Republiknews.co.id

HWDI Sulsel Dorong Layanan Kesehatan Hingga Posyandu Remaja Ramah Disabilitas dan Kusta

Sejumlah remaja dari Forum Anak Makassar dan remaja disabilitas binaan HWDI Sulsel saat mengikuti Pertemuan bertajuk "Sensitivitas Anggota Forum Anak Makassar dan Media Terkait Penyedia Layanan Kesehatan yang Ramah Bagi Remaja Disabilitas dan Kusta", di Cafe Plasgozz, Jalan Yusuf Daeng Ngawing, Makassar, Sabtu, (09/12/2023). (Dok. Chaerani/Republiknews.co.id)

REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR — Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Sulawesi Selatan menilai penyedia layanan kesehatan, salah satunya Posyandu Remaja masih belum ramah disabilitas dan kusta.

Bahkan dalam keberadaannya belum melibatkan peran dari remaja penyandang disabilitas dan kusta. Atas dasar tersebut, HWDI Sulsel mencoba mengajak kelompok remaja melalui Forum Anak Makassar (FAM), termasuk media untuk lebih sensitif terhadap hal tersebut.

Upaya ini pun diwujudkan dengan menggelar pertemuan bertajuk “Sensitivitas Anggota Forum Anak Makassar dan Media Terkait Penyedia Layanan Kesehatan yang Ramah Bagi Remaja Disabilitas dan Kusta”. Kegiatan ini berlangsung di Cafe Plasgozz, Jalan Yusuf Daeng Ngawing, Makassar.

Project Officer Bodytalk HWDI Sulsel Nirmala mengungkapkan, pada pertemuan ini dihadiri 14 remaja dari perwakilan FAM, dan beberapa remaja disabilitas dampingan HWDI Sulsel.

“Dalam pertemuan ini dikhususkan membahas terkait keberadaan Posyandu Remaja yang ada saat ini,” katanya di sela-sela kegiatan, Sabtu, (09/12/2023).

Kata Nirmala, Posyandu Remaja ini perlu didorong perannya, sebab bagian dari layanan penyedia informasi kesehatan. Salah satunya pada informasi mengenai Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR).

Apalagi, pihaknya menilai keberadaan Posyandu Remaja belum memberikan hak yang sama antara perempuan penyandang disabilitas dan non disabilitas.

“Kami ingin remaja disabilitas dan kusta juga dapat memperoleh haknya, termasuk mendapatkan layanan kesehatan yang ramah bagi mereka,” terangnya.

Apalagi menurutnya, salah satu tantangan besar adalah kurangnya pengetahuan remaja terkait informasi kesehatan seksual dan reproduksinya. Sebab, pemberian pengetahuan tentang kesehatan seksual dan reproduksi ini belum diberikan secara menyeluruh dan tepat kepada remaja disabilitas, bahkan remaja non disabilitas.

“Posyandu kan merupakan wadah yang baik bagi remaja untuk saling merangkul, menampik stigma terhadap disabilitas dan kesenjangan yang ada di masyarakat. Menggunakan pendekatan pear to pear merupakan langkah yang baik agar mereka dapat menjadi konselor sebaya,” kata Nirmala.

Tujuan pertemuan tersebut tentunya diharapkan mampu membangun Posyandu Remaja yang inklusif dengan ramah bagi disabilitas dan kusta. Sehingga, nantinya keberadaannya tidak hanya melibatkan disabilitas untuk menjadi kader posyandu-nya, namun juga remaja disabilitas dan kusta juga dapat mengakses layanan posyandu di masing-masing kelurahannya.

“Makanya tidak datang ke puskesmas hanya ketika sakit saja, tapi mereka harus terinformasi dengan baik bahwa ada layanan kesehatan yang mereka bisa akses yang petugas dan kadernya juga seorang remaja,” katanya lagi.

Melalui upaya tersebut pihaknya berharap keberadaan Posyandu Remaja di kelurahan dampingan HWDI Sulsel sulsel dapat menjadi contoh bagi posyandu di kelurahan lain.

Sementara, Bidan Puskemas Pattingalloang, Makassar Hasranah dalam materinya membahas terkait Posyandu Remaja yang Inklusif.

Ia mengatakan, hak anak dalam mendapatkan perlindungan kesehatan telah diatur dalam sejumlah kebijakan. Baik melalui UUD 1946 melalu Pasal 28B ayat 2 dan Pasal 28H ayat 1, serta pada UU Kesehatan No.36 Tahun 2009 terkait Kesehatan Anak.

“Pemenuhan ini pun menjadi tanggungjawab bersama, baik pemerintah maupun kita semua yang ada dalam pertemuan ini,” katanya.

Pemenuhan hak anak salah satunya adalah terkait pemenuhan hak kesehatannya. Berbagai layanan kesehatan pun dibentuk agar akses kesehatan bagi anak dapat dipenuhi. Salah satunya dari keberadaan Posyandu Remaja.

“Posyandu Remaja ini adalah program edukasi pembinaan kesehatan yang menyasar remaja di masyarakat. Baik remaja sekolah maupun yang putus sekolah,” terangnya.

Pelaksanaan Posyandu Remaja tersebut dalam rangka mendekatkan pelayanan kesehatan di masyarakat.

“Posyandu Remaja ini di kelola oleh remaja atau kader posyandu remaja di setiap desa dan kelurahan,” ujarnya.

Adapun manfaat keberadaan Posyandu Remaja terbagi atas tiga. Pertama, bagi remaja, yaitu pengembangan aktualisasi diri, memperoleh pengetahuan dan keterampilan, meningkatkan partisipasi, dan aktif dalam kegiatan bernilai positif.

Kedua, bagi petugas kesehatan yaitu, mendekatkan akses layanan kesehatan, membantu remaja memecahkan masalah yang spesifik, dan meningkatkan capaian kinerja.

Ketiga, mendekatkan koordinasi dalam pemberian pelayanan secara terpadu, dan meningkatkan peluang mewujudkan remaja yang berkarakter, cerdas dan inovatif.

Selain itu, perlu juga didorong lingkungan dengan konsep inklusi. Dimana merupakan lingkungan sosial masyarakat yang terbuka, ramah, meniadakan hambatan, dan menyenangkan bagi seluruh kelompok masyarakat. Termasuk saling menghargai dan merangkul setiap perbedaan.

Di tempat yang sama Ketua Forum Anak Makassar Erwin mengaku, dalam pertemuan tersebut pihaknya dapat mengetahui seperti apa layanan kesehatan yang ramah bagi remaja disabilitas dan kusta.

“Tentunya kegiatan ini sangat baik sekali karena menambah wawasan kami juga untuk mengetahui seperti apa seharusnya layanan kesehatan yang inklusif itu. Terkhususnya kepada teman-teman disabilitas dan kusta,” katanya.

Tentunya dari kegiatan ini kedepannya pihaknya akan ikut berkontribusi, khususnya dalam menyuarakan peningkatan layanan yang ramah bagi remaja disabilitas dan kusta.

Exit mobile version