Republiknews.co.id

IPPI Sulsel Ajak Perempuan Positif HIV di Makassar Lebih Produktif dan Mencintai Diri

Puluhan perempuan positif HIV di Makassar saat mengikuti Healthy Cooking and Mental Health Workshop di Kantor Community Based Center Yayasan Gaya Celebes (CBC YGC), di Jalan Andi Djemma, No.50, Kota Makassar, Sabtu (04/02). Kegiatan tersebut merupakan rangkaian Love Positive Woman yang digelar IPPI Sulawesi Selatan. (Chaerani/Republiknews.co.id)

REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR — Puluhan perempuan positif HIV di Kota Makassar diajak lebih produktif dan mencintai diri sendiri melalui gerakan Love Positive Woman. Gerakan yang dilaksanakan Ikatan Perempuan Positif Indonesia (IPPI) Sulawesi Selatan melalui kegiatan Healthy Cooking and Mental Health Workshop ini agar semakin menguatkan kesehatan mental perempuan yang hidup dengan HIV di Kota Makassar, serta menambah kapasitas informasi kandungan gizi dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari.

Koordinator Program Love Positive Woman Makassar Arfianti mengatakan, Love Positive Women adalah rangkaian acara internasional yang pertama kali dilaksanakan di Taronto, Kanada dengan menggunakan hari valentine sebagai latar belakang. Kemudian menciptakan platform bagi individu dan komunitas untuk terlibat dalam tindakan cinta dan kepedulian bagi perempuan yang hidup dengan HIV.

Apalagi, lanjutnya di Indonesia sendiri pelaksanaan peringatan bagi kelompok positif HIV AIDS hanya diperingati dua kegiatan. Antara lain, peringatan Hari HIV AIDS Sedunia pada 1 Desember dan Malam Renungan AIDS pada Mei setiap tahunnya. Hanya saja sejak 2013 lalu penggiat HIV AIDS di Kanada mengadakan Love Positive Woman untuk mengajak individu dengan HIV dan AIDS, khususnya perempuan agar tetap menjadi individu produktif dan mencintai dirinya sebagai penderita HIV AIDS. Kegiatan ini pun diikuti oleh beberapa negara di dunia, termasuk di Indonesia.

“Cuman di Makassar ini memang merupakan kegiatan kami yang pertama kali. Kami melaksanakan di Makassar karena memang ada kesempatannya,” katanya di sela-sela kegiatan yang berlangsung di Kantor Community Based Center Yayasan Gaya Celebes (CBC YGC), di Jalan Andi Djemma, No.50, Kota Makassar, Sabtu (04/02/2023).

Perlunya pertemuan atau wadah seperti ini menurutnya, juga untuk saling menguatkan sebab hingga saat ini individu dengan positif HIV, utamanya perempuan masih mendapat stigma ganda di masyarakat. Belum lagi perempuan positif HIV sering kali masih belum bisa membuka diri lebih luas dengan lingkungan sekitaranya, bahkan pasangan sekalipun untuk berbagi cerita.

“Lewat pertemuan seperti ini kita bisa saling mendekatkan, karena kita biasanya tidak bisa bicara dengan keluarga, sahabat, bahkan pasangan sekalipun makanya dengan adanya ruang ini atau bersama-sama dengan sesama individu positif itu bisa semakin nyambung untuk bercerita. Mulai dari persoalan anak, ekonomi, pengalaman sebagai penderita, persoalan pengobatan, dan lainnya sehingga kita bisa saling meningkatkan kepercayaan diri, serta saling menguatkan,” terangnya.

Pada pelaksanaan Healty Cooking atau memasak sehat, pihaknya mengajak serta ahli gizi di Kota Makassar untuk berbagai pengetahuan tentang makanan-makanan sehat dan bergizi yang bisa diolah menjadi masakan untuk meningkatkan kebutuhan gizi demi pemenuhan kekebalan tubuh, dan membantu proses pengobatan. Selain itu juga akan dilakukan shering feelings dengan mendatangkan konselor HIV AIDS yang akan mengajak menumbuhkan cinta pada diri sendiri dan menciptakan dukungan serta menjaga kesehatan mental pada diri secara personal dan kepada perempuan positif HIV lainnya.

“Kita harapkan kegiatan ini bisa menjadi agenda tahunan dari IPPI Sulsel sebagai upaya pembuktian bahwa individu dengan positif HIV juga dapat membuat kegiatan-kegiatan positif dan terlibat di lingkungan masyarakat,” tegas Afri.

Sementara Koordinator IPPI Sulsel Rahayu mengungkapkan, dalam kegiatan tersebut diikuti puluhan perempuan positif di Kota Makassar. Di mana mereka tergabung dalam organisasi dan komunitas penggiat HIV AIDS, seperti Dukungan Sebaya Edelwais, IPPI Sulsel, dan Metasupoort.

Ie mengaku, perempuan yang hidup dengan HIV lebih mungkin mengalami depresi dan terkungkung dalam kesedihan. Kondisi ini karena mereka masih merasa kewalahan, tidak berdaya dan tidak mampu menghadapi diagnosis HIV. Sehingga dianggap sangat
perlu aktivitas melepaskan kesedihan agar menumbuhkan cinta pada diri sendiri dan menciptakan dukungan, serta menjaga kesehatan mental pada diri secara personal dan kepada perempuan positif HIV lainnya.

“Infeksi HIV pada perempuan tidak semata-mata disebabkan oleh ketidaktahuan atau ketidakpahaman akan cara-cara pencegahan HIV. Namun karena perempuan tidak memiliki kekuatan sosial, serta ekonomi, sehingga mereka tidak mempunyai posisi tawar untuk melindungi diri mereka. Juga perempuan lebih rentan karena faktor anatomi tubuh (biologis dan ketubuhan perempuan) tertular HIV,” terangnya.

Selain itu, stigma dan diskriminasi sering terjadi karena belum maksimalnya informasi yang diterima oleh masyarakat menyebabkan mereka tidak mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan hidup, beban ganda, dan berujung pada mengikisnya kepercayaan diri dalam bertahan hidup dengan HIV.

“Makanya dengan adanya pertemuan ini kita sesama perempuan positif HIV bisa membangun rasa mencintai diri sendiri dan mendukung sesama perempuan HIV dengan menjaga kesehatan mental. Kemudian memahami penerimaan diri sebagai perempuan yang hidup dengan HIV, dan mengetahui kandungan nilai gizi pada makanan yang dikonsumsi untuk diri sendiri dan keluarga untuk di praktek nantinya,” tutup Ayu sapaan akrabnya.

Exit mobile version