Fenny Frans: Film Janda Lawan Opini Buruk di Masyarakat

Fenny Frans: Film Janda Lawan Opini Buruk di Masyarakat

REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR — Gala Premiere Film Janda di Makassar dihadiri sejumlah selebgram lokal, hingga pengusaha. Salah satunya pemilik bisnis skincare asal Makassar, Fenny Frans.

Fenny Frans mengungkapkan, film tersebut sangat menginspirasi, sebab membuat pandangan masyarakat yang beropini bahwa janda itu aib, dan tidak baik adalah sebuah kesalahan. Hal ini lantaran banyak perempuan dengan status janda atau ibu tunggal justru mampu memberikan inspirasi yang positif.

“Di film ini menempatkan bahwa status janda atau ibu tunggal itu tidak salah. Makanya yang menginspirasi saya dalam film ini yaitu adanya sosok perempuan yang berjuang melawan stigma buruk di masyarakat bahwa tidak semua janda itu aib, dan sebagainya,” terangnya usai menghadiri Gala Premiere Film Janda, di XXI Mall Panakukang, Makassar, Kamis, (22/08/2024).

Pesan lainnya menurut Fenny Frans yaitu kita tidak bisa beropini jelek kepada orang lain, termasuk kepada perempuan berstatus janda. Pasalnya, tidak ada yang menginginkan status tersebut, karena ada hal-lah yang memang tidak bisa di lawan dan diluar kendali manusia seperti takdir Tuhan.

“Menjadi janda bukan aib atau kesalahan, makanya perempuan diluar sana yang saat ini berstatus janda mari kita bangkit, menjalani hidup dengan berusaha. Menjadi ibu tunggal memang tidak mudah sebab butuh mental yang kuat, makanya sangat butuh dukungan,” tegasnya.

Dalam Film Janda ini juga mengangkat pesan bahwa perempuan bukan makhluk lemah. Karena setiap manusia termasuk perempuan punya kekuatan yang sama dengan laki-laki dalam hal apapun.

“Kita mampu, banyak perempuan yang memang hanya melemahkan dirinya sendiri. Makanya dari sekarang kita harus bangkit,” tutupnya.

Sebelumnya, Film berjudul Janda yang disutradarai Syahrir Arsyad Dini atau Rere Art2tonic kini tayang di bioskop Indonesia mulai 22 Agustus 2024.

Film yang diproduksi Paramedia Film Indonesia dan SKV Movie Entertainment dengan produser Erwin Aksa dan Sunny Vatvani ini mengisahkan perjuangan Prapti (Arlita Reggiana) dan anaknya Vina (Amanda Putri) yang sering ditinggal oleh suaminya, Agus (Rizal Habsyi), bekerja sebagai TKI di Timur Tengah.

Namun, kali ini Agus tiba-tiba hilang tanpa kabar, membuat masyarakat desa mulai menganggap Prapti sebagai seorang janda. Prapti harus menghadapi berbagai tekanan sosial, mulai dari pelecehan hingga pengucilan, namun ia berusaha tetap bertahan hingga suatu hari datang kabar yang mengubah hidupnya.

Produser Film Janda Rania Zulva mengungkapkan, di film ini pihaknya ingin membantah bahwa menjadi janda bukanlah sebuah hal yang untuk ditakuti atau salah di tengah masyarakat. Hanya saja memang hingga saat ini janda memiliki stigma yang buruk, dari film inilah kemudian pihaknya ingin membantah hal tersebut.

“Kami harap film ini bisa diterima oleh semua masyarakat, meskipun film sudah lama kami garap, tetapi masih realete hingga saat ini,” katanya.

Film Janda ini akan hadir di lebih 50 kota di Indonesia dengan target penonton usia 18 tahun keatas. Di film ini didukung oleh para pemain berbakat seperti Arlita Reggiana, Amanda Putri, Eva Udin, Daeng Mamat, Ria Raihana, Andi Wani dan beberapa selebgram Makassar.

“Film ini kita harapkan bisa diterima dengan baik melalui pesan yang kuat bahwa menjadi seorang janda atau ibu tunggal bukan lah aib di tengah-tengah masyarakat, ujarnya.

Sementara, Penulis Skenario Film Janda Rere Art2tonic mengungkapkan, bahwa ide untuk mengangkat tema janda muncul dari keinginannya untuk menyoroti sebuah realitas sosial yang jarang dibicarakan.

“Kenapa mengangkat soal janda?, karena selama ini tidak ada orang yang ingin mengangkat status kontroversial ini, padahal sering kita temui dalam keseharian. Laki-laki sering bermasalah dengan janda, dan stigma negatif ini mengakar kuat di masyarakat,” jelas Rere.

Untuk memberikan kedalaman pada filmnya, Rere melakukan riset mendalam selama enam bulan, termasuk survei terhadap empat janda. Penelitian ini menjadi dasar bagi pengembangan naskah, yang menggambarkan bagaimana janda berjuang menghadapi tekanan sosial, mengelola ekonomi, dan menjaga hubungan dengan Tuhan di tengah stigma yang menekan.

Proses produksi film ini tidak tanpa tantangan. Rere memilih Desa Bolaromang, Kabupaten Gowa, sebagai lokasi syuting karena pemandangannya yang indah. Namun, lokasi yang berada di puncak gunung dengan akses jalan sempit dan sulit dijangkau, membuat tim produksi harus mengatasi berbagai kesulitan, termasuk harus menggunakan mobil pengangkut sapi untuk mencapai lokasi syuting.

Selain itu, kendala bahasa juga menjadi tantangan tersendiri. Film ini menggunakan bahasa Indonesia untuk memperluas jangkauan pasar, termasuk bioskop di Jawa, para aktor yang terbiasa dengan logat Makassar harus bekerja keras mendalami bahasa Indonesia untuk adegan tertentu.

Arlita Reggiana, yang memerankan karakter utama Prapti, mengaku menghadapi kesulitan dalam memerankan seorang janda, karena dirinya sendiri belum pernah menikah.

“Ini karakter utama dan pertama kalinya saya menjadi janda. Apalagi saya masih gadis, jadi solusinya saya membaca skrip berulang dan belajar mendalami peran ini. Pandangan soal janda harus diubah dan harus saling menghargai,” kata Arlita.

Film Janda ini pun diharapkan dapat membuka mata masyarakat terhadap realitas yang dihadapi oleh para janda di Indonesia, sekaligus menantang stigma yang selama ini melekat.