REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR — Otoritas Jasa Keuangan Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (OJK Sulselbar) juga menaruh perhatian dalam mengembangkan pasar bagi pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Termasuk yang berorientasi menuju pasar ekspor.
Upaya tersebut pun dilakukan melalui Program Pemberdayaan, Pendampingan, dan Pembiayaan UMKM Unggulan Sulawesi Selatan Yang Berorientasi Ekspor atau Umkm Baji’na. Dimana progam ini juga menjadi salah satu terobosan OJK dalam memperkuat akses keuangan masyarakat.
Kepala OJK Sulselbar Darwisman mengatakan, dari program ini diberikan pendampingan secara berkelanjutan. Mulai dari pra inkubasi, inkubasi dan pasca inkubasi, hingga dinyatakan lulus untuk bisa melakukan ekspor.
“Hingga saat ini ada 71 pelaku UMKM yang sudah mengikuti prosesnya. Kemudian dari jumlah tersebut ada 66 UMKM yang produknya telah di ekspor,” katanya, dalam keterangannya, kemarin.
Pada proses pendampingan, pemberdayaan, hingga pembiayaan yang dilakukan dalam progam ini dibantu oleh sejumlah perbankan. Dari puluhan UMKM yang telah berhasil ekspor, di antaranya Bachis yang berlokasi di Kabupaten Pinrang, dengan komoditas pisang. Sementara, untuk tujuan ekspor yakni Hongkong.
Kemudian, Seiya Sekopi di Kota Palopo, dengan komoditas kopi. Produk kopi berkualitas yang ditawarkannya berhasil di ekspor ke Australia.
“Di program ini selain bekerjasama perbankan, kami juga berkolaborasi dengan sejumlah stakeholder terkait,” terang Darwisman.
Penguatan strategi lainnya yang dipacu OJK untuk memperkuat inklusi keuangan masyarakat yakni, Program Hapus Ikatan Rentenir di Sulawesi (Phinisi), program ini mulai dihadirkan sejak 2022 hingga saat ini. Dimana dari program tersebut berhasil menjangkau 823.606 debitur di Sulsel dengan penyaluran kredit Rp26,47 triliun sepanjang 2022 hingga triwulan III 2024.
“Program Phinisi ini didominasi di sektor pertanian, dimana ada 46 persen pelaku UMKM yang telah mengakses dari 1.801.842 UMKM di Sulsel,” jelasnya.
Kemudian, Ekosistem Keuangan Inklusif (EKI). Progam ini dalam rangka meningkatkan akses keuangan masyarakat di perdesaan, salah satunya di Desa Kassi, Kabupaten Jeneponto yang dicanangkan di tahun ini.
“Dari program ini dana pihak ketiga (DPK) masyarakatnya sudah mencapai 150 rekening dengan tabungan Rp565 juta, sementara kredit pembiayaannya sudah 40 rekening debitur dengan nilai Rp3,7 miliar,” sebutnya.
Kemudian, di progam EKI ini telah memberikan jaminan asuransi kepada 20 polis, pembentukan agen 1 orang, dan 39 layanan QRIS merchant, serta tabungan haji 28 orang.
Ada juga Pemberdayaan Ekosistem Bisnis UMKM melalui klasterisasi. Dimana hingga triwulan III 2024, OJK Sulselbar telah berhasil menjangkau 1.300 klaster dengan 19.971 debitur dengan menyalurkan Rp681 miliar kredit.
Dukungan OJK lainnya terhadap pengembangan akses keuangan yaitu melalui pengembangan UMKM. Dimana meliputi pembiayaan dengan maksud mendorong digitalisasi pembiayaan melalui fintech peer to peer lending. Tujuannya, mendorong alternatif pendanaan UMKM melalui securities crowdfunding, mendukung program digital kredit UMKM (DIGIKU), dan membangun ekosistem digital melalui Bank Wakaf Mikro.
