*Warga Masih Timba Air di Sungai
REPUBLIKNEWS.CO.ID, MANGGARAI TIMUR – Kemeriahan perayaan HUT RI ke-77 yang digelar Pemerintah Manggarai Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur yang dipusatkan di Lehong, belum terasa hingga ke Wejang Kalo, Kecamatan Borong.
Betapa tidak. Warga di Wejang Kalo, Kecamatan Borong ternyata untuk memenuhi kebutuhan air untuk keperluan sehari-hari, masih menimba air dari Sungai Wae Pake.
Indonesia sudah merayakan HUT kemerdekaan yang ke 77, selama itu juga warga Wejang Kalo menimba air di Sungai Wae Pake. Warga Wejang Kalo yang terletak di jalur jalan negara lintas Flores ini sangat merindukan air bersih.
Salah seorang warga Wejang Kalo yang enggan namanya disebutkan menjelaskan, pemerintah sebenarnya sudah gelontorkan dana miliaran rupiah untuk fasilitas air bersih. Namun, kata dia, hasil akhirnya mubazir.
“Proyek pemasangan fasilitas air bersih seperti pipa sudah dilaksanakan sebanyak tiga kali. Saya lupa tahunnya. Pasang pipa, lalu lepas dan dibiarkan hancur dan hilang,” ujar warga tersebut.
Ia juga mengatakan, proyek yang diperkirakan telah menghabiskan anggaran miliaran rupiah sejak tahun 2017 itu, hasilnya nihil. Sebab, sumber airnya tidak jelas.
Seharusnya, kata dia, sebelum proyek dilakukan pastikan dahulu airnya apakah bisa masuk ke Wejang Kalo.
Ia membeberkan, informasi yang diperoleh bahwa paket pengerjaan air minum di Wejang Kalo-Tanggo dikerjakan tahun 2017, bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) senilai Rp. 1.990.000.000 dikerjakan oleh CV Sinar Agung Murni.
Alasan air tidak masuk ke wayah ini, karena tekanan air dari Borong menuju ke Wejang Kalo-Tanggo sangat lemah. Apalagi Wejang Kalo-Tangho berada di ketinggian.
“Nah, kalau alasannya begini, lalu kenapa dilaksanakan sampai menelan anggaran Rp 1,9 Miliar. Ini ada unsur kesengajaan habiskan anggaran meskipun hasilnya gagal sampai sekarang ini,” ujarnya.
Ia menambahkan, kalau semua perencanaan seperti proyek disini, maka negara dirugikan, masyarakat dipermainkan. Pemerintah dan aparat terkesan masa bodoh atau diduga sama-sama kenyang dari hasil proyek ini.
“Aparat, baik kejaksaan maupun Tipikor, harus berani ambil sikap, kasihan masyarakatnya. Ini proyek apa hanya sekedar senang-senang, karena pipa hilang, air tidak pernah jalan, kontraktor nyaman, masyarakat dan negara dirugikan”, tutupnya.
Ia juga mengatakan, selain menimba air di sungai, Warga Wejang Kalo juga biasa membeli air yang dijual oleh sopir tangki air. Harganya Rp50-100 ribu per tangki air yang berukuran, 1000-500 liter.
“Air itu pun diambil dari sungai Wae Bobo. Soal higienisnya urusan ke dua, yang penting ada air untuk minum, mandi, cuci,” pungkasnya.
Sampai berita ini diturunkan, pihak Dinas PUPR Matim belum memberikan penjelasan. Republiknews.co.id akan berupaya mengkonfirmasi kembali pihak terkait. (*)
Yos Syukur