REPUBLIKNEWS.CO.ID, MUNA — Badan Pusat Statistik (BPS), Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra) menafsirkan jumlah penduduk miskin di Bumi Sowitie meningkat di tengah pandemi Covid-19.
Dimana, Jumlah Penduduk miskin di Muna tahun 2021 bertambah sekitar 1,81 ribu jiwa, yang sebelumnya tahun 2020 hanya 28,73 ribu jiwa, kini di tahun 2021 menjadi 30.54 ribu jiwa.
“Dari data presentase tingkat kemiskinan di Muna naik 0,71 persen. Jadi total keseluruhan terhitung awal Maret 2020 untuk Muna, 12,83 persen menjadi 13,54 ditahun 2021,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Muna, Leman Jaya, Selasa (19/04/2022).
“Dampak meningkatnya penduduk miskin di Muna diakibatkan adanya kenaikan harga kebutuhan bahan pokok disaat pendapatan menurun imbas dari virus Pandemi Covid 19,” ucap Jaya.
Leman Jaya menjelaskan, naiknya angka kemiskinan disebabkan harga bahan pokok naik karena harga bahan bakar juga naik. Jika dulu masyarakat membeli premium Rp 6.450, maka saat ini terpaksa berpindah atau berganti dengan pertalite yang harganya Rp 7.650 perliter, atau naik sekitar 18 persen. Itu alasan mengapa jumlah penduduk miskin meningkat.
“Pengukuran kemiskinan dilihat dari garis kemiskinan. seseorang dianggap miskin rata-rata dilihat dari pendapatan dan pengeluaran atau keduanya. Untuk menurunkan kemiskinan cukup dijaga daya beli masyarakat dan pihak yang terkait selalu mengecek pasokan bahan pokok,” ucapnya.
Kata Leman Jaya, kemiskinan banyak terjadi di daerah pedesaan sehingga dalam setiap kesempatan melakukan sosialisasi, pihaknya bersama pemerintah daerah ikut menyarankan agar memaksimalkan Anggaran yang turun ke Desa.
“Misalnya memberdayakan anggaran desa dengan menciptakan sesuatu yang produktif misalnya seperti menciptakan usaha agar masyarakat setempat dapat lebih produktif memanfaatkan bantuan yang ada,” ucapnya.
“Untuk mengantisipasi itu Leman berharap Pemerintah Daerah bisa menjaga atau mengecek pasokan ketersedian harga barang. Begitupula dana bantuan dari Pemerintah ke masyarakat di upayakan bisa digunakan untuk kebutuhan usaha berkelanjutan,” pungkasnya. (*)
