Republiknews.co.id

Dua Anggota DPRD Matim Wujudkan Aspirasi SMPN 18 Borong

Foto bersama Dua Anggota DPRD Matim bersama Keluarga besar SMPN 18 Borong. (Foto: Yos Syukur / Republiknews.co.id)

REPUBLIKNEWS.CO.ID, MANGGARAI TIMUR —– Dua Anggota DPRD Manggarai Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Rikardus Runggat yang merupakan politisi Partai Hanura dan Abubakar Nasidin politisi PKS mewujudkan aspirasi  SMPN 18 Borong, Tanggo, Kelurahan Kota Ndora, Kecamatan Borong, dengan menggusur lapangan sekolah, menggunakan alat Excavator, Sabtu (12/08/2023).

Kegiatan penggusuran lapangan sekolah merupakan aspirasi dari pihak SMP 18 Borong, kedua anggota dari Komisi C DPRD saat melakukan Reses itu beberapa bulan lalu.

“Pada saat reses, kami menerima aspirasi dari para guru bersama orang tua (masyarakat) di SMPN 18 Borong,” kata Rikard kepada Republiknews.co.id di lokasi SMPN 18 Borong.

Politisi Hanura itu menambahkan, kegiatan penggusuran lapangan akan diikuti dengan satu item pekerjaan yaitu pembangunan Tembok Penahan Tanah (TPT).

“Jadi tanah yang digusur tidak dibuang, tapi tampung, bagian utara sekolah akan dibangun TPT,” katanya.

Pria berbadan tegap dan tegas itu menambahkan, selain penggusuran lapangan sekolah, aspirasi yang langsung di realisasikan ketika reses yaitu meteran listrik, infokus DNA lonceng sekolah.

“Kami memperjuangan aspirasi untuk kemajuan pendidikan di Manggarai Timur,” kata Rikard.

Sementara itu, politisi PKS Abubakar Nasidin membenarkan apa yang disampaikan pak Rikard.

Ia mengatakan, bantuan untuk SMPN 18 Borong serta penggusuran lapangan sekolah hari ini merupakan hasil perjuangan mereka berdua, sesuai kebutuhan SMPN 18 Borong.

“Lapangan ini memang harus diratakan, agar2 anak-anak sekolah nyaman ketika bermain dan melakukan aktifitas lainnya seperti olahraga, senam maupun apel hari kebangsaan,” ujarnya.

Pria ramah dan murah senyum itu menambahkan, untuk mendukung proses kegiatan belajar mengajar, tentu dibutuhkan berbagai perlengkapan, seperti listrik, infokus, jam sekolah juga lingkungan yang nyaman dan sejuk.

“Lokasi sekolah ini jauh dari jalan umum, nyaman dan sejuk. Karena itu sekolah ini harus ditata dengan baik dan apapun kebutuhan mereka harus diperjuangkan untuk kemajuan bersama dan menciptakan generasi yang unggul, maju dan berdaya saing,” tegasnya.

Pria yang akrab disapa Abu itu menambahkan, ia bersama pak Rikard akan terus berjuang mewalujudkan aspirasi masyarakat Borong dan Rana Mese.

Sementara Kepala SMP Negeri 18 Borong, Astika Fridyvianti, S.Pd dalam kesempatan itu senyum sembari mengusap air mata.
Ibu Astika, tidak bisa menutupi rasa bahagia. Air mata menetes dipipinya, sembari mengusapkan air mata, Ibu Astika mengutarakan isi hatinya.

“Kami sangat senang dan bahagia. Kerinduan kami bisa terwujud. Kami berterimakasih kepada pak Rikard dan pak Abubakar, karena mereka berjuang untuk sekolah kami,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.

Ia juga berterimakasih kepada guru-guru yang selalu kompak, bahu membahu dalam melaksanakan tugas sekolah.

“Saya bangga dengan guru-guru, meskipun semua bukan PNS, namun mereka sangat total, ikhlas bekerja, bahkan sampai di luar jam sekolah. Saya tegar karena mereka,” ucapnya.

Tidak lupa, Ibu Astika menyampaikan terimkasih kepada Keluarga besar Sympi Baru yang memberikan tanah untuk membangun sekolah.

“Terimkasih untuk pak Sympi, Komite dan orangtua siswa serta masyarakat, yang bahu membahu membangun ruang darurat sekolah ini,” katanya sambil mengusap air mata.

Ibu Astika menjelaskan, tiga ruangan kelas dibangun secara darurat berserta toilet. Bangunan berdinding pelupuh belantai tanah. Tapi dari sekolah ini sudah meraih prestasi ketika mengikuti perlombaan di tingkat kabupaten.

“Terimkasih untuk pemerintah Kabupaten Manggarai Timur, Dinas PPO yang selama ini memperhatikan sekolah kami,” pungkasnya.

Ia berharap, SMPN 18 Borong akan menjadi sekolah favorite dan teladan. Dengan memiliki gedung dan fasilitas yang baik. SMPN 18 Borong bisa bersaing dan meraih prestasi.

Pantau media, acara penggusuran  diawali dengan ritus adat. Ritus ini bertujuan untuk meminta perlindungan Tuhan dan leluhur agar proses penggusuran berjalan aman dan lancar.

Hadir pada kesempatan itu, tokoh masyarat, guru dan siswa SMP 18 Borong. (*)

Exit mobile version