REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR — Beredar isu bahwa akan ada pergantian Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) RI, menanggapi hal itu Ketua Bidang Geostrategi dan Hubungan Internasional Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI), Tri Alvin Machwana berharap agar diisi oleh Kaum Muda dan bukan kader Partai Politik.
Pria kelahiran asal Kabupaten Bone Sulawesi Selatan ini menjelaskan, bahwa kondisi anak muda saat ini cukup memprihatinkan secara kelembagaan, banyaknya persoalan yang juga tak kunjung usai.
“Melihat proses pembangunan pemuda kita yang ditargetkan 57.67 di tahun 2024 masih belum tentu dapat dicapai,” kata Alvian.
Lanjutnya, bahkan tantangan pembangunan potensial lembaga kepemudaan ini mengalami penurunan di tahun 2020.
“Sementara Pada tahun 2022 sendiri kita baru naik lebih dari 1%, tentu ini sangat memprihatinkan. Artinya proses konsolidasi lembaga kepemudaan masih belum maksimal. Oleh karena itu penting kiranya Kemenpora dipimpin oleh anak muda agar kaum muda Indonesia lebih diperhatikan,” jelas Alvian.
Lebih lanjut, Alumni Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia itu juga menerangkan, bahwa ada 5 hal yang harus diperhatikan dalam membangun Pemuda.
“Pembangunan pemuda itu di ukur dari 5 hal, pertama adalah pendidikan, kedua kesejahteraan, ketiga akses lapangan pekerjaan, keempat itu kesehatan dan kelima adalah partisipasi dan kepemimpinan gender,” terangnya.
Ia juga cukup kesal melihat kementerian atau lembaga kepemudaan yang justru secara nyata tidak pro dengan kepentingan pemuda.
Menurutnya, Kementerian Pemuda dan Olahraga itu seharusnya didominasi oleh anak muda atau yang usianya dibawah 40 Tahun dan seorang profesional, dan yang mengerti apa sebenarnya kebutuhan anak muda untuk hari ini dan masa depan.
“Bukan semata-mata menjadikan jabatan Menteri sebagai karir,” sindirnya.
Tak hanya itu, ia pun mengungkap, bahwa ada ketimpangan dalam dunia olahraga Indonesia.
Saya ambil contoh, jelas Alvian, bagaimana negara-negara berhasil menciptakan partisipasi dibidang olahraga misalnya, seperti belanda yang kalau kita belajar mereka menjadikan olahraga tidak sebagai orientasi prestasi akan tetapi dibudayakan.
“Berbeda dengan dunia olahraga kita, melihat jumlah penduduk 270 juta dan hanya memiliki fasilitas sekitar 20.138 dari 83.931 desa/kelurahan, itu saja sudah timpang,” ungkapnya.
Pengacara dan Kurator muda itu juga berpendapat, bahwa agar masa depan pemuda dan olahraga kita lebih baik, setidaknya seluruh stakeholder pemuda memberi saran dengan mendorong kepentingan Kementerian Pemuda dan Olahraga diisi oleh anak muda yang mengerti tentang tantangan serta jalan keluar atas permasalahan yang ada.
“Idealnya, yang mengisi Kementerian Pemuda dan Olahraga adalah anak muda dibawah umur 40 tahun dan bukan kader partai politik,” tegasnya
Pemuda yang memiliki rekam jejak, kompetensi, serta terlibat aktif dalam proses isu kepemudaan dan olahraga.
Lanjutnya, Pemerintah harus mengerti bagaimana seharusnya potensi bonus demografi dimaksimalkan.
“Intinya hanya anak muda yang mengerti bagaimana anak muda itu dikelola, dibangun sehingga memberi yang terbaik bagi nusa dan bangsa,” pungkasnya. (*)