Republiknews.co.id

Didorong Produktif, WBP Lapas Parepare Mampu Rakit Mimbar Mesjid Berukiran Kaligrafi

WBP Lapas Parepare saat menyelesaikan (finishing) pengerjaan mimbar yang dilengkapi dengan ukiran kaligrafi. Kegiatan ini merupakan program peningkatan keterampilan yang ada di seluruh lapas dan rutin dibawah Kanwil Kemenkumham Sulsel. (Dok. Humas Kanwil Kemenkumham Sulsel)

REPUBLIKNEWS.CO.ID, PAREPARE — Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Parepare terus dibina untuk lebih produktif selama menjalani masa tahanannya.

Kini mereka pun mampu menghasilkan sejumlah karya kerajinan yang bernilai. Salah satunya mampu menghasilkan karya kerajinan mimbar mesjid yang dilengkapi dengan ukiran kaligrafi.

Pencapaian ini pun mendapat apresiasi dari Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sulawesi Selatan (Kanwik Kemenkumham Sulsel), Liberti Sitinjak.

Menurut Liberti, kreatifitas WBP yang ada di lapas dan rutan harus terus ditingkatkan agar mereka mampu memperoleh keterampilan.

“Tujuannya agar ketika mereka bebas nanti dapat mengembangkannya ke dunia usaha dan menjadi modal mereka untuk memperoleh penghasilan,” ungkap Liberti dalam keterangannya, kemarin.

Sementara, Kepala Lapas Parepare Totok Budiyanto mengungkapkan, hasil kerajinan dari kreatifitas WBP ini merupakan pembinaan keterampikan yang dilaksanakan di Lapas Parepare.

“Hal ditujukan agar narapidana lebih memiliki skill dan lebih mengikuti akan perkembangan pengetahuan,” ujar Totok.

Lebih lanjut, Totok mengatakan bahwa hal ini juga selaras dengan tujuan pemasyarakatan yaitu membentuk WBP menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri, tidak mengulangi kembali tindak pidana, dan diterima kembali oleh lingkungan masyarakat.

“Termasuk bagian dari berperan aktif dalam pembangunan, dan hidup secara wajar sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab,” ujarnya.

Totok mengungkapkan, selama mengikuti program pembinaan kemandirian, warga binaan diberikan terlebih pelatihan keterampilan kerja dan produksi dengan bekerja sama beberapa instansi terkait. Diantaranya Dinas Tenaga Kerja Kota Parepare, Lembaga Pelatihan Kerja YPA HANDAYANI Kota Parepare, Balai Pelatihan Vokasi dan Produktifitas Pangkajene & Kepulauan, serta bentuk kemitraan lainnya.

“Lapas Parepare menyediakan sarana dan prasarana bagi warga binaan untuk menyalurkan minat dan bakatnya. Sehingga meskipun di dalam lapas, mereka dapat meningkatkan skillnya,” lanjut Totok lagi.

Di tempat yang sama, Kepala Seksi Kegiatan Kerja Lapas Parepare Abdullah mengatakan, bahan baku dari pembuatan mimbar ini dipesan langsung dari Jepara.

“Di Lapas Parepare, mimbar tersebut dirakit sampai proses finishing (selesai),” ungkap Abdullah.

Proses perakitan mimbar ini menurut Abdullah dikerjakan selama tiga hingga enam hari untuk satu buah mimbar. Sementara, untuk jumlah produksi di tahun ini ditargetkan akan diproduksi empat mimbar atau tergantung pada permintaan konsumen.

“Hasil produksi ini dijual dengan harga berkisar Rp8 hingga Rp15 juta. Pemasaran juga dikakukan hingga luar Provinsi Sulsel, seperti Kota Mamuju dan Kota Kendari,” kata Abdullah.

Kegiatan membuat maubeler di Lapas Parepare ini merupakan salah bentuk kerjasama dengan pihak ketiga yakni dengan UD. KJF atau Kembar Jaya Furniture Kota Parepare.

“Untuk hasilnya, pihak Lapas Parepare hanya menerima ongkos kerja saja yang besarnya juga tergantung model atau jenis barang yang dikerjakan. Nilai ongkos kerjanya rata-rata antara Rp350 hingga Rp800 ribu per unit per set barang,” ungkapnya.

Selain pembinaan kemandirian tersebut, di Lapas Parepare juga digagas program Pelatihan Perkayuan, Finishing Meubeler Jepara dan furniture. Kemudian program pertanian, perikanan dan perkebunan, pangkas rambut atau Barbershop, pengelasan dan bengkel kerja (dico kendaraan), serta dan laundry.

Exit mobile version