REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR — Transformasi digital saat ini mulai merambah ke dunia perbankan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (Sulselbar) menilai, industri perbankan, khususnya untuk bank umum, mengalami pergeseran cukup signifikan menuju layanan digital.
“Pergeseran ke layanan digital ini terlihat dari jumlah pengurangan jumlah kantor fisik bank yang ada di Sulawesi Selatan saat ini,” ungkap, Kepala OJK Sulselbar Moch. Muchlasin, dalam keterangannya, Senin, (16/06/2025).
Ia menyebutkan, berdasarkan data terbaru, jumlah kantor bank di Sulawesi Selatan menurun dari 879 kantor pada April 2024, menjadi 860 kantor pada April 2025.
Baca Juga : Bentuk Kepedulian Sosial, PLN UID Sulselrabar Gelar Donor Darah
“Dalam setahun terakhir terdapat penurunan sebanyak 19 kantor perbankan. Dimana, terdiri dari tujuh kantor Bank Himbara dan sisanya 12 kantor itu bank umum swasta nasional,” jelasnya.
Menurut Muchlasin, pengurangan jumlah kantor bank ini, khususnya di Sulawesi Selatan menunjukkan perubahan perilaku nasabah yang semakin banyak menggunakan layanan digital banking, serta upaya bank untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya operasional.
Hanya saja, meskipun jumlah kantor bank menurun, namun layanan perbankan di Sulsel tetap dapat diakses melalui berbagai kanal digital, seperti mobile banking dan internet banking.
Baca Juga : Nyala Listrik dari Inovasi SuperSUN Hadir di Dua Sekolah Terpencil Seko
“Sehingga, nasabah dapat melakukan berbagai transaksi perbankan dengan lebih mudah dan nyaman melalui layanan digital tersebut,” ungkapnya.
Ia menambahkan, pengurangan jumlah kantor bank ini juga dapat menjadi peluang bagi bank untuk meningkatkan kualitas layanan dan fokus pada pengembangan teknologi digital. Hal ini tentunya dalam memenuhi kebutuhan nasabah yang semakin meningkat di era perkembangan teknologi saat ini.
Kinerja Perbankan Masih Tumbuh Positif
Hingga periode Maret 2025, kinerja perbankan di Sulawesi Selatan masih menunjukkan pertumbuhan yang baik. Meskipun saat ini kondisi ekonomi nasional tengah diperhadapkan pada tantangan perang dagang global.
Baca Juga : Tradisi Budaya Paddekko Warnai Semarak Beautiful Malino 2025
Kepala OJK Sulselbar Moch. Muchlasin mengungkapkan, kinerja industri perbankan, khususnya di Sulawesi Selatan masih terlihat tumbuh secara tahunan atau year on year (yoy). Hal ini terlihat pada kinerja pertumbuhan aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) atau simpanan, hingga dan penyaluran kreditnya.
“Kalau kita lihat kinerja perbankan kita masih bagus, pertumbuhan asetnya itu tumbuh 5,91 persen, kemudian DPK atau simpanan masyarakat itu berhasil meningkat 6,55 persen. Sementara untuk kreditnya juga tumbuh meskipun dengan pertumbuhan yang lebih kecil atau 3,7 persen,” ungkapnya, dalam keterangannya, saat Jurnalis Update Perkembangan Industri Jasa Keuangan di Sulawesi Selatan, beberapa waktu lalu.
Ia menyebutkan, pada periode tersebut aset perbankan mencapai Rp204,99 triliun dari Rp193,55 triliun pada Maret 2024 lalu. Adapun perolehan aset perbankan tersebut berasal dari bank umum sebesar Rp201,19 triliun, dan bank perusahaan rakyat (BPR) senilai Rp3,79 triliun.
Baca Juga : Raim Laode Ajak Pengunjung Melankolis di Beautiful Malino 2025
Kemudian, pada simpanan masyarakat atau DPK berhasil dibukukan sebesar Rp137,34 triliun di Maret 2025 dari tahun sebelumnya di periode yang sama sebesar Rp128,90 triliun.
“Simpanan masyarakat di bank yang berasal dari bank umum itu sebesar Rp135,78 triliun, sementara dari BPR itu Rp2,48 triliun,” jelas Muchlasin.
Kemudian pada kinerja DPK perbankan masih didominasi oleh tabungan 60 persen atau sebesar Rp82,02 triliun, deposito dengan kontribusi 25 persen atau Rp34,27 triliun, dan giro sebesar 21,06 triliun atau sebesar 15 persen. Adapun untuk Loan Deposit on Ratio (LDR) DPK tercatat masih dalam kondisi yang baik atau berada diangka 122,93 persen.
Baca Juga : Raim Laode Ajak Pengunjung Melankolis di Beautiful Malino 2025
“Secara tahunan sendiri atau dari periode Maret 2024 ke 2025 itu perolehan tabungan berhasil tumbuh 9,07 persen, kemudian deposito tumbuh 3,38 persen, dan giro itu mengalami pertumbuhan 2,45 persen,” terangnya.
Lanjut Muchlasin, adapun kinerja penyaluran kredit yang dianggap masih tumbuh kecil secara tahunan atau mencapai Rp165,78 triliun dari periode sebelumnya Rp159,77 triliun disebabkan karena masih banyaknya pelaku usaha yang dianggap belum sepenuhnya berjalan dengan maksimal.
“Kita memang melihat masyarakat di triwulan pertama tahun ini untuk kinerja perbankannya masih lebih banyak pada aktivitas menabung daripada yang mendapatkan kredit, dengan kata lain karena pelaku usaha kita belum sepenuhnya jalan, kita berharap nantinya bisa kembali tumbuh,” terangnya.
Baca Juga : Raim Laode Ajak Pengunjung Melankolis di Beautiful Malino 2025
Hanya saja meski dengan penyaluran kredir yang dinilai tumbuh melambat, tapi pada kondisi kredir macet atau Noan Performing Loan (NPL)-nya masih terjaga di angka 2,87 persen atau masih sangat jauh dari kondisi 5 persen.