REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR — Portal Kesehatan Masyarakat (Portkesmas), didukung UNICEF Indonesia membangun kolaborasi dengan berbagai pihak dalam rangka menyiapkan tenaga komunikator untuk imunisasi human papillomavirus (HPV) atau kanker servis bagi anak.
Dalam kolaborasi “Jaga Bersama” ini, Portkesmas dan UNICEF Indonesia bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Makassar, Dinas Pendidikan Kota Makassar, serta Kelompok Kerja Komunikasi Risiko dan Pelibatan Masyarakat (Pokja RCCE+). Kerjasama ini diimplementasikan dengan melatih keterampilan kepada tenaga pendidik dan kesehatan melalui Pelatihan Komunikator Kesehatan untuk imunisasi HPV.
Pelatihan ini dipusatkan di Hotel Santika Makassar dengan diikuti sekitar 30 peserta yang terdiri dari tenaga kesehatan, guru, dan penyuluh kesehatan dari lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk meningkatkan penerimaan masyarakat pada imunisasi dengan menggunakan metode Komunikasi Antar-Pribadi (KAP).
“Jadi kami latih para tenaga kesehatan dan pendidik (guru) agar lebih terampil dalam membangun komunikasi demi mewujudkan sebuah perubahan prilaku dalam hal mengajak masyarakat untuk mendukung pemberian imunisasi HPV bagi anak perempuan demi mencegah terjadinya kanker mulut rahim,” kata Spesialis Perubahan Perilaku UNICEF Indonesia, Rizky Ika Syafitri, di sela-sela kegiatan, Kamis, (03/10/2024).
Menurutnya, upaya ini perlu mendapat perhatian sebab penyakit serviks (kanker mulut rahim) ini menjadi salah satu pembunuh perempuan tertinggi di Indonesia. Bahkan secara data nasional mencatatkan sekitar 36 ribu perempuan terserang penyakit serviks ini.
“Bahkan rata-rata kalau datang ke rumah sakit itu sudah di stadium lanjut sehingga agak sulit ditolong, itu makanya angka kematiannya tinggi,” terangnya.
Sementara, di sisi lain masih banyak masyarakat, utamanya orangtua yang ragu melakukan imunisasi HPV kepada anak-anak perempuan mereka. Padahal imunisasi tersebut memiliki manfaat yang luar biasa bagi anak perempuan.
“Imunisasi merupakan intervensi kesehatan masyarakat yang efektif dan terbukti mencegah jutaan kematian di seluruh dunia. Imunisasi rutin untuk anak diberikan gratis kepada semua anak tanpa memandang status sosial ekonomi, pekerjaan, suku dan agama. Jadi mari kita pastikan anak kita mendapatkan hak nya untuk hidup sehat dan mencapai cita-citanya,” ujar Rizky.
Pelatihan ini juga katanya merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Training of Trainers yang telah dilakukan dua bulan lalu melalui kolaborasi “Jaga Bersama”. Kedepannya, kegiatan ini dapat diadopsi daerah lain secara mandiri sehingga akan lebih banyak tenaga komunikator kesehatan yang dibentuk.
“Jadi memang kita ingin setelah ini, daerah secara mandiri bisa meneruskan inisiatif ini, supaya bisa mengkomunikasikan berbagai program kesehatan dengan cara-cara yang mudah dipahami dan menyenangkan,” harapnya.
Anak Perempuan Usia 11 hingga 12 Tahun Jadi Target Imunisasi HPV
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Makassar, dr Andi Mariani mengatakan, sejak 2018, Makassar telah masuk dalam pilot program ini. Bahkan menjadi kota pertama di wilayah Sulawesi Selatan yang mulai mencanangkan imunisasi HPV bagi anak perempuan.
“Kami awalnya melakukan kampanye untuk edukasi tentang pelaksanaan vaksinasi HPV ini pada anak sekolah perempuan di kelas 5 dan 6 SD,” katanya.
Pemberian imunisasi HPV ini pun menyasar anak usia 11 dan 12 tahun, sebagai bentuk memberikan pencegahan sejak dini terhadap penyakit mematikan yakni kanker serviks.
“Kita fokuskan anak, karena mereka yang paling berisiko terkena human papillomavirus ini, apalagi mereka belum memasuki fase menstruasi sehingga dari imunisasi akan terbentuk kekebalan di dalam tubuhnya. Makanya kita cegah sejak sekarang ini,” terangnya.
Kampanye untuk melakukan imunisasi HPV bagi anak perempuan tentunya dibutuhkan keterlibatan tenaga komunikator kesehatan. Olehnya, dari pelatihan ini akan semakin banyak pihak-pihak yang memberikan informasi ke masyarakat tentang pentingnya imunisasi ini, termasuk mengambil peran sebagai sumber informasi terpecaya di tengah-tengah masyarakat yang masih belum percaya.
“Para tenaga komunikator kesehatan ini pastinya memiliki kemampuan untuk melakukan pendekatan berbeda ke masyarakat untuk merubah dari yang sebelumnya tidak mau membawa anaknya imunisasi, menjadi mau. Apalagi ini adalah hak anak, untuk tetap sehat,” ujar Andi Mariani.
Sementara, untuk pemberian imunisasi HPV sejak digagasnya program tersebut yakni sekitar 80 ribu anak perempuan pada usia sasaran. Pemberian imunisasi dilakukan sebanyak dua dosis dengan jenjang waktu satu tahun.
“Ketersediaan vaksinnya karena kita di droping dari pusat Allhamdullillah terus tersedia,” katanya.
Kemudian, untuk kendala masih kurangnya perempuan yang mengakses layanan Skrining IVA ini yaitu stigma (malu) di masyarakat. Termasuk masyarakat yang masih tabu akan hal tersebut, serta menganggap adalah sesuatu hal yang biasa saja sehingga tidak menjadi prioritas.
“Makanya ini menjadi PR bagi pemerintah untuk lebih banyak mengedukasi masyarakat karena banyak orang sebetulnya mau periksa, tetapi karena tidak tahu bahwa sebagaimana berbahayanya itu tidak melakukan pemeriksaan padahal ini semua tersedia di puskesmas,” ungkapnya.
Kendala lainnya adalah pemberian imunisasi HPV kepada anak perempuan usia sasaran yang tidak bersekolah. Sementara pemberian imunisasi ini sifatnya tidak diskriminatif, sehingga semua anak memiliki hak yang sama untuk hal ini.
“Ini kami sudah bekerjasama dengan dinas sosial untuk mencari tahu dimana tempat-tempat anak-anak yang tidak bersekolah, termasuk di beberapa panti asuhan,” ujarnya.
Di tempat yang sama, Analis Monitoring dan Evaluasi Dinas Pendidikan Kota Makassar, Andi Asma menyampaikan apresiasinya atas program kolaborasi ini. Apalagi, ini bersinergi dengan program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).
“Kami tentunya memberikan dukungan penuh agar bagaimana pelaksanaan imunisasi kepada anak ini berjalan lancar. Dalam pelatihan ini ada 15 tenaga pendidik dari 15 sekolah yang dilatih dan mereka adalah para wali kelas,” katanya singkat.
Direktur Eksekutif Portkesmas dr Basra Amru, menyampaikan keinginan kuat organisasi anak muda, Portkesmas untuk dapat berkontribusi pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia.
“Kami akan memanfaatkan dukungan UNICEF secara optimal untuk dapat membantu puskesmas, sekolah dan organisasi lain di daerah untuk bekerjasama meningkatkan kualitas layanan kesehatan. Kami berharap kemampuan tenaga kesahatan, guru, dan penyuluh kesehatan meningkat untuk dapat mempromosikan imunisasi dengan cara yang mudah dicerna oeh masyarakat,” harapnya.
Salah satu peserta pelatihan dari Puskesmas Mamajang, Nur Asmi Noviani mengaku, pelatihan dengan teknik KAP ini merupakan pengalaman pertamannya.
“Saya terkesan ternyata teknik ini membuat orang tua antusias dengan pemberian imunisasi untuk anaknya. Saya berharap ilmu ini dapat membantu saya dalam mengedukasi masyarakat tentang berbagai layanan kesehatan yang ada dengan cara yang menyenangkan”, katanya.