REPUBLIKNEWS.CO.ID, GOWA — Sejumlah wisatawan mengaku dimudahkan dengan berbagai perubahan yang ada di Museum Balla Lompoa Kabupaten Gowa. Salah satunya dengan adanya sejumlah koleksi yang telah dilengkapi barcode, sehingga akan memudahkan dalam mengenali sejarah yang ada.
Fungsi barcode yang ada pada puluhan koleksi tersebut akan memberikan informasi terkait sejarah koleksi dan ditawarkan dalam dua bahasa, yakni bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Pengembangan penggunaan barcode pun dilakukan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gowa bekerjasama Mitologi Bumi Sulawesi (MBS) sebagai pihak yang menyiapkan sistemnya.
“Ini sangat membantu kita, karena hanya tinggal masukan barcode semua informasi terkait koleksi bisa kita dapatkan dengan mudah. Apalagi dihadirkan dengan dua bahasa yakni Indonesia dan Inggris,” kata salah satu wisatawan Isriah Zulqaimah saat berkunjung ke Museum Balla Lompoa, kemarin.
Guru UPT SDN 128 Inpres Minasabaji, Kabupaten Maros ini mengaku, keberadaan Museum Balla Lompoa mengalami peningkatan yang cukup signifikan jika dibandingkan saat dirinya berkunjung beberapa tahun yang lalu. Dimana waktu itu dalam penyelesaian studi program sarjananya dia melakukan penelitian di Museum Balla Lompoa.
“Terakhir kesini waktu penelitian, ternyata banyak sekali kemajuannya. Bukan hanya koleksi-koleksi yang sudah ada barcodenya, tetapi juga kondisi di luar museum seperti kawasannya itu sangat berubah, lebih rapi dan modern, tapi tidak menghilangkan kearifan lokal yang ada,” katanya.
Hal senada diungkapkan wisatawan lainnya, Fitriasari. Ia mengaku takjub dengan perubahan kawasan Balla Lompoa saat ini, sebab diakui terakhir berkunjung pada 2016 lalu lokasi kawasan Balla Lompoa yang berlokasi di Jalan M. Wahid Hasyim tidak seperti sekarang ini.
“Kami melihat ada perubahan yang cukup signifikan. Mulai dari pelayanannya yang lebih terarah lagi, tempatnya yang semakin bagus dan suasananya juga sangat berbeda,” singkatnya.
Begitu juga yang diungkapkan wisatawan asal Makassar Nurjayanti. Keberadaan Museum Balla Lompoa saat ini menurutnya telah banyak perubahan yang terjadi dari tahun ke tahunnya.
“Meski saya hanya lihat dari luar kalau lewat tapi kelihatan sekali perbedaannya dari dulu dan sekarang. Kita harap si terus bagus seperti ini, bahkan kalau bisa lebih bagus lagi,” terang pegawai di RS Ibnu Sina Makassar ini.
Ia menilai dengan perubahan Balla Lompoa sekarang ini, tentunya pemerintah daerah menaruh perhatian dengan banyak-banyak menganggarkan untuk peningkatan fasilitasnya.
“Tetapi memang sudah seharusnya begitu agar awet dan lestari, kan kalau seperti ini para pengunjung juga bisa senang belajar,” tegasnya.
Sementara, Kepala Bidang Kebudayaan Disparbud Gowa Ikbal Thiro mengungkapkan, sebagai tahap awal dari 450 koleksi yang ada di Museum Balla Lompoa, baru sebanyak 55 item koleksi yang telah terpasang sistem barcode pada 2022 lalu. Pengunjung yang menggunakan sistem barcode ini akan segara mendapatkan informasi melalui smartphone masing-masing.
“Ini bagian upaya kami mengikuti perkembangan digital yang ada sekarang ini. Apalagi ini lebih efesien, jadi pengunjung yang menggunakan sistem barcode atau scan ke koleksi yang memiliki tanda barcode langsung memperoleh informasi yang jelas dan detail tentang koleksi itu,” katanya.
Disebutkan, 55 item koleksi yang telah di barcode adalah koleksi-koleksi utama yang ada di Museum Balla Lompoa. Antara lain, riwayat tentang Raja-raja Gowa yang pernah berkuasa, kemudian mahkota raja atau Salokoa dan aksesoris lainnya, dan senjata-senjata tajam tradisional yang dipergunakan di zaman kerajaan Gowa.
“Termasuk juga beberapa pakaian-pakaian adat yang menjadi koleksi kami di Museum Balla Lompoa,” terang Ikbal lagi.
Kedepan, pihaknya pun menargetkan seluruh koleksi yang ada di Museum Balla Lompoa bisa diakses pengunjung hanya dengan melalui barcode. Sehingga pengunjung yang datang akan lebih mudah mendapatkan informasi yang ada pada setiap koleksinya.
Selain itu kata Ikbal, perbaikan Museum Balla Lompoa juga dilakukan tahun ini melalui pembaharuan beberapa sistem dan perbaikan tata letak koleksi dengan menyiapkan tempat penyimpanan koleksi (lemari) yang baru.
“Selain itu juga ada beberapa sistem yang kita perbarui seperti tata letak koleksi yang saat ini mungkin sudah jenuh di lihat pengunjung, itu kita perbaiki dengan merubah tata letak dan membuat beberapa lemari yang baru,” katanya.
Terutama lanjutnya, pada tempat penyimpanan koleksi mata uang kuno yang ada di Museum Balla Lompoa yang jumlahnya sekitar 265 keping itu dibuatkan lemari khusus. Sehingga lebih elegan dan lebih elok saat dilihat pengunjung.
“Intinya kita akan terus melakukan perbaikan dan modernisasi sesuai perkembangan yang ada agar Museum Balla Lompoa semakin dimintai masyarakat untuk dikunjungi. Hanya saja kami berharap dukungan anggaran baik dari APBD kabupaten maupun provinsi, termasuk melakukan bantuan DAK Kemendikbud dapat terus ada,” harapnya.