Republiknews.co.id

Bone Dominasi Pengembangan Bisnis UMKM Klaster di Sulsel

Kepala OJK Sulselbar Darwisman. (Dok: Chaerani/Republiknews.co.id)

REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR — Pengembangan program pemberdayaan ekosistem bisnis usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) melalui klasterisasi secara wilayah mendominasi di Kabupaten Bone.

Di wilayah tersebut berhasil membentuk 165 klaster dengan 2.972 debitur dan jumlah plafond kredit sebesar Rp64 miliar. Kemudian, menyusul Kota Makassar yang berhasil membentuk 123 klaster dengan 1.466 debitur dengan penyaluran kredit sebesar Rp58 miliar.

Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulselbar Darwisman mengungkapkan, adanya pola pembiayaan melalui klasterisasi UMKM dapat memberikan kemudahan UMKM dari hulu hingga hilirisasi produknya. Hal ini akan berdampak pada peningkatan ekonomi UMKM hingga perekonomian Sulawesi Selatan.

“Belum lagi program ini akan menjadi program multiyears dengan mengangkat potensi-potensi komoditi unggulan Sulawesi Selatan,” terangnya.

Adapun kabupaten dan kota lainnya dengan realisasi program terbanyak yakni, di Kabupaten Gowa dengan 95 klaster dari 1.633 debitur serta penyaluran kredit sebesar Rp60 miliar. Kemudian, di Kabupaten Pangkep yang berhasil membentuk 82 klaster dari 756 debitur, serta Rp29 miliar jumlah plafond kreditnya.

Darwisman menyebutkan, di wilayah Sulselbar hingga triwulan III 2024, program ini telah membentuk 1.300 klaster bisnis yang terdiri dari 1.210 klaster di Sulawesi Selatan, dan 90 klaster di Sulawesi Barat. Sementara, terdapat 19.971 debitur UMKM, masing-masing 17.907 debitur di Sulsel, dan 1.530 debitur dari Sulbar. Adapun plafond kredit yang telah disalurkan sebesar Rp681 miliar, dimana sekitar Rp609 miliar di Sulsel, dan sekitar Rp71 miliar di wilayah Sulbar.

Sebelumnya, OJK Sulselbar mencatat program pemberdayaan ekosistem bisnis UMKM melalui klasterisasi di dominiasi dari sektor pertanian, perburuan dan kehutanan. Dimana dari total klaster yang ada sebanyak 599 klaster dari sektor pertanian, kemudian jika dilihat dari capaian 19.971 debitur UMKM, terdapat 9.947 pelaku UMKM berasal dari sektor tersebut. Adapun plafond kredit yang telah disalurkan sebesar Rp681 miliar, sementara penyalurannya ke sektor pertanian mencapai Rp357 miliar.

Selain itu, perikanan juga menjadi sektor unggulan pada pemberdayaan bisnis UMKM melalui klasterisasi. Dimana terdapat 217 klaster di sektor tersebut dengan jumlah debitur mencapai 3.859, serta berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp115 miliar.

Selanjutnya, yaitu di sektor industri pengolahan. Dimana dari sektor tersebut berhasil membentuk 235 klaster dengan 2.503 jumlah debitur. Adapun pada realisasi penyaluran kreditnya telah mencapai Rp97 miliar.

“Capaian sektor pertaniannya mencatat share tertinggi 46 persen, menyusul industri pengolahan 18 persen, kemudian perikanan sebesar 16 persen, penyediaan akomodasi dan makanan minuman 11 persen, dan perdagangan besar dengan share 5 persen,” jelas Darwisman.

Sementara, untuk ekosistem bisnis UMKM dengan kontribusi pembentukan klaster yang terendah berada di sektor perdagangan besar. Dimana berhasil membentuk 67 klaster dengan 851 debitur yang telah mengakses kredit sebesar Rp29 miliar.

“Di sektor lainnya yaitu bisnis UMKM pada industri penyediaan akomodasi, dan makanan minuman. Dimana baru membentuk 145 klaster dengan 1.860 jumlah debitur. Adapun pada realisasi penyaluran kreditnya telah mencapai Rp64 miliar.

Darwisman mengatakan, program klasterisasi UMKM ini memberikan dampak signifikan bagi masyarakat atau pelaku UMKM yang mengikuti program tersebut. Antara lain peningkatan volume produksi sebesar 51,44 persen, peningkatan harga jual hasil produksi sebesar 7,08 persen, dan peningkatan omzet dari hasil usaha sebesar 64,74 persen.

Exit mobile version