REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR — Puluhan warga dari Perumahan Tanjung Aliyah RW 13 Bayoa, Kelurahan Barombong, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, menggelar aksi unjuk rasa menolak Rekayasa Lalu Lintas yang dilakukan oleh petugas gabungan, pada Selasa (09/08/2022) kemarin.
Aksi protes itu berlansung mulai pukul 07:00 wita, dimana terlihat puluhan warga membentangkan spanduk berisi tulisan penolakan terhadap rekayasa lalulintas yang dinilainya merugikan warga Tanjung Aliyah dan warga Bayoa.
Warga dan aparat Kepolisian Polsek Tamalate juga sempat bersitegang, pasalnya penutupan jalan yang awalnya berjalan lancar dan tidak lagi menimbulkan kemacetan, justru seketika macet lantaran warga memaksa membuka Barrier.
kata PJ ketua RW 13 Tanjung Aliyah, Irsan Latif, Warga Tanjung Aliyah merasa jika penutupan jalan yang menjadi akses keluar masuknya warga di jembatan Barombong tersebut sangat menyusahkan dan menghabiskan waktu.
“Kalau rekayasa jalan ini di patenkan, terlalu berat, kami juga dari perumahan Tanjung Aliyah, kerja kami jauh, jika pergi kerja, kami sudah jauh memutar,” kata Irsan Latif saat menyampaikan keluhan warga Tanjung Aliyah di lokasi.
“Kalau kami memutar dari perumahan kami di tanjung Aliyah menuju Kaccia terus ke Jembatan Barombong, perlu memakan waktu 15 sampai 20 menit, itupun kalau jalan lancer,” sambungnya.
Lanjut Irsan latif, untuk jaraknya sendiri ada sekitar 6 sampai 7 kilo meter, sementara jarak dari perumahan Tanjung Aliyah ke Jembatan Barombong hanya sekitar 500 meter.
“Harapan saya bagaimana baiknya juga, supaya kita yang yang tinggal di dalam Perumahan bisa berjalan dengan lancar seperti hari-hari biasanya,” tutur Irsan.
Pj ketua RW 13 itupun menuturkan permintaannya dihadapan petugas, agar jika rekaya lalulintas dikaji ulang dengan meminta agar jalur dari arah Makassar menuju Tanjung Aliyah dibuka saja.
“Kita juga sebagai warga meminta punya usulan supaya ada jalan keluarnya, supaya kami juga bisa sama-sama tidak terganggu, kami meminta jika kendaraan yang dari arah Makassar itu diberi kelonggaran untuk Bolok kiri lansung di ujung jembatan menuju perumahan Tanjung Aliyah dan kampung bayoa,” pungkasnya.
Sementara, Makka, yang juga warga dan selaku Advokat juga menyampaikan keluhannya di hadapan petugas Kepolisian yang mengamankan jalannya rekayasa lalulintas di jembatan Barombong.
Makka mengaku jika sejak adanya pemberlakuan uji coba penutupan jalan, atau rekayasa lalulintas, ia banyak dirugikan dan banyak waktunya yang terbuang.
“Anak-anak terlambat ke Sekolah, kami terlambat sampai ke kantor sehingga itu merugikan bagi kami, mulai kerugian waktu, dan lainya, belum lagi kami dimarahi atasan karena terlambat datang ketempat kerja,” kata Makka.
“Seharusnya yang dilakukan adalah Dishub bekerjasama dengan stake holder, mereka harus Standby di Jembatan, tidak menutup jalan seperti ini,” sambungnya.
Makka juga menjelaskan jika selama dilakukan rekayasa lalulintas, ia harus memutar sejauh 5,4 Kilo meter.
“Padahal banyak alternatif lain, contoh misalnya dipasang portal dari arah Makassar belok kiri lansung, ataukah ada petugas berjaga selama 2 jam di waktu waktu krusial, tidak mematenkan penutupan jalan seperti sekarang ini,” pungkasnya.
Makka dan warga Tanjung Aliah juga mengancam jika akan mendatangi kantor DPRD Makassar untuk meminta mediasi terkait penutupan jalan di Barombong.
“Kami akan ke Kantor DPRD Makassar membawa aspirasi warga terkait ujicoba rekayasa lalulintas di jembatan Barombong yang merugikan warga Tanjung Aliyah,” tutupnya.
Kapolsek Tamalate Kompol Irwan Tahir yang mengamankan jalannya aksi protes warga mengungkap jika dari situasi yang terjadi saat ini akan terjadi penumpukan pengendara bilamana warga membuka Barrier jalan tersebut.
“Berdasarkan situasi di lapangan, akan terjadi penumpukan apabila dibuka di sini sesuai maunya warga untuk jangka waktu rekayasa lalu lintas ini,” tuturnya.
Dirinya beranggapan, di jam-jam rawan macet tersebut terjadi pada pagi dan sore hari. Hal itu menurutnya terjadi lantaran lonjakan volume kendaraan yang melintas, sementara ruas Jembatan Barombong yang sempit. Dengan adanya rekayasa lalulintas, petugas dapat mengurai kemacetan yang kerap terjadi.
“Kita liat sendiri saat ini, di jam-jam rawan tersebut yaitu pagi dan sore sangat banyak kendaraan yang volume ruas jalan yang sangat sempit. Rekayasa lalu lintas ini kita lihat sendiri dengan adanya ini beberapa hari Sabtu Minggu ke belakang ini sudah lancar,” ungkapnya.
“Tadi saja pas dibuka, jalan seketika macet, karena belokan jalan menuju Tanjung Aliyah dibuka,” tutupnya.
Sementara itu, sejumlah warga di kelurahan Barombong justru menolak protes warga Tanjung Aliyah.
Warga tersebut mengaku jika sejak adanya ujicoba rekayasa lalulintas di jembatan Barombong, sudah tidak ada lagi kemacetan.
“Kami warga Barombong justru mendukung ujicoba rekayasa lalulintas, karena tidak alagi menimbulkan kemacetan,” kata Tika Yusran.
“Inikan tidak ditutupji mulai pagi sampai sore. hanya dua jam saja di pagi hari, dan 2 jam sore hari,” sambungnya. (*)
