REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR – Pengamat Sosiologi Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Dr. Sawedi Muhammad, menyoroti cara pemerintah Kota Makassar terhadap pengamen saat melakukan sosialisasi jelang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang melakukan pengrusakan gitar salah satu sumber mata pencarian hidup seorang pengamen, pada Sabtu (18/04/2020) lalu.
“Tindakan Satpol-PP yang merusak gitar pengamen jalanan saya kira sangat berlebihan,” tulis Sawedi, saat dihubungi melalui pesan WhatsApp, Senin (20/04/2020).
Seharusnya Pemerintah Kota Makassar lebih mengedepankan pendekatan secara persuasif ke publik akan lebih jauh bermanfaat ketimbang menggunakan kekerasan.
“Memang tidak mudah mengimbau masyarakat untuk tidak beraktifitas seperti biasa dimasa darurat Covid-19 ini. Namun, mengedepankan sosialisasi dan persuasif ke publik akan jauh lebih elegan ketimbang menggunakan cara-cara kekerasan,” kata Pengamat Sosiologi Unhas itu.
kekerasan terhadap penertiban pengamen pada Sabtu lalu, Sawedi Muhammad menilai bahwa Satpol-PP lebih memperlihatkan sisi arogansinya dibanding melakukan secara persuasif.
“Kekerasan dalam penertiban terjadi karena beberapa hal. Pertama, Satpol lebih menampakkan sisi arogansinya karena hanya menjalankan perintah penertiban. Artinya, mereka tidak dibekali oleh komandannya,” kata Sawedi.
“Sejatinya Pemkot Makassar tidak bisa berjalan sendirian. Pelibatan TNI/Polri, Universitas, LSM, tokoh masyarakat dan media tentunya adalah sebuah keharusan. Kerjasama multipihak dan solidaritas sosial sangat dibutuhkan di masa-masa sulit seperti ini. Hanya dengan bekerja sama, kita akan selamat melewati pandemi covid-19 ini,” tambah Dr. Sawedi Muhammad. (Thamzil)