Republiknews.co.id

Hasan Fauzi Ajak Gen-Z di Makassar Cerdas Manfaatkan Layanan Keuangan Digital

Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto OJK Hasan Fawzi saat memberikan Kuliah Umum pada Digination OJK, di Kampus Universitas Islam Makassar, Jumat, (18/10/2024). (Dok. Chaerani/Republiknews.co.id)

REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR — Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto OJK Hasan Fauzi mengajak generasi Gen-Z agar lebih cerdas menggunakan layanan keuangan digital. Sehingga, hal yang perlu didorong yakni memperkuat literasi keuangan hingga inklusi keuangan digital.

Hal ini diungkapkan saat memberikan Kuliah Umum pada Digital, Financial, Literacy atau Digination Otoritas Jasa Keuangan (OJK), di Kampus Universitas Islam Makassar. Dalam pertemuan ini dirinya memaparkan terkait Peran Inovasi Teknologi Sektor Keuangan Dalam Terus Membuka Peluang dan Tantangannya Bagi Para Gen-Z dan Milenial.

Hasan mengungkapkan, di era perkembangan teknologi saat ini ikut mempengaruhi akses layanan keuangan digital yang makin mudah dan luas. Bahkan secara nasional sekitar 2.300 layanan lembaga jasa keuangan yang masuk dalam pengawasan OJK.

Di tengah besarnya potensi dan peluang layanan keuangan digital, tentunya bukan tanpa resiko. Sehingga OJK akan terus hadir untuk memastikan peningkatan literasi keuangan digital di kalangan masyarakat dapat terus dilakukan, khususnya pada kalangan Gen-Z.

“Pemahaman yang baik tentang inovasi dan keuangan digital tentu menjadi kunci dalam terus memastikan bahwa Gen-Z dapat menggunakan produk dan layanan keuangan digital secara bijak,” katanya, dalam pertemuan, Jumat, (18/10/2024).

Kemudian, untuk meningkatkan literasi keuangan digital ini para Gen-Z harus memahami profil atau kebutuhannya sendiri. Dimana tidak tergoda oleh orang sekitar yang mungkin berbeda kebutuhannya atau yang dikenal saat ini yakni fenomena YoLo (You Only Live Once), Fomo (Fear of Missing Out), Fopo (Fear of Other People’s) dan lainnya.

Perlunya mendorong pemahaham yang baik dan bijak dalam menggunakan layanan keuangan digital kepada kalangan Gen-Z, sebab jika mengacu pada data Indeks Literasi Digital, pencapaian Indonesia hanya 62 persen atau tercatat sebagai negara yang terendah jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia yang rata-rata mencapai 70 persen.

Selain itu, jika mengacu pada Survei Nasional Literasi Inklusi Keuangan (SNLIK) OJK di 2024 indeks literasi keuangan kita baru mencapai 65 persen, dan 75 persen untuk inklusi keuangan secara nasional.

“Ini artinya meskipun akses layanan keuangan digital sudah semakin luas, tetapi pemahaman masyarakat terhadap resiko dan manfaat, termasuk penggunaannya melalui media digital ini masih terbatas,” terangnya.

Lanjut Hasan, tantangan ini pun sangat relevan bagi masyarakat saat ini, terutama Gen-Z yang merupakan kelompok digital Native atau yang sangat dekat dengan kemajuan teknologi.

“Meskipun mereka (Gen-Z) ini dekat dengan dunia teknologi yang berkembang, tapi seringkali karena pemahaman yang kurang dan mendalam kemudian tergoda atau terbujuk untuk memanfaatkan layanan yang berisko tinggi, nah ini yang harus kita hindari,” tegas Hasan Fauzi.

Dengan melihat kondisi tersebut, OJK pun terus mengajak masyarakat agar dalam penggunaan layanan keuangan digital perlu menggunakan prinsip kehati-hatian atau 2L (legal dan logis). Dimana, dimaksudkan agar masyarakat menggunakan layanan keuangan digital yang legal, dan logis.

“Jadi kalau tawarannya tidak logisnya artinya ada yang salah, makanya harus dipahami. Kadang yang legal saja masih banyak bikin pusing apalagi yang ilegal, dan ini kadang sulit kami bantu,” ujarnya.

Sementara, Kepala OJK Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat Darwisman mengungkapkan, sebagai upaya mendorong peningkatan literasi dan inklusi keuangan secara massif dan merata, OJK pada 22 Agustus 2024 lalu mencanangkan Gerakan Nasional Cerdas Keuangan (Gencarkan).

“Sebagai upaya memaksimalkan program Gencarkan ini, kami di Sulselbar juga akan mengimplementasikan berbagai aktivitas yang sejalan dengan key value program,” ujarnya.

Ada lima key value Gencarkan, diantaranya, pelaksanaan kegiatan Literasi Inklusi Keuangan (LIK) di seluruh wilayah Indonesia menjangkau seluruh kabupaten dan kota di Indonesia dengan berkolaborasi stakeholder terkait. Kemudian, monthly campaing kegiatan LIK yang terarah dan terkonsentrasi melalui kampanye bulanan, dan pemanfaatan media dan teknologi digital untuk mengkampanyekan kegiatan Gencarkan.

Exit mobile version