,” katanya, dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) Sulawesi Selatan Tahun 2025 bertajuk “Tangguh dan Mandiri: Sinergi Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Lebih Tinggi dan Berdaya Tahan”, di Ballroom Phinisi, Hotel Claro Makassar, kemarin.
Sementara, di sisi sektor perdagangan dapat tumbuh positif karena didukung oleh daya beli masyarakat yang semakin membaik. Di sektor ini pun menyumbang 14,75 persen terhadap stabilitas pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan.
Adapun pada kinerja sektor perdagangan tetap terjaga sejalan dengan kinerja industri makanan dan minuman yang meningkat seiring kinerja positif pada sektor pertanian.
Wahyu mengatakan, kontribusi tinggi pada sektor pertanian di Sulawesi Selatan ini memberikan dampak positif. Sebab berhasil menjadi penyangga kebutuhan pangan yang bukan hanya di wilayah Sulawesi, tetapi juga di Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua).
Bahkan, pangsa sektor pertanian Sulawesi Selatan mencapai 30 persen untuk Sulawesi, Maluku, dan Papua. Termasuk juga menyuplai kebutuhan pangan pada sebagian wilayah di Kalimantan.
“Jadi, bisa kita pahami betapa pentingnya peran pertanian Sulawesi Selatan itu di Sulampua ini, termasuk juga sebagian Kalimantan,” katanya.
Menurutnya, peningkatan sektor pertanian ini tidak terlepas dari keberhasilan program Mandiri Benih yang digagas Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Sebab, selama ini kualitas benih para petani dinilai masih perlu ditingkatkan, dan masih didatangkan dari Pulau Jawa.
“Sehingga kalau ada program Mandiri Benih, itu akan meningkatkan produktivitas ketahanan pangan kita,” ujarnya.
Ia menambahkan, kinerja positif perekonomian Sulawesi Selatan juga didukung oleh inflasi yang rendah dan terkendali. Secara konsisten, inflasi selalu terjaga dalam rentang sasaran inflasi 2,5± 1 persen sejak awal 2025.
“Pada periode Oktober 2025 inflasi Sulsel terjaga pada level 2,98 persen secara year on year (yoy), dengan Inflasi tahun berjalan sampai Oktober sebesar 2,42 persen,” katanya.
Meskipun masih terdapat kenaikan harga pada beberapa komoditas seperti emas perhiasan, sigaret kretek mesin, dan ikan laut. Namun harga sejumlah komoditas pangan strategis seperti cabai rawit, tomat, beras, dan cabai merah mampu dikendalikan dengan baik.
Sementara, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan dalam sambutan virtualnya bahwa ekonomi nasional berdaya tahan. Dari rentetan gejolak global stabilitas ekonomi tetap terjaga dengan pertumbuhan relatif tinggi.
“Capain ini pun tentunya karena adanya sinergi yang tinggi dari seluruh pihak yang ada. Dengan sinergi itu, Insyaa Allah kinerja ekonomi Indonesia pada 2026 dan 2027 mendatang akan lebih baik,” katanya.
Ia menerangkan, ada beberapa hal yang perlu diperkuat melalui sinergi seluruh pihak. Antara lain, memperkuat stabilitas dan mendorong permintaan, mendorong hilirisasi, industrialisasi, dan ekonomi kerakyatan, dan meningkatkan pembiayaan dan pasar keuangan.
Selain itu, mempercepat akselerasi ekonomi keuangan digital nasional, serta memperluas kerja sama investasi dan perdagangan internasional.
