Oleh: Heriwawan (Ketua Pemuda Muhammadiyah Sulawesi Selatan)
Peringatan Sumpah Pemuda tahun 2025 menjadi momentum refleksi bagi generasi muda Indonesia. Tahun ini Sumpah Pemuda memasuki peringatan ke-97, dengan tema nasional “Pemuda Pemudi Bergerak, Indonesia Bersatu”.
Tema ini menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor demi kemajuan bangsa, sejalan dengan arahan pembangunan kepemudaan yang menekankan sinergi pusat dan daerah, inovasi pemuda, serta peran organisasi kepemudaan.
Sebagai Ketua Pemuda Muhammadiyah Sulawesi Selatan, saya meyakini semangat Sumpah Pemuda 1928 yang menyatukan pemuda lintas suku, agama, dan daerah tetap relevan untuk menjawab tantangan zaman. Dengan lebih dari 65 juta pemuda di Indonesia saat ini, generasi muda memegang peran kunci sebagai motor penggerak perubahan menuju Indonesia Emas 2045.
Tema “Pemuda Negarawan” yang diusung Pemuda Muhammadiyah sejalan dengan spirit tersebut, mendorong lahirnya pemuda berkarakter negarawan yang visioner, berintegritas, dan berdedikasi bagi umat dan bangsa.
- Transformasi Digital dan Literasi Digital
Di era digital, pemuda berada di garis depan dalam memanfaatkan teknologi sekaligus rentan terhadap dampaknya. Tingginya penetrasi internet dan media sosial membuka peluang ekonomi kreatif dan inovasi, namun juga membawa tantangan seperti maraknya hoaks dan konten negatif.
Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Digital telah mengajak generasi muda berperan aktif membangun ekosistem digital yang cerdas dan aman, salah satunya dengan meningkatkan literasi digital.
Menteri Komunikasi dan Digital Republik Indonesia, Meutya Hafid menegaskan bahwa literasi digital sangat penting bagi pemuda untuk menghadapi era informasi yang kompleks. Kita mengajak pemuda menjadi agen literasi digital yang membawa manfaat bagi masyarakat sekitarnya.
Pemuda Muhammadiyah dan organisasi kepemudaan lain dapat berperan lewat edukasi literasi digital di komunitas, pelatihan keamanan internet, hingga kampanye anti hoaks. Dengan menjadi pengguna internet yang cerdas dan beretika, pemuda berperan menjaga persatuan di dunia maya sekaligus mengoptimalkan potensi ekonomi digital bangsa.
- Pengangguran dan Kemandirian Ekonomi Pemuda
Isu pengangguran pemuda masih menjadi tantangan strategis. Dampak pandemi dan disrupsi teknologi membuat banyak anak muda kesulitan masuk pasar kerja layak. Laporan terbaru Bank Dunia (Oktober 2025) mencatat bahwa satu dari tujuh anak muda di Indonesia masih menganggur, dan sebagian besar yang bekerja pun terpaksa di sektor informal dengan upah rendah tanpa jaminan.
Situasi ini mencerminkan incomplete job recovery, di mana pemulihan pasar kerja pasca pandemi belum sepenuhnya terasa di kalangan muda. Di Sulawesi Selatan maupun nasional, kita melihat lulusan muda menghadapi skill gap antara pendidikan dan kebutuhan industri, serta terbatasnya lapangan kerja formal.
Mengatasi hal ini, pemuda harus didorong menjadi job creators selain job seekers. Program kewirausahaan pemuda, startup digital, ekonomi kreatif, dan ekonomi desa bisa menjadi solusi memberdayakan potensi lokal. Organisasi kepemudaan berperan memfasilitasi pelatihan keterampilan (skill training), pendampingan UMKM pemuda, akses permodalan kreatif, hingga inkubasi bisnis.
Kemandirian ekonomi pemuda akan melahirkan generasi yang produktif dan berdaya saing, sekaligus mengurangi kesenjangan sosial. Dengan semangat inovasi dan kerja keras, pemuda negarawan diharapkan mampu membuka lapangan kerja baru dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi inklusif.
- Toleransi, Keberagaman, dan Semangat Kebangsaan
Spirit Sumpah Pemuda adalah tentang persatuan dalam keberagaman. Namun dewasa ini, tantangan intoleransi dan polarisasi masih menghantui kehidupan berbangsa, termasuk di kalangan generasi muda.
Berbagai survei menunjukkan adanya tren kecenderungan sikap intoleran dan segregatif di kalangan anak muda belakangan ini. Tentu ini sebuah kondisi yang sangat mengkhawatirkan mengingat konteks kebhinekaan Indonesia.
Misalnya, sikap eksklusif dalam pergaulan, fanatisme sempit, hingga terpapar paham ekstrem dapat mengikis ikatan kebangsaan. Menghadapi ini, peran pendidikan karakter kebangsaan dan dialog antarbudaya sangat vital.
Pemuda Muhammadiyah bersama organisasi pemuda lintas agama/daerah dapat menjadi garda terdepan merawat toleransi melalui diskusi lintas iman, kegiatan sosial bersama, dan kampanye nilai-nilai Pancasila.
Peringatan Sumpah Pemuda 2025 ini mengingatkan kita bahwa sejak 97 tahun lalu pemuda telah berikrar bertumpah darah satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu Indonesia. Maka, pemuda hari ini mesti merajut kembali tenun kebangsaan, menolak provokasi SARA, serta menjunjung semangat Bhinneka Tunggal Ika. Hanya dengan persatuan dan saling menghargai perbedaan, Indonesia dapat menghadapi berbagai tantangan zaman secara kokoh.
- Perubahan Iklim dan Kepedulian Lingkungan
Krisis iklim merupakan isu global yang sangat relevan bagi generasi muda, karena merekalah yang akan mewarisi dampaknya di masa depan. Data ilmiah menunjukkan situasi genting, misalnya tahun 2024 tercatat sebagai tahun terpanas dalam sejarah modern, dan Indonesia pun mengalami kenaikan suhu serta permukaan laut yang mengancam ekosistem.
Dalam konteks ini, peran pemuda sangat strategis sebagai motor penggerak aksi iklim. BMKG menegaskan bahwa dampak perubahan iklim terbesar akan dirasakan oleh generasi muda, sehingga pemuda bukan hanya korban, tetapi juga agen perubahan yang memiliki inovasi dan energi untuk memimpin aksi nyata.
Kenyataannya, banyak pemuda Indonesia sudah bergerak di garis depan, mulai dari komunitas penghijauan, startup energi terbarukan, hingga advokasi kebijakan ramah lingkungan.
Bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda ke-97 tahun ini, digelar inisiatif Aksi Muda Jaga Iklim 2025 di lebih dari 1.200 lokasi se-Indonesia, melibatkan puluhan ribu anak muda melakukan aksi nyata penanaman pohon, bersih pantai, dan edukasi iklim di komunitas. Ini membuktikan tingginya kepedulian generasi muda terhadap lingkungan.
Ke depannya, organisasi kepemudaan dapat terus berkolaborasi dengan pemerintah dan NGO dalam program mitigasi bencana, pengurangan sampah plastik, urban farming, dan kampanye hemat energi. Pemuda negarawan harus peka terhadap isu lingkungan, menerapkan gaya hidup berkelanjutan, dan mengajak masyarakat menjaga alam sebagai warisan untuk generasi mendatang.
- Kepemimpinan dan Partisipasi: Mewujudkan Pemuda Negarawan
Tantangan terakhir namun tak kalah penting adalah menyiapkan kader pemimpin muda berjiwa negarawan. Bonus demografi Indonesia dalam dua dekade ke depan, di mana pada tahun 2045 sekitar 70 persen penduduk berusia produktif, dimana hal ini bisa menjadi berkah atau musibah tergantung kualitas pemudanya.
Kita perlu memastikan generasi milenial dan Gen-Z siap memikul tanggung jawab estafet kepemimpinan di berbagai bidang. Pemuda negarawan berarti pemuda yang tidak hanya cakap dan berprestasi, tapi juga berintegritas, visioner, dan mengutamakan kepentingan bangsa di atas golongan.
Dalam konteks politik dan pemerintahan, partisipasi pemuda sangat dibutuhkan untuk menghadirkan ide-ide segar dan memperkuat demokrasi. Keterlibatan pemilih muda dalam Pemilu 2024 yang lalu, misalnya, menunjukkan tingginya antusiasme pemuda menentukan arah bangsa, sebuah tren positif yang perlu diimbangi dengan pendidikan politik yang mencerahkan agar anak muda terhindar dari politik identitas sempit.
Di sinilah organisasi seperti Pemuda Muhammadiyah mengambil peran penting dalam kaderisasi pemimpin muda. Selama 93 tahun eksistensinya, Pemuda Muhammadiyah konsisten mencetak kader yang berkontribusi bagi persyarikatan, umat, dan bangsa.
Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah periode ini menegaskan bahwa Pemuda Muhammadiyah dari seluruh Indonesia adalah pemuda-pemuda negarawan, siap ambil peran di persyarikatan, umat, dan juga bangsa. Prinsip ini diwujudkan melalui pembinaan karakter, peningkatan kapasitas keilmuan, dan pengabdian sosial oleh kader-kader muda Muhammadiyah.
Rekam jejak Pemuda Muhammadiyah dalam sejarah pun menunjukkan komitmen kenegarawanan, bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka, para kader terlibat aktif dalam perjuangan kebangsaan.
Semangat kenegarawanan inilah yang terus dijaga dan dinyalakan hingga hari ini. Seperti disampaikan dalam Milad Pemuda Muhammadiyah ke-93, “Kita sudah eksis 93 tahun lamanya menjadi Pemuda Negarawan di setiap periode sejarah bangsa. Semangat kenegarawanan ini harus terus dijaga dan dinyalakan”.
Penutup
Mengelola hingga lima isu strategis di atas, yakni digitalisasi, ekonomi, toleransi, iklim, dan kepemimpinan, ibarat mengarungi samudera tantangan bagi pemuda Indonesia. Namun, dengan spirit Sumpah Pemuda “Bergerak Bersatu” dan motto “Pemuda Negarawan”, saya optimis generasi muda mampu menjadi solusi bagi masalah-masalah tersebut.
Kunci utamanya adalah kolaborasi dan aksi kolektif. Pemuda lintas organisasi perlu merapatkan barisan, berbagi pengetahuan dan sumber daya, serta bergerak bersama menjawab persoalan bangsa. Pemerintah pusat dan daerah pun diharapkan memberi ruang dan dukungan bagi inisiatif kaum muda.
Pada akhirnya, refleksi Sumpah Pemuda 2025 ini mengingatkan kita bahwa persatuan dan visi kebangsaan harus terus hidup dalam sanubari pemuda. Dengan bekal idealisme, ketrampilan, dan akhlak mulia, para pemuda Indonesia, termasuk kader Pemuda Muhammadiyah dapat tampil sebagai negarawan muda yang memimpin perubahan positif.
Mari wujudkan generasi pemuda yang cerdas digital, mandiri secara ekonomi, toleran, peduli lingkungan, dan berjiwa pemimpin. Itulah esensi pemuda negarawan yang akan membawa Indonesia melangkah mantap menuju masa depan yang gemilang, sesuai amanat para pemuda 1928 yang bersumpah bertanah air satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu, Indonesia. (*)
