REPUBLIKNEWS.CO.ID, GOWA – Universitas Negeri Makassar (UNM) kembali menunjukkan komitmennya dalam memperkuat peran perguruan tinggi bagi masyarakat melalui Program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) berbasis literasi kebencanaan.
Tahun ini, PKM UNM berfokus pada peningkatan pemahaman risiko banjir serta penguasaan teknologi geospasial bagi guru SMAN 9 Gowa. Kegiatan tersebut berlangsung sebagai bentuk respons akademik atas kebutuhan sekolah terhadap media mitigasi banjir yang lebih ilmiah, terukur, dan dapat diaplikasikan langsung.
Literasi kebencanaan menjadi isu penting karena sekolah berada di wilayah yang memiliki potensi genangan saat curah hujan tinggi. Kondisi ini menuntut adanya pemetaan risiko yang jelas agar warga sekolah dapat merencanakan langkah penyelamatan dengan cepat dan tepat.
Berangkat dari kebutuhan tersebut, PKM UNM hadir sebagai solusi dengan pendekatan ilmiah melalui pemanfaatan aplikasi pemetaan digital QGIS, yakni sebuah perangkat geospasial yang umum digunakan dalam analisis wilayah dan perencanaan mitigasi.
Program dilaksanakan dalam bentuk pelatihan, pendampingan teknis, dan produksi luaran fisik. Para guru diperkenalkan pada teknologi pemetaan, cara membaca layer spasial, digitasi peta sekolah, hingga penyusunan peta risiko banjir berdasarkan analisis topografi dan arah aliran air.
Pelatihan berlangsung interaktif, disertai praktik langsung menggunakan komputer sehingga peserta tidak hanya menerima penjelasan teoritis, melainkan benar-benar memproduksi peta berdasarkan data lapangan.
Hasilnya terlihat signifikan. Guru yang sebelumnya tidak familiar dengan pemetaan digital kini mampu mengolah data spasial, menandai wilayah rawan banjir, dan menentukan jalur evakuasi aman di lingkungan sekolah.
“Kegiatan ini membuka wawasan baru bagi kami. Peta yang dihasilkan sangat membantu untuk pembelajaran sekaligus kesiapsiagaan banjir,” ungkap salah satu guru peserta program ini.
Dari pelaksanaan PKM ini, UNM menghasilkan peta risiko banjir SMAN 9 Gowa dalam format cetak besar, peta jalur evakuasi, modul pembelajaran banjir, serta poster sosialisasi mitigasi.
Semua luaran tersebut kini terpasang dan digunakan sebagai media edukasi internal sekolah. Keberadaan peta menjadikan siswa dan guru lebih mudah mengenali titik rawan genangan serta jalur penyelamatan yang harus ditempuh bila banjir terjadi.
Tidak hanya meningkatkan kompetensi guru, program ini juga membuka ruang keberlanjutan. Sekolah akan melakukan pembaruan data secara berkala, memanfaatkan modul sebagai media pembelajaran tematik, serta merancang simulasi kebencanaan berdasarkan peta yang telah tersedia.
UNM sendiri menargetkan program ini dapat menjadi model yang direplikasi di sekolah lain di Kabupaten Gowa untuk memperluas literasi kebencanaan berbasis teknologi.
Program PKM Literasi Kebencanaan ini terlaksana berkat dukungan penuh tim pelaksana, mitra sekolah, serta pendanaan PNBP UNM yang memungkinkan kegiatan berjalan maksimal hingga menghasilkan luaran nyata dan bermanfaat jangka panjang.
Melalui program ini, UNM menegaskan perannya sebagai kampus penggerak mitigasi bencana dan penguat kapasitas masyarakat berbasis keilmuan. (*)
