REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR — Perekonomian di Sulawesi Selatan yang semakin membaik pasca pandemi Covid-19 ikut memberikan dampak positif bagi kinerja di sektor jasa keuangan.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 6, Sulawesi Maluku Papua (Sulampua) menyebutkan pada periode Agustus 2023 aktivitas jasa keuangan pada sektor perbankan mengalami pertumbuhan positif secara year on year (yoy).
Kepala OJK Regional 6 Sulampua Darwisman mengatakan, sektor perbankan periode Agustus 2023 tumbuh secara baik. Pada nilai aset tumbuh sebesar 10,13 persen, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 6,99 persen, dan nilai kredit tumbuh sebesar 12,18 persen.
Lanjutnya, sementara tingkat risiko kredit yang tercermin dari Non Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah masih tetap terjaga di angka 2,91 persen. Adapun indikator fungsi intermediasi Loan to Deposit Ratio (LDR) yang mencapai 121,75 persen.
“LDR diatas 100 persen tersebut mengindikasikan demand kredit masyarakat Sulawesi Selatan yang tinggi, sehingga bank harus mengambil likuiditas tambahan dari kantor pusat maupun memperkuat modalnya untuk memenuhi permintaan kredit masyarakat,” katanya dalam keterangannya, Senin, (30/10/2023).
Lanjutnya, pada sektor pasar modal, tingkat inklusi masyarakat terhadap produk saham, reksadana dan SBN mengalami pertumbuan yang cukup signifikan. Dimana tercermin dari jumlah rekening investasi yang mencapai 383.621 rekening atau tumbuh sebesar 42,21 persen.
“Sementara pada transaksi saham pada posisi Agustus 2023 mencapai Rp11,35 Triliun,” sebutnya.
Untuk sektor Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank (LJKNB) pada posisi Juli 2023 juga mencatatkan pertumbuhan yang positif pada berbagai jenis perusahaan diantaranya Dana Pensiun, Perusahaan Pembiayaan, LPEI, Pergadaian, Jamkrida Sulsel, Modal Ventura dan Fintech Peer to Peer Lending dengan tingkat risiko terjaga pada level yang terkendali.
“Indikator-indikator diatas patut kita syukuri bersama, namun kita tidak boleh berpuas diri. Karena upaya untuk meningkatkan literasi dan memperluas akses keuangan harus bisa dirasakan dampaknya bahkan hingga ke tingkat perdesaan,” terang Darwisman.
Selanjutnya pada periode Agustus 2023 penambahan jumlah rekening pada DPK sebesar 702.137 atau tumbuh 4,40 persen (ytd). Penambahan jumlah rekening pada DPK paling banyak berasal dari penambahan jumlah rekening tabungan sebesar 687.308, kemudian penambahan rekening Giro sebesar 13.464, dan Deposito 1.365.
Kemudian, penambahan jumlah rekening kredit juga meningkat sebesar 20.818 dengan pertumbuhan sebesar 1,44 persen (ytd). Pertumbuhan jumlah rekening konsumtif sebesar 4,16 persen (ytd) dengan penambahan jumlah rekening sebanyak 20.633 lebih tinggi jika dibandingkan pertumbuhan kredit produktif yang tercatat sebesar 0,02 persen (ytd) dengan penambahan 185 rekening.
“Perluasan Akses keuangan juga ditunjukkan pada peningkatan jumlah rekening investasi yang meningkat sebesar 77.390 atau tumbuh sebesar 25,27 persen (ytd). Peningkatan jumlah rekening terbesar terjadi pada produk Reksadana sebesar 62.364, kemudian Saham sebesar 13.529 dan SBN sebesar 1.497,” terangnya.
Dalam rangka memperluas akses keuangan pada segmen pelajar, OJK Sulampua juga turut mendorong Program Satu Rekening Satu Pelajar (KEJAR) untuk menanamkan budaya menabung sejak dini. Hingga Agustus 2023, tercatat Pembukaan Rekening untuk segmentasi pelajar sebanyak 2.049.342 rekening.
Kedepan OJK akan terus mendorong kesejahteraan masyarakat dengan memperkuat literasi dan inklusi keuangan. Hal ini penting, sebab dianggap salah satu persoalan atau tantangan yang dihadapi termasuk di Provinsi Sulawesi Selatan adalah terkait masalah kesejahteraan masyarakat. Dimana kesejahteraan masyarakat dan kesejahteraan finansial adalah dua hal yang saling terkait dan saling mempengaruhi.
“Saat kita berbicara tentang kesejahteraan masyarakat, kita tidak hanya merujuk pada kemakmuran ekonomi, tetapi juga pada kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan kesetaraan sosial. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa kesejahteraan finansial memainkan peran kunci dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan,” terangnya.
Menurut Darwisman, kesejahteraan finansial merupakan fondasi bagi kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Ketika individu memiliki kemampuan dan akses yang memadai dari sisi pendapatan, layanan keuangan, dan pengetahuan tentang literasi keuangan, maka cenderung dapat lebih memenuhi kebutuhan dasar mereka.
“Lebih dari itu, kesejahteraan finansial juga berdampak pada tingkat kemiskinan, kesenjangan sosial, dan stabilitas ekonomi masyarakat. Dengan meningkatkan akses ke layanan keuangan yang inklusif, kita dapat mengurangi kesenjangan ekonomi, memberdayakan individu yang kurang mampu, dan menciptakan masyarakat yang lebih sejahtera,” ujarnya.