0%
logo header
Jumat, 21 Oktober 2022 13:57

HWDI Sulsel Dorong Pemahaman HKSR Remaja Serta Anak Perempuan Disabilitas dan Kusta

Arnas Amdas
Editor : Arnas Amdas
Ketua HWDI Sulsel Maria Un. (FOTO. Chaerani/Republiknews.co.id)
Ketua HWDI Sulsel Maria Un. (FOTO. Chaerani/Republiknews.co.id)

REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR — Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Sulawesi Selatan mulai mendorong pemenuhan Hak Kesehatan Seksual Reproduksi (HKSR). Khususnya pada remaja dan anak perempuan penyandang disabilitas, maupun kusta.

Ketua HWDI Sulsel Maria Un mengatakan, isu HKSR mulai didorong sebab ia melihat pemahaman kesehatan seksual dan reproduksi ini adalah hal penting untuk dipahami remaja dan anak perempuan penyandang disabilitas, maupun kusta.

“Kenapa kemudian kesehatan seksual dan reproduksi seksual itu penting, karena kami melihat pemahaman seksual dan reproduksi seksual itu berperan bagaimana kemudian disabilitas perempuan, khususnya anak dan remaja itu bisa mengenal tubuhnya sebagai perempuan,” katanya saat ditemui, Jumat (21/10/2022).

Baca Juga : HWDI Sulsel Dorong Layanan Kesehatan Hingga Posyandu Remaja Ramah Disabilitas dan Kusta

Hanya saja, dalam hal ini pihaknya perlu melakukan strategi-strategi khusus. Sebab jika berbicara tentang penyandang disabilitas itu memiliki ragam dan kerentanan yang berbeda-beda. Seperti untuk ragam disabilitas intelektual, dan mental itu sangat rentan jika dibandingkan dengan disabilitas netra, rungu dan lainnya.

Sehingga dalam memberikan pemahaman tentang tubuhnya sebagai anak perempuan memang membutuhkan strategi-strategi dan skill yang memang perlu dipelajari khusus. Tujuannya agar mereka mampu untuk mengenal tubuhnya, utamanya bagian-bagian pada tubuh yang mana bisa dan tidak bisa disentuh oleh orang lain.

“Kalau kita bicara soal disabilitas intelektual, itu kemampuan mereka untuk mengerti dan memahami, serta menjalankan setiap instruksi atau informasi yang diterima itu kan tidak sama dengan anak-anak yang lain. Apalagi jika itu membahas soal HKSR, sehingga memang kami memerlukan pelibatan seluruh pihak,” ujarnya.

Baca Juga : Sasar 15 Kelurahan, INKLUSI-BaKTI dan YLP2EM Parepare Gelar Penguatan Kelompok Konstituen

Kata Maria, dalam pemahaman HKSR ini, selain remaja dan anak perempuan penyandang disabilitas dan kusta dapat mengetahui anggota tubuh mereka yang bisa disentuh dan tidak disentuh oleh orang lain. Mereka juga diberikan pandangan, agar dikemudian hari jika ada yang menjadi korban kekerasan seksual, itu bisa mengetahui kemana tempat mereka untuk bercerita.

Mendorong pemahaman HKSR pada remaja dan anak perempuan penyandang disabilitas dan netra dinilai bukan hanya menjadi tanggungjawab pemerintah (negara) dan pihak-pihak lainnya saja. Melainkan, peran orangtua yang memiliki anak perempuan penyandang disabilitas juga dinilai perlu memiliki pemahaman terkait kesehatan seksual dan reproduksi seksual.

“Kenapa kemudian banyak orangtua yang tidak paham, karena menghadapi kondisi anaknya saja mereka sudah bingung, bagaimana mengajar dan berkomunikasi dengan mereka, di tambah lagi kesibukan dalam sehari-hari untuk mencari nafkah dan lain-lain,” katanya.

Baca Juga : HWDI Sulsel Kenalkan Orangtua Dengan Anak Disabilitas dan Kusta Pendidikan HKSR

Hal lainnya, yakni stigma dan diskriminasi, termasuk pembedaan terhadap anak-anak disabilitas dalam keluarga itu masih terjadi. Adanya pembedaan ini menimbulkan pandangan bahwa remaja dan anak disabilitas itu tidak penting untuk diperhatikan, termasuk terkait pentingnya edukasi kesehatan seksual dan reproduksi bagi anak mereka.

“Sementara di sisi lain, kami melihat bahwa karena kerentanan mereka sebagai penyandang disabilitas, belum lagi karena dia remaja dan anak perempuan sehingga seharusnya merekalah yang diutamakan,” tegas Maria.

Apalagi, tidak dapat dipungkiri bahwa tidak semua remaja dan anak perempuan penyandang disabilitas itu mendapatkan akses pendidikan yang layak. Baik di sekolah luar biasa maupun di sekolah-sekolah inklusi. Termasuk, pendidikan terkait kesehatan dan reproduksi seksual itu belum menjadi prioritas untuk diberikan kepada remaja dan anak perempuan penyandang disabilitas disabilitas dan kusta.

Baca Juga : HWDI Sulsel Gandeng PKBI Perkuat Pengetahuan HKSR ke FAM, Anak, Remaja Disabilitas, dan Kusta

“Intinya peran keluarga, peran orangtua itu menjadi sangat penting karena merekalah yang memiliki banyak waktu bersama anak. Sehingga orangtua juga penting mendapatkan pemahaman soal HKSR ini,” ujarnya.

Beberapa persoalan inilah dianggap perlunya HWDI memberikan pengetahuan atau pendidikan seksual terkait kesehatan dan reproduksi seksual kepada remaja dan anak perempuan penyandang disabilitas dan kusta. Termasuk melawan ketabuan di tengah-tengah masyarakat yang menganggap isu HKSR bukanlah hal penting untuk diberikan ke remaja dan anak.

“Semua intervensi ini adalah ujungnya bagaimana kemudian ada perubahan, ada dukungan sistem, dan adanya dukungan kebijakan. Bahkan kami berharap bahwa hak kesehatan dan reproduksi seksual ini nantinya menjadi kurikulum yang wajib untuk diajarkan di sekolah luar biasa, dan sekolah inklusi lainnya,” katanya.

Baca Juga : HWDI Sulsel Gandeng PKBI Perkuat Pengetahuan HKSR ke FAM, Anak, Remaja Disabilitas, dan Kusta

Ia menjelaskan, ada beberapa langkah strategis yang akan dilakukan. Salah satunya yaitu menyiapkan fasilitator dari tenaga kesehatan di puskemas dan guru-guru di sekolah luar biasa.

Sehingga tujuan jangka panjangnya, para guru-guru nantinya bisa mengajarkan kesehatan seksual dan reproduksi seksual di sekolah-sekolah. Kemudian, tenaga kesehatan di puskesmas bisa memaksimalkan pelayanan posyandu remaja itu kemudian mempertimbangkan kebutuhan spesifik penyandang disabilitas dalam mengakses kesehatan remaja di posyandu.

Libatkan Forum Anak

Baca Juga : HWDI Sulsel Gandeng PKBI Perkuat Pengetahuan HKSR ke FAM, Anak, Remaja Disabilitas, dan Kusta

Penanggung Jawab Program HKSR HWDI Sulsel Siti Aisyah mengatakan, dalam mendorong isu tersebut, pihaknya akan melaksanakan empat kegiatan yang akan melibatkan berbagai pihak. Mulai dari Forum Anak, sekolah luar biasa (SLB), Non-Governmental Organization (NGO), dan unsur pemerintahan terkait.

Kegiatan awal yang akan dilakukan yakni melibatkan forum anak dan media pada kegiatan “Sensitivitas Forum Anak dan Media Terkait Layanan Kesehatan Puskemas yang Ramah Bagi Remaja dan Anak Disabilitas dan Kusta”. Pertemuan tersebut rencananya akan berlangsung pada Minggu, 23 Oktober 2022 mendatang.

“Di pertemuan ini kami akan ada pemaparan narasumber terkait jenis dan ragam disabilitas yang dibawakan perwakilan HWDI Sulsel. Serta isu HKSR dari petugas Puskesmas Pattingalloang,” ujarnya.

Baca Juga : HWDI Sulsel Gandeng PKBI Perkuat Pengetahuan HKSR ke FAM, Anak, Remaja Disabilitas, dan Kusta

Selain itu, kegiatan tersebut akan dilakukan selama empat kali di lokasi berbeda dengan melibatkan empat puskesmas yang ada di Makassar. Di antaranya, Puskemas Gusung, Puskemas Pattingalloang, Puskemas Tamalate dan Puskesmas Pertiwi.

“Langkah awal pelibatan forum anak ini, sebab memang kami melihat belum ada dari anak-anak penyandang disabilitas yang juga dilibatkan dalam forum anak. Nah dari pertemuan ini kita harap bagaimana kemudian kita membangun sensitifitasnya mereka tentang isu disabilitas, utamanya isu HKSR,” ujarnya.

Penulis : Chaerani
Redaksi Republiknews.co.id menerima naskah laporan citizen (citizen report). Silahkan kirim ke email: [email protected] atau Whatsapp +62 813-455-28646