REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR – Bank Indonesia Kantor Perwakilan Sulawesi Selatan mencatat pada periode Agustus 2022, Sulawesi Selatan mengalami deflasi sebesar -0,27 persen secara month-to-month (mtm). Kondisi ini dinilai lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat mengalami inflasi sebesar 1,12 persen (mtm).
Deputi Kepala Perwakilan BI Sulsel, Fadjar Marjadi mengatakan bahwa deflasi bulanan di Sulawesi Selatan utamanya disumbang lewat kelompok makanan dan minuman (Mamin) dan tembakau, serta kelompok transportasi dengan andil deflasi masing-masing sebesar -0,25 persen dan -0,12 persen (mtm).
“Deflasi kelompok mamin dan tembakau yang tercatat sebesar -0,81 persen dipengaruhi oleh penurunan harga bawang merah, cabai rawit, minyak goreng, daging ayam ras, dan cabai merah,” katanya, Jumat (2/9/2022).
Sementara itu, deflasi pada kelompok transportasi yang tercatat sebesar -1,02 persen disebabkan oleh penurunan harga tarif angkutan udara yang dipengaruhi oleh penurunan permintaan pasca libur dan harga avtur dunia.
“Untuk deflasi lebih dalam tertahan oleh inflasi pada kelompok pakaian dan alas kaki dan kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga yang masing-masing memiliki andil inflasi sebesar 0,03 persen dan 0,02 persen (mtm),” sebut Fadjar.
Sementara, secara spasial, dari lima daerah di Sulawesi Selatan seperti Bulukumba, Makassar, Palopo, Pare-pare, dan Watampone secara indeks harga konsumen (IHK). Kota Palopo merupakan satu-satunya daerah yang mengalami inflasi bulanan sebesar 0,26 persen, sedangkan deflasi bulanan terdalam dialami oleh Kota Watampone sebesar-0,69 persen (mtm).
Kemudian, secara tahun kalender, inflasi Sulawesi Selatan tercatat sebesar 3,79 persen secara year-to-date (ytd). Kondisi ini menurun dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,07 persen (ytd). Sementara itu, inflasi tahunan Sulawesi Selatan tercatat sebesar 5,03 persen secara year of year (yoy).
Ia mengungkapkan, dalam rangka menguatkan langkah-langkah pengendalian inflasi pangan dari sisi supply. Bank Indonesia bersinergi dengan kementrian, lembaga, dan stakeholder lainnya untuk melaksanakan program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). GNPIP berlandaskan strategi 4K yang lebih integratif, masif, serta berdampak nasional diharapkan dapat menahan laju inflasi yang terus meningkat.
“Proses pemulihan ekonomi yang terus berlanjut diperkirakan akan memberikan kontribusi terhadap tekanan inflasi di Sulawesi Selatan,” ujarnya.
Selain itu, risiko tekanan harga dari inflasi impor akibat gangguan rantai pasokan global akibat situasi geopolitik di Eropa dan Taiwan masih perlu diwaspadai. Kedepannya, inflasi Sulawesi Selatan diperkirakan terkendali seiring dengan upaya yang dilakukan oleh TPID Sulawesi Selatan dalam menjaga kestabilan harga baik di tingkat provinsi maupun kabupaten dan kota. (*)
