Republiknews.co.id

Aktivitas IKNB Sulampua Tumbuh Positif, Pembiayaan Capai Rp52 Triliun

Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulselbar Moch. Muchlasin (kedua kiri), saat memaparkan perkembangan sektor jasa keuangan di Sulawesi Selatan, dalam Jurnalis Update OJK Sulselbar, di Kantor OJK Sulselbar, Jumat, (09/05/2025). (Dok. Chaerani/Republiknews.co.id)

REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR — Kinerja Industri Keuangan Non Bank (IKNB) di wilayah Sulawesi Maluku dan Papua (Sulampua) secara umum menunjukkan kinerja yang positif secara year on year (yoy). Khususnya pada periode April 2025.

Pada sektor Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML), khususnya pada sub sektor perusahaan pembiayaan hingga periode tersebut menunjukkan pertumbuhan secara tahunan 7,47 persen atau sekitar Rp52,374 triliun.

“Kami melihat pada April tahun ini total pembiayaan pada perusahaan pembiayaan tumbuh baik di angka 7,47 persen,” terang Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulselbar, Moch Muchlasin, dalam keterangannya, kemarin.

Hanya saja pada kinerja perusahaan modal ventura di periode April 2025 mencatatkan kontraksi atau penurunan secara tahunan di angka -7,02 persen atau mencapai Rp784 triliun.

Di sisi perusahaan pergadaian juga menunjukkan pertumbuhan yang sangat positif mencapai 30,20 persen, sedangkan kinerja perusahaan pinjaman daring (pindar) juga mengalami pertumbuhan 57,58 persen sepanjang periode Mei 2025.

“Total pinjaman yang disalurkan di perusahaan pergadaian mencapai sekitar Rp19 triliun, sementara jumlah outstanding pembiayaan di pindar mencapai Rp5,454 triliun,” sebut Muchlasin.

Adapun perkembangan INKB di Sulawesi Selatan juga menunjukkan pertumbuhan. Salah satunya pada perusahaan pembiayaan yang hingga Maret 2025 total piutang perusahaan pembiayaan mengalami pertumbuhan hingga 4,06 persen atau sebesar Rp19,03 triliun.

Kemudian pada capaian Noan Performing Financing (NPF) nya di periode tersebut sebesar 2,16 persen atau cukup baik dari periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar 2,24 persen.

Lanjut Muchlasin, jika pada kinerja perusahaan pembiayaan mengalami pertumbuhan, lain halnya pada kinerja pembiayaan perusahaan modal ventura. Dimana di periode dan tahun yang sama mengalami kontraksi sebesar -3,20 persen.

“Pembiayaan modal ventura kita saat ini mencapai Rp381 triliun, sedangkan di Maret 2024 lalu itu sebesar Rp394 triliun. Adapun kondisi NPF nya itu sebesar 6,38 persen,” ujarnya.

Selanjutnya, pada sektor INKB lainnya yakni pada total pinjaman yang disalurkan pada perusahaan pergadaian posisi Maret 2025 tumbuh 30,07 persen. Dimana mencapai Rp8,32 triliun dari tahun sebelumnya Rp6,40 triliun.

Di sisi aktivitas pinjaman daring (pindar) atau fintech peer to peer lending juga mengalami pertumbuhan yang positif jika melihat total tagihan (outstanding pinjaman) masyarakat. Dimana terjadi pertumbuhan sebesar 44,41 persen secara tahunan menjadi Rp1,92 triliun dari Rp1,32 triliun.

“Jumlah penerima pinjaman berdasarkan rekening hingga saat ini sebanyak 567.486 rekening. Kemudian secara tingkat wanprestasi menunjukkan kondisi terjaga sebesar 1,78 persen,” kata Muchlasin.

Sebelumnya, perkembangan INKB di Sulawesi Selatan juga menunjukkan pertumbuhan di periode Februari 2025 pada perusahaan pembiayaan, pergadaian, penjaminan, fintech P2P lending dan dana pensiun.

Sementara, pada sektor-sektor INKB yang mengalami pertumbuhan signifikan secara tahunan atau year on year (yoy) yakni, industri Fintech Peer to Peer Lending atau Pindar sebesar 47,99 persen yoy dengan nilai Rp1,90 triliun, pada kinerja perusahaan pergadaian tumbuh 27,22 persen atau sebesar Rp7,57 triliun yoy.

Selanjutnya, kinerja perusahaan penjaminan juga tumbuh 20,67 persen atau sebesar Rp807 miliar secara tahunan, dan perusahaan pembiayaan dengan pertumbuhan 5,41 persen dengan capaian Rp19,06 triliun. Kemudian, pada kinerja dana pensiun tumbuh 3,59 persen atau Rp1,60 triliun.

“Pada kinerja di industri modal ventura mengalami kontraksi -7,21 persen secara tahunan atau hanya mencapai Rp36 miliar,” terang Muchlasin.

Lanjutnya, pada total premi dalam perusahaan asuransi mengalami penurunan -3,74 persen secara tahunan atau sebesar Rp3,53 triliun di periode 2024. Akan tetapi dari sisi klaim asuransi masih tumbuh 4,55 persen atau sebesar Rp2,69 triliun.

Exit mobile version