Republiknews.co.id

Mahasiswa Parado Bima Harus Ubah Cara Bertindak

M. Dahlan Abubakar (tengah) bersama Mahasiswa Parodi saat penutupan Latihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa (LDKM) Impar Angkatan 2021, di Rumah Adat Parepare Kompleks Benteng Somba Opu, Kota Makassar, Ahad (12/09/2021).

REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR — Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi, para mahasiswa harus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan tersebut. Jika tidak, akan ketinggalan dan “termakan” oleh perkembangan tersebut. Kini saatnya para mahasiswa harus mengubah cara bertindak dan berperilaku.

“Kini lalu lintas informasi itu kecepatannya hampir sama dengan mata orang berkedip. Puluhan tahun silam, kami kalau meminta uang pada orang tua harus melalui surat atau telegram, Itu akan memakan waktu berhari-hari, bahkan berminggu-minggu . Sekarang, kalian minta uang pada pukul 08.00 Wita, tidak cukup satu menit kemudian informasi tersebut sudah sampai ke orang tua. Hal itu karena bantuan teknologi informasi,” kata Pembina Organisasi Ikatan Mahasiswa Parado (Impar) Makassar, Dr.H.M. Dahlan Abubakar, M.Hum, ketika menutup Latihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa (LDKM) Impar Angkatan 2021 di Rumah Adat Parepare, Kompleks Benteng Somba Opu, Makassar, Ahad (12/09/2021).

Ketua Umum Impar Ahmad Farid (UIN Alauddin) menjelaskan, LDKM berlangsung sejak Jumat (10/9/2021) malam dan berakhir Ahad siang ini.  Sebanyak 14 orang mahasiswa baru asal Kecamatan Parado menerima sejumlah materi berkaitan dengan organisasi dan kepemimpinan dari para seniornya.

Hardskill dan softskill

M.Dahlan Abubakar mengingatkan kepada para mahasiswa, kegiatan LDKM ini merupakan bagian dari proses para peserta memperoleh apa yang disebut “softskill” yakni kemampuan yang berkaitan dengan integritas, kepemimpinan, daya kritis, dan keterampilan dalam berorganisasi.

“Kegiatan ‘softskill’ ini tidak akan diperoleh di bangku kuliah, tetapi melalui kegiatan pendidikan nonformal, seperti pelatihan ini,” ujar mantan Kepala Humas Unhas tersebut.

Tokoh Pers Sulawesi Selatan yang kini menjabat Ketua Departemen Komunikasi Fakultas Ekonomi, Sosial, dan Humaniora Universitas Cokroaminoto Makassar (UCM) tersebut mengatakan, modal “softskill” harus berbarengan dengan “hardskill”, yakni kemampuan khusus yang dimiliki oleh seseorang yang diperoleh melalui bangku kuliah. Misalnya, kemampuan menerjemahkan bahasa asing (Inggris ke Indonesia), kemampuan membuat laman (website), kemampuan mendesain dan sebagainya.

“Kedua keterampilan ini harus dimiliki oleh setiap orang jika dia hendak maju dan tidak ‘tertindas’ dan “terlindas’ oleh perkembangan teknologi informasi,” ujar Pelaksana Tugas Sekretaris Umum KONI Sulawesi Selatan itu.

Pria kelahiran Kanca Parado Bima 68 tahun silam yang kini juga didapuk sebagai Sekretaris Senat Akademik dan Kepala Bagian Humas UCM itu mengingatkan, para mahasiswa harus memfokuskan diri belajar karena anak-anak Bima di Makassar dikenal sebagai orang-orang yang tangguh dan unggul.

“Jangan berpikir setelah S-1 langsung kembali ke kampung. Raihlah pendidikan minimal S-2 karena dengan gelar ini akan memberikan peluang dapat menjadi staf pengajar. Apalagi kini sudah didirikan IAIN Bima yang tentu saja membutuhkan tenaga pengajar,” ujar Dahlan yang juga menjabat Humas dalam Tim Pendirian IAIN Bima.

Kakek enam cucu ini juga mengingatkan kepada para mahasiswa agar pandai-pandai membawa diri. Ingat kata pepatah, ”Di mana langit dijunjung, di situ bumi dipijak”. Hal ini penting agar para mahasiswa tidak menghadapi kendala dan gesekan dengan masyarakat lokal dalam menuntut ilmu di rantau orang.

“Anak-anakku harus memahami betul adat dan budaya masyarakat di sini (Makassar) agar dapat terhindar dari terjadinya kesalahpahaman yang tidak perlu,” katanya.

Dia mengingatkan, para mahasiswa harus belajar dari sejarah. Dulu para seniornya memperjuangkan kelestarian hutan di Parado dengan menolak kehadiran perusahaan tambang di sana. Alasannya, untuk mencegah hutan Parado rusak dan habis. Kini hutan Parado sudah habis, mereka yang berjuang dulu ke mana semua?

“Ini namanya perjuangan setengah hati dan sia-sia. Lihat saja hutan di Lere hanya bukit lapis ketiga yang utuh. Di Kanca apalagi. Lihat saja di sekitar Dam Parado, juga gundul pacul,” Dahlan menegaskan kepada para mahasiswa.

Yang perlu diperjuangkan mahasiswa sekarang, bagaimana mengubah perilaku anak-anak muda Parado saat ini yang pola kehidupan mereka sudah termakan virus kehidupan kota besar.

“Bisa dibayangkan, seorang ibu rumah tangga di Parado dilaporkan dan ditangkap karena menjual narkoba, sabu-sabu. Tidak ‘hebat’ perempuan tersebut,” sebuah wartawan senior Sulawesi Selatan menyindir.

Yang penting, katanya lagi, kalian saat kembali libur di Parado menyadarkan keluarga-keluarga mudanya untuk menghindarkan diri dari perbuatan melawan hukum. Parado dulu adalah negeri yang sangat islami dan religius. Setiap malam dari rumah-rumah warga semarak dengan suara orang mengaji. Sekarang sudah lenyap. Dulu, orang yang melintas di depan satu dua orang yang berdiri atau duduk di pos ronda, selalu melempar salam, baik itu anak muda atau orang tua. Kini sudah hilang. (*)

Exit mobile version