Republiknews.co.id

Pabrik Rumput Laut di Desa Muara Badak Ulu Siap Beroperasi, Warga Antusias Sambut Peluang Ekonomi Baru

Ilustrasi petani rumput laut. (IST)

REPUBLIKNEWS.CO.ID, KUKAR – Pabrik pengolahan rumput laut di Desa Muara Badak Ulu, Kecamatan Muara Badak, Kutai Kartanegara, kini telah rampung dibangun dan siap beroperasi. Pembangunan pabrik ini menjadi langkah strategis Pemkab Kukar dalam mendorong hilirisasi sektor kelautan dan perikanan di wilayah pesisir.

Kepala Desa Muara Badak Ulu, Ruslan Efendi, menyampaikan bahwa proses pembangunan fisik pabrik telah selesai sepenuhnya.

“Mesinnya sudah terpasang, bahkan sudah dilakukan uji coba. Tinggal menunggu launching perdananya saja,” ungkap Ruslan, Kamis (17/07/2025).

Meskipun berada di bawah pengelolaan pemerintah kabupaten, pihak desa berharap ada keterlibatan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam operasional pabrik ke depan.

“Harapan kami, pemberdayaan BUMDes bisa menjadi bagian dari pengelolaan ke depannya,” ujarnya.

Ruslan menambahkan bahwa masyarakat sangat menantikan dimulainya aktivitas produksi pabrik. Selama ini, para pembudidaya rumput laut di Muara Badak Ulu masih sangat bergantung pada pengepul atau tengkulak untuk menjual hasil panen mereka.

“Dengan adanya pabrik ini, kami berharap warga tidak lagi bergantung pada pengepul dan bisa mendapat harga yang lebih baik,” jelasnya.

Potensi rumput laut di wilayah ini memang sangat besar. Letaknya yang berbatasan langsung dengan Selat Makassar dan keberadaan beberapa pulau kecil menjadikan desa ini ideal untuk budidaya rumput laut dan tanaman laut lainnya, seperti sango-sango.

Pabrik ini diharapkan menjadi solusi konkret dalam hilirisasi hasil laut, sekaligus membuka peluang pengembangan produk turunan seperti tepung rumput laut.

Ruslan menuturkan, pihaknya juga membayangkan kehadiran UMKM lokal yang bisa mengolah produk-produk turunan menjadi bahan makanan atau bahkan kosmetik berbahan dasar rumput laut.

“Kami membayangkan nanti ada UMKM yang bisa olah produk turunan seperti makanan atau kosmetik dari rumput laut,” tuturnya.

Saat ini, sistem pemasaran rumput laut di desa masih bergantung pada tiga pengepul besar yang kemudian mengirim hasil panen ke Sulawesi. Harga jual yang fluktuatif, antara Rp2.000 hingga Rp3.000 per kilogram, membuat penghasilan petani belum stabil.

Dengan hadirnya pabrik, mata rantai distribusi diharapkan bisa dipangkas dan harga jual menjadi lebih menguntungkan bagi petani. Ruslan menekankan pentingnya kolaborasi semua pihak agar keberadaan pabrik ini benar-benar memberi dampak ekonomi bagi masyarakat desa.

“Semoga segera berproduksi dan membawa manfaat besar untuk masyarakat,” pungkasnya.

Exit mobile version