REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR — Koalisi Stop Perkawinan Anak (KSPA) Sulawesi Selatan menyikapi secara serius peristiwa perkawinan anak yang terjadi di Kabupaten Wajo belum lama ini.
Salah satu anggota KSPA Sulsel Warida Syafie mengatakan, karena kasus pernikahan anak di Kabupaten Wajo tersebut telah terjadi para organisasi pemerhati perempuan dan anak yang tergabung dalam KSPA Sulsel akan melakukan pendampingan khusus kepada anak-anak yang menjadi korban pernikahan anak tersebut.
“Karena peristiwanya sudah terjadi, yang bisa kita lakukan untuk kasus ini adalah memastikan anak-anak ini baik pihak laki-laki maupun perempuan tetap dalam pantauan kami. Selain itu memberikan edukasi mengenai kesehatan reproduksi kepada keduanya termasuk keluarganya,” katanya dalam pertemuannya, Rabu (01/06/2022).
Menurutnya, kasus pernikahan anak yang viral di media sosial pada Minggu (22/05) lalu merupakan tamparan keras. Sehingga, perlu dilakukan sejumlah langkah strategis agar kedepannya kasus-kasus pernikahan anak dapat ditekan.
Saat ini katanya, pihaknya telah membentuk tim kerja, dan tim tersebut mulai bergerak dan melalukan koordinasi dengan sejumlah stakeholder termasuk penjangkauan terhadap anak-anak dan keluarganya di Kabupaten Wajo. Selain itu, pihaknya juga akan melakukan audience ke Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dalam hal ini Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Forum Komunikasi (FORKOM) PPA.
Termasuk pula melakukan kunjungan ke pemerintah daerah Kabupaten Wajo terkait dengan langkah kongkrit untuk perlindungan bagi anak.
“Kira ingin menekankan agar tidak ada lagi kasus perkawinan anak yang terjadi di Sulsel dan masyarakat bisa terlibat aktif melakukan pencegahan mulai dari tingkat dusun, desa, sampai kabupaten dan provinsi,” tegasnya.
Sementara, anggota KSPA Sulsel lainnya Yudha Yunus mengatakan, dalam kasus pernikahan anak pihaknya juga meminta kepada seluruh perusahaan media agar tidak mengeksploitasi anak-anak yang menjadi korban pernikahan anak ini.
“Saya kira media harus paham soal kode etik jurnalistik dan bagaimana pemberitaan yang ramah anak,” tambahnya singkat. (*)
