Republiknews.co.id

Aksinomi Sulampua: BI dan ISEI Identifikasi Sumber Baru Menuju Ekonomi Berkelanjutan

Kepala Perwakilan BI Sulsel Rizki Ernadi Wimanda Seminar Nasional Call for Paper: Aksinomi Sulampua 2024, di The Rinra Hotel Makassar, kemarin. (Dok. BI Sulsel)

REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR — Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulawesi Selatan bersama Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Makassar melakukan identifikasi sumber ekonomi baru. Hal ini sebagai upaya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Hal ini pun dibahas dalam Seminar Nasional Call for Paper: Aksinomi Sulampua 2024 dengan tema “Optimalisasi dan Transformasi Ekonomi untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan”. Dalam tema tersebut membahas blue economy, transformasi digital, serta hilirisasi Sumber Daya Alam (SDA) dan pangan inklusif.

Kepala Perwakilan BI Sulsel Rizki Ernadi Wimanda mengatakan, salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi Sulawesi Maluku, dan Papua (Sulampua) adalah sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti nikel dan tembaga. Dalam jangka panjang, hal ini tentu menjadi ancaman bagi pertumbuhan ekonomi Sulampua.

“Di sisi lain, wilayah Sulampua memiliki keuntungan geografis berupa wilayah maritim yang dapat dimaksimalkan potensinya,” katanya, dalam kegiatan, di The Rinra Hotel, kemarin.

Menurutnya, dengan kondisi tersebut perlu dilakukan berbagai transformasi ekonomi melalui identifikasi sumber pertumbuhan ekonomi baru yang dapat menjadi penopang perekonomian. Keuntungan kompetitif Sulampua berupa wilayah maritim perlu dioptimalkan pemanfaatannya, baik dari sisi ruang maupun sumber dayanya.

“Harapannya, hal tersebut dapat memberikan multiplier effect yang tinggi kepada masyarakat serta dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Sulampua yang berkelanjutan,” terangnya.

Ke depan, BI Sulsel akan terus mendorong kualitas rekomendasi ke pemerintah guna mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Baik melalui berbagai temuan, gagasan, sumbangsih pemikiran, dan berbagai masukan atau kritik yang konstruktif melalui forum diskudi. Dalam pelaksanaannya, BI Sulsel juga akan terus bersinergi dengan berbagai pemangku kepentingan dan juga akademisi.

“Berbagai masukan konstruktif tersebut dapat berguna bagi pemangku kepentingan untuk merancang kebijakan yang tepat dan berbasis riset,” katanya Rizki.

Sementara, Asisten II Bagian Perekonomian Pemprov Sulsel Muhammad Ichsan Mustari mengungkapkan, tantangan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di wilayah Sulampua berupa ketergantungan terhadap sumber daya alam. Pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dapat diwujudkan dengan tiga strategi, yakni revitalisasi sektor penyumbang pertumbuhan konvensional, identifikasi sumber pertumbuhan ekonomi baru, dan memperkuat ketahanan dan pemberdayaan sosial.

“Sehubungan dengan hal tersebut, dibutuhkan sinergi antar berbagai pemangku kepentingan. Harapannya, seluruh langkah bersama dapat mewujudkan visi Indonesia Maju 2045,” ujarnya.

Di tempat yang sama, Pengurus Pusat ISEI, Prof. Bustanul Arifin mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan harus memanfaatkan ilmu pengetahuan dan inovasi guna meningkatkan produktivitas ekonomi.

Di sisi lain, kapasitas produksi Indonesia masih perlu dioptimalkan guna meningkatkan produktivitas pertanian. Sebab itu, dibutuhkan transformasi ekonomi yang didorong melalui insentif inovasi dan teknologi.

“Dalam jangka pendek, ekonomi Sulampua dengan competitive advantage dari sisi agromaritim memiliki potensi KAD dengan daerah lain melalui skema contract farming,” terangnya.

Selain itu, kedepan diharapkan terdapat hilirisasi investasi unggul berupa industri pangan fungsional. Utamanya, di bidang pertanian, perkebunan, dan kelautan.

Exit mobile version