Oleh: Falihin Barakati
Semenjak si Macron, Presiden Prancis itu mengeluarkan stetmen yang dianggap melecehkan Islam, ramai-ramai umat muslim di berbagai negara khususnya negara muslim memboikot produk-produk asal negara yang dijuluki Kota Mode itu. Ia dikecam banyak orang di berbagai negara dengan suara meledak-ledak dan bertubi-tubi seperti ledakan mercon di malam tahun baru.
Beberapa penduduk muslim di Indonesia, tak mau ketinggalan, juga ikut-ikutan memboikot. Namun, suatu kesyukuran Indonesia tidak seperti negara-negara lainnya yang Presidennya menyerukan warganya untuk melakukan pemboikotan. Presiden kita, Pak Jokowi masih bersikap bijak dan tidak mau ikut-ikutan gagap boikot-boikotan. Cukup melakukan kecaman keras, menyatakan sikap bahwa apa yang menjadi pernyataan Macron telah melukai perasaan umat Islam di dunia dan bisa memecah belah persatuan antar umat beragama di dunia. Itu sudah cukup melegitimasi bahwa negara kita sebagai negara muslim terbesar di dunia tidak diam dan mengecam keras pernyataan Macron yang menghina Islam itu.
Andai saja, beliau juga ikut-ikutan seperti Presiden Turki Erdogan, saya akan kebingungan mau memboikot produk asal Prancis yang mana. Sepatu yang saya kenakan bukan Louis Vuitton. Kemeja atau celana bukan Lacoste. Tas bukan Hermes. Kalau para pejabat, pengusaha atau selebritis pasti punya. Kalau masyarakat biasa, pasti gak punya. Kalau pun ada, KW-an. Jadi, percuma untuk masyarakat biasa, apa yang mau diboikot.
Itu beberapa produk fashion. Coba kita lihat di produk makanan dan minuman. Yang paling terkenal itu ada Aqua. Ini minuman air mineral kemasan yang sangat familiar. Saking familiarnya, semua minuman air mineral kemasan tak jarang disebut Aqua, padahal bukan merek Aqua.
Sekalipun brandnya adalah milik Prancis dibawah perusahaan Danone, tapi produk ini diproduksi di Indonesia sejak tahun 1973. Airnya pun bersumber dari mata air di Indonesia. Apalagi karyawannya, orang-orang Indonesia. Lalu, jika ada pemboikotan dan Aqua juga ikut diboikot, siapa yang rugi? Yang paling dikena dampaknya, sudah tentu para karyawannya. Bagaimana kalau karyawannya banyak yang beragama Islam? Kan kasihan, kita juga ikut rugi. Belum lagi pedagang kecil dan penjual asongan di pinggir jalan, kebanyakan mereka menjual minuman kemasan merek Aqua. Kalau gak laku, mau makan apa mereka. Jadi, kita gak usah sok-sokan dan ikut-ikutan memboikot, soalnya masyarakat juga bisa ikut rugi.
Lagian, tidak ada kaitan antara pernyataan si Macron itu dengan produk-produk asal Prancis di Indonesia. Apa yang diucapkan Macron adalah sebuah kesalahan besar yang menyakiti masyarakat muslim di seluruh dunia. Tetapi, bukan berarti kita gagap lalu ikut-ikutan meboikot produk dari negara yang dipimpinnya sebagai pembalasan atas pernyataannya.
Apalagi di Prancis memang sangat mengagungkan kebebasan berekspresi dan berpendapat bagi warga negaranya. Mereka menyebutnya liberte. Juga, di sana menerapkan sebuah konsep laicite, sebuah konsep sekularisme ala Prancis, dimana institusi pemerintah tidak berada di bawah norma-norma agama tertentu dan tidak didasarkan pada nilai-nilai agama, rohaniah maupun teologis manapun.
Saya coba membayangkan, jika saja yang mengeluarkan stetmen penghinaan terhadap Islam itu adalah Presiden China. Seberapa banyak produk-produk elektronik yang ada di dalam rumah, kita buang. Belum lagi perabot rumah tangga yang kebanyakan bertuliskan Made in China. Untungnya yang berstetmen itu adalah Presiden Prancis.
Lalu, kalau Presiden Amerika Serikat yang melakukan penghinaan itu? Sepertinya bisa dimaklumi. Wong dari dulu Amerika Serikat bukan hanya menghina tapi juga banyak memborbardir negara-negara Islam di Timur-Tengah, tapi tak sampai ada boikot-boikotan produk dari negeri Paman Sam itu. Buktinya KFC dan McDonald’s tetap ramai dikunjungi. Produk-produk teknologi brand Apple masih dan selalu laris di pasaran.
Jadi, tidak usah sok-sokan boikot-boikotan biar dibilang peduli Islam. Biar dibilang cinta Rasulullah Salallahu’alahi wa salam. Memangnya sejak kapan tingkat kepedulian dan kecintaan terhadap Islam dan Rasulullah ditentukan dengan pemboikotan produk-produk yang berasal dari negara yang pemimpinnya menghina Islam?
Sekalipun Presiden Prancis Emmanuel Macron sudah melakukan peghinaan terhadap Islam, tetapi kalian tetap mengidolakan Zinadine Zidan kan? Kalian juga masih tetap menjagokan Ayam Jantan Timnas Sepak Bola Prancis itu kan? Kalian jangan sampai ikut boikot-boikotan meraka juga, disitu pemainnya banyak beragama Islam.(*)
