Oleh: Falihin Barakati
Dalam mitologi Yunani Kuno dikenal seorang pahlawan yang bernama Hercules. Ia dianggap sebagai pahlawan karena selalu berusaha membantu masyarakat Yunani dalam menghadapai berbagai kesulitan yang diakibatkan oleh para monster maupun para raja atau penguasa yang lalim.
Ada juga dalam cerita legenda rakyat Inggris, seorang pahlawan yang dikenal dengan nama Robin Hood. Kepahlawanannya bisa dibilang aneh. Ia dikisahkan sebagai seorang perampok. Merampok orang-orang kaya atau kalangan bangsawan kerajaan, lalu hasil rampokannya dibagikan kepada rakyat jelata.
Seorang pahlawan boleh dikata hampir selalu hadir dalam sebuah cerita legenda, dongeng atau cerita rakyat. Seperti dua contoh yang saya sebutkan di atas. Ia digambarkan sebagai seorang yang berjasa bagi banyak orang. Seperti asal katanya, dari bahasa Sansekerta, Pahla dan Wan. Orang (wan) yang menghasilkan buah (pahla) bagi masyarakat, bangsa dan negara. Bukan hanya berjasa, tapi juga karena keberanian dan pengorbanannya. Juga karena semangat perjuangannya.
Tapi, apakah pahlawan itu hanya ada dalam cerita legenda atau dongeng saja? Tidak juga. Dalam kehidupan nyata, banyak. Bahkan jumlahnya lebih banyak dibanding yang ada dalam cerita legenda. Bahkan saking banyaknya terkadang kita bingung membedakan mana pahlawan kesayangan, mana pahlawan kesiangan. Ada pahlawan yang tanpa gelar, ada pula pahlawan yang diberi gelar, bahkan ada juga yang ingin dirinya disebut sebagai pahlawan.
Di Indonesia, setiap 10 November, hampir selalu ada pemberian gelar pahlawan nasional. Yang dapat ini berarti sedikit beruntung dari mereka yang berjasa bagi bangsa dan negara tanpa diberi gelar pahlawan nasional oleh pemerintah.
Apakah semua orang yang berjasa bagi bangsa dan negara harus diberi gelar Pahlawan Nasional? Tidak juga. Soal ini, sudah diatur dalam seperangkat aturan negara dengan syarat, mekanisme dan proses yang pastinya panjang, rumit dan berbelit-belit. Apalagi berkaitan dengan administrasinya, urusan yang ini, negara kita ruwetnya minta ampun. Makanya, kelompok masyarakat yang ingin mengusulkan seseorang untuk diberi gelar pahlawan nasional harus sabar dan pantang menyerah. Banyak tahap yang harus dilewati dan banyak syarat yang harus dipenuhi. Belum lagi adanya konflik kepentingan ataupun pro-kontra di tengah masyarakat.
Apakah pahlawan membutuhkan gelar pahlwan dari negara? Saya rasa tidak. Tidak sama sekali. Saya belum pernah mendengar seorang Bung Tomo yang menjadi salah satu tokoh utama dalam pertempuran 10 November 1945 itu berwasiat agar nanti diberi gelar Pahlawan. Juga Jendral Soedirman yang terkenal dengan perang gerilianya, tidak ada cerita bahwa ia berpesan kelak mesti diberi gelar Pahlawan. Begitu lah pahlwan, tidak mungkin meminta diberi gelar pahlawan. Kalau saja ada orang berjasa kepada bangsa dan negara meminta dirinya untuk diberi gelar pahlawan, saya pastikan itu bukan pahlawan. Kalau pun pahlawan, ya pahlawan kesiangan.
Pahlawan itu, tidak diukur ataupun dibatasi dengan gelar. Pahlawan adalah nilai-nilai perjuangan, bukan gelar-gelar pemberian. Pahlawan adalah semangat perjuangan, bukan plakat penghargaan. Pahlawan adalah keberanian dan pengorbanan, bukan ketenaran dan hadiah pemberian. Lalu, jika pahlawan seperti itu, siapa yang pantas dikatakan sebagai pahlawan di situasi bangsa sedang berperang melawan pandemi Covid-19 saat ini? Siapa lagi kalau bukan para tenaga kesehatan.
Di situasi pandemi saat ini, tenaga kesehatan menjadi garda terdepan dalam penanganan dan penanggulangan Covid-19. Dari dokter, perawat hingga tenaga kesehatan lainnya. Meraka telah memperlihatkan ke kita bagaimana nilai-nilai dan semangat perjuangan dalam menangani pasien Covid-19. Mereka telah menunjukkan ke kita bagaimana keberanian dan pengorbanan berjalan seiringan sekalipun resiko nyawa menjadi taruhan karena mereka berpotensi besar tertular.
Tercatat sejak akhir September 2020 sudah 228 orang tenaga kesehatan tewas di medan pertarungan melawan Covid-19. Merekalah pahlawan bagi masyarakat, bangsa dan negara saat ini yang layak diberi penghormatan tertinggi dari pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia sekalipun tanpa diberi gelar Pahlawan Nasional.
Selamat memperingati Hari Pahlawan Nasional, 10 November 2020. (*)