Republiknews.co.id

Novelis Cilik Hadziq Averroes Ceritakan Pengalaman Menulis Novel Fantasi ke Siswa SMP 1 Banjarbaru

Novelis Cilik Hadziq Averroes Ceritakan Pengalaman Menulis Novel Fantasi ke Siswa SMP 1 Banjarbaru

Acara Talkshow Penulis Belia Festival Literasi Banjarbaru, Hadziq (Kanan) Hudan Nur (Tengah) dan Nurul Asmayani (Kiri) tengah berfoto dengan siswa SMP 1 Banjarbaru. (Foto: Rahim Arza / Republiknews.co.id)

REPUBLIKNEWS.CO.ID, BANJARBARU — Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah (Dapusda) Kota Banjarbaru menggelar bedah buku dan talk show penulis belia bersama Muhammad Hadziq Averroes dengan buku novel fantasinya berjudul Play Armada bersama para siswa SMP 1 Banjarbaru di Aula Lab Komputer, Loktabat, Banjarbaru.

Kegiatan dalam rangkaian Festival Literasi Banjarbaru (FLB) 2022 itu juga dihadiri oleh Duta Baca Banjarbaru, Hudan Nur dan Founder Suluh Literasi Banua (SLB), Nurul Asmayani merupakan mentor menulis cerita anak-anak yang kerap menjadi instruktur literasi Nasional tersebut.

Di tengah acara talkshow, Hadziq diberi banyak pertanyaan oleh para siswa-siswi SMP 1 Banjarbaru tersebut. Dimulai bagaimana proses menulis kreatif, serta isi cerita novel Play Armada itu tertuang dalam buku.

Ketika Hadziq ditanya apakah terinspirasi dari dunia nyata atau bukan? Dia dengan semangat memberikan jawaban bahwa buku novel Play Armada itu ditulis karena terinspirasi dari cerita-cerita buku yang didongengkan oleh kedua orangtuanya sendiri.

“Saya kerap baca buku dari apa yang sering didongengkan oleh Ayah dan Mama. Sebelum tidur, saya mendapat cerita perjuangan islam saat berperang maka lahirlah juga buku ini,” ucap Hadziq kepada Republiknews.co.id, Senin (10/10/2022) siang.

Dalam sinopsisnya, buku novel Play armada mengisahkan tentang pertempuran pada masa depan di tahun 2126 yang menghancurkan Negara. Hingga pemimpin Play armada yang bernama Geiz bertemu dengan Ridwan yang mengawali cerita itu, mereka membangun kekuatan untuk mengalahkan pasukan-pasukan jahat lainnya yang juga tersebar. 

Menurut Hadziq, buku novelnya itu mengisahkan seorang pemimpin yang tak sekadar memerintah saja, tetapi pemimpin yang dapat membawa kejayaan. Lewat buku Play Armada, dia ingin membagikan cerita itu agar menginspirasi anak-anak lain di luar sana. “Menjadi pemimpin itu dapat membawa anak buahnya menjadi lebih baik lagi,” ujarnya.

Sehingga, Hadziq mengajak semua siswa SMP 1 Banjarbaru itu belajar dari kisah-kisah kepemimpinan yang terkandung dalam buku novelnya tersebut. Dalam menulis, dia mengaku juga mengalami stagnan atau kebuntuan saat menulis, namun dapat diatasi dengan baik.

“Cara untuk mengatasi kebuntuan dalam menulis, maka kita lakukan saja aktivitas lain dulu. Seperti nonton film dan sebagainya, kemudian jika ada ide lagi baru menulis,” jelas Hadziq, anak pertama dari pasangan Muhammad Adi Riswan Al Mubarak (Adi Ram) dan Nahdhah itu.

Ke depan, Hadziq ingin menyelesaikan garapan buku novel keduanya berjudul ‘Shadow Battle’ (Pertempuran Bayangan). Selama 10 bulan, dia telah menggarap 170 halaman yang nantinya segera rampung dalam waktu dekat.

“Buku kedua ini digarap lebih cepat, segera rampung namun belum mengetahui berapa halaman nantinya selesai. Saya belajar dari pengalaman buku sebelumnya,” ungkap anak 11 tahun itu.

Duta Baca Banjarbaru, Hudan Nur melihat cerita novel Hadziq Averroes itu merupakan gambaran masa depan dari umat manusia. Bisa saja, menurutnya antar umat manusia yang berkelompok itu saling perang dan kehancuran di muka bumi terjadi.

Lalu, Hudan juga membayangkan masa depan dari umat manusia di tahun 2260 itu nantinya para pekerja manusia, maka tidak akan lagi melakukan dan dipergunakan jasanya di tempat sekolah, perusahaan dan sebagainya. Semua aktivitas manusia, dia memprediksi bakal menggunakan seluruh sistem teknologi yang canggih, sehingga sudah terpenuhi kebutuhan sehari-harinya.

“Disebut dunia metaverse dan manusia masuk ke dunia itu, serta dapat bercengkrama dengan orang-orang,” kata penyair asal Banjarbaru itu.

Dalam kesempatan itu, Kirana Larasati yang juga sebagai moderator mengaku terinspirasi dari sosok Hadziq Averroes tersebut. Karena, menurutnya anak seusia itu tak banyak dapat menuliskan karya sastra berupa novel.

“Buku ini sangat menginspirasi ya, apalagi yang jadi peserta talkshow ini merupakan kakak-kakak kelasnya. Di atas usia Hadziq,” ucap Kirana, perempuan berusia 14 tahun itu usai Talkshow Festival Literasi Banjarbaru.

Tentu, Kirana memandang patut menjadikan Hadziq sebagai anak yang telandan. Sehingga, dia merasa siswa-siswa SMP 1 Banjarbaru perlu belajar dan menjadikannya contoh untuk bisa menjadi penulis cilik.

“Tidak semua anak yang bisa memiliki bakat ini. Saya berharap, potensi anak seperti Hadziq ini bakal ada dan banyak lagi di Kalimantan Selatan,” tandasnya. (*)

Exit mobile version