REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR — Yayasan Jenewa Madani Indonesia, menjadi lembaga yang digandeng Unicef Indonesia untuk melakukan upaya pencegahan stunting. Dalam mendorong upaya tersebut, pihaknya melibatkan peran media untuk memberikan informasi dan literasi yang benar terkait stunting.
Direktur Yayasan Jenewa Madani Indonesia Surahmansah Said mengatakan, stunting merupakan program nasional, dan masih menjadi perhatian besar hingga saat ini. Sejak 2021, Unicef Indonesia telah memberikan dukungan untuk penguatan program gizi di Indonesia.
Upaya yang dilakukannya juga dengan menggandeng beberapa lembaga yang ambil perhatian pada isu kesehatan. Salah satunya Jenewa Madani Indonesia.
“Dukungan program gizi ini, salah satunya juga di Sulawesi Selatan. Salah satu program penguatan di sektor gizi ini adalah tentang stunting,” katanya, saat membuka Orientasi Media “Upaya Pencegahan Stunting Melalui Peningkatan Kapasitas Media di Provinsi Sulawesi Selatan”, di Best Western Makassar, Kamis (20/10/2022).
Menurut Surahmansah, dalam upaya pencegahan stunting ini dianggap perlu melibatkan media dalam rangka memberikan edukasi ke masyarakat. Tujuannya agar masyarakat betul-betul mengetahui bagaimana dampak dari stunting bagi isu kesehatan.
“Kami menilai media menjadi salah satu jalur atau corong informasi bagi masyarakat. Agar program terkait stunting menjadi lebih terdengar dan program bisa bergerak secara bersama atau massif maka media sangat diharapkan dukungannya,” ujarnya.
Sementara, Kepala Kantor UNICEF Perwakilan Sulawesi dan Maluku Henky Widjaja mengungkapkan, pemerintah memiliki target untuk bisa menurunkan angka prevalensi stunting ke 14 persen pada 2024 mendatang.
Kondisi prevalensi stunting di Sulawesi Selatan dinilai mengalami kemajuan. Pasalnya, pada 2019 lalu, Sulsel dinilai berhasil menekan prevalensi stunting dari 35 persen menjadi 30 persen.
“Bahkan berdasarkan data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) bahwa Sulsel dari 30 persen turun lagi ke 27 persen. Menggapai nilai 14 persen ini pun dinilai masih sangat jauh, sehingga masih dibutuhkan dukungan, dan peran media pun dianggap penting dalam hal ini,” ujarnya.
Meskipun menurutnya, penurunan prevalensi stunting bukan hanya lewat angka penurunan di masing-masing daerah. Tapi bagaimana memastikan stunting bagian dari satu masalah yang krusial harus diperhatikan.
“Melihat peran media tentunya ini menjadi penting karena dalam perjalanan pelaksanaan pengentasan stunting di Sulsel masih banyak kekurangan. Media pun dianggap menjadi fungsi kontrol,” katanya.
Seperti, lanjut Henky, seperti mobilisasi, sosialisasi, dan edukasi. Apalagi telah dibuktikan pada dukungannya untuk program Bulan Imunisasi Nasional (BIAN) tahun ini. Di mana Sulawesi Selatan berhasil menjadi provinsi nomor satu untuk vaksinasi BIAN di luar Pulau Jawa dengan angka 95,1 persen.
“Awalnya angka ini masih rendah, tetapi setelah media ambil bagian dengan menulis informasi yang benar dan jelas, serta mengkritisi daerah-daerah yang masih rendah cakupannya itu membuat daerah langsung melakukan upaya serius sebab mendapat atensi dari pemerintah,” ujarnya.
Pemberitaan media terkait isu stunting dinilai bisa sangat mudah menjadi rujukan informasi bagi masyarakat. Sehingga dinilai bisa mengedukasi masyarakat secara lebih.
“Kita harapkan pemberitaan tentang stunting ini jadi lebih masif dan lebih jelas. Masyarakat bisa mengetahui bagaimana langkah strategis pemerintah untuk upaya penanganan, serta masyarakat bisa lebih mendapatkan informasi yang jelas dan benar, sehingga ada respon yang baik juga dari pemerintah,” ujarnya.
Pada orientasi media ini melibatkan puluhan jurnalis dari berbagai platform media. Baik elektronik, cetak dan media online. Para peserta juga bukan hanya jurnalis dari Kota Makassar, tetapi dari beberapa daerah lainnya seperti Kabupaten Maros dan Gowa. (*)