Republiknews.co.id

Sekelumit Cerita Bachtiar Tentang Sejarah Benteng Tumenggung Jalil di Desa Tundakan

Tokoh Masyarakat Desa Tundakan Kabupaten Balangan, Bachtiar. (Foto: Rahim Arza/Republiknews.co.id)

REPUBLIKNEWS.CO.ID, BALANGAN — Cerita kesaksian tokoh masyarakat ihwal muasal Benteng Tundakan sebagai pertahanan perang oleh pahlawan Tumenggung Jalil. Bachtiar, pria kelahiran asal Candi Agung, Kota Amuntai ini melihat jejak sejarah pasca kolonial Belanda di Desa Tundakan, Kecamatan Awayan, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan.

Dalam kisahnya, Bachtiar menyebut sosok almarhum Fathul Muin, adalah salah satu orang veteran yang juga tertembak namun bertahan hidup, lalu kemudian ditunjuk sebagai Kepala Desa di wilayah ini. Perlahan, permukiman di Desa Tundakan mulai dihuni oleh warga sekitar.

“Pasca merdeka, kemudian sosok veteran Fathul Muin ditunjuk sebagai Kepala Desa Tundakan. Perlahan, dia membangun wilayah ini,” ucap Bachtiar kepada republiknews.co.id, Rabu (20/07/2022).

Kata Bachtiar, dulu sebutan seorang veteran adalah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Indonesia yang melawan penjajahan Belanda. Namun pasca merdeka, kata dia, berubah menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang kini menjadi pertahanan untuk bangsa ini. “Dulu masih TKR, karena rakyat yang berjuang. Bahkan, sosok Pattimura pun hadir ke sini.” ucapnya

Di Tanah Banua, Bachtiar menyebut para veteran dulu bersatu, berjanji serta bersumpah untuk tanah air ini dengan semboyan ‘Waja Sampai Kaputing’. Menurutnya, orang-orang bahari dulu berjuang tanpa henti, hingga berhasil melawan penjajahan Belanda.

Bachtiar memandang, makna ‘Waja’ diartikan sebagai logam yang tak mampu dipatahkan. Menurutnya, kehebatan seorang pejuang dahulu sangat kuat, hingga akhirnya bersatu dengan 5 kerajaan untuk bersumpah.

“Kada mungkin kalah buhannya, karena kada pacang mati sebelum menang. Namanya gin waja, patah kada, lipuk kada,” ujarnya.

Adapun sosok Tumenggung Jalil, Bachtiar menyebut muasal dari Candi Agung yang dikenal alim (sholeh). Sebelum perang melawan Belanda, Tumenggung Jalil bermunajat kepada Tuhan untuk meminta perlindungan melalui sembahyang, yang dijamaknya lewat karomahnya.

“Tumenggung Jalil itu orangnya alim, dan dipandang suhu karena pemberani. Sebelum perang, beliau kerap sembahyang 2 rakaat. Meminta dengan Tuhan untuk perlindungan,” ucap Bachtiar.

Jadi sebelum berangkat untuk perang, menurutnya seorang pahlawan Tumenggung Jalil melakukan jamak kepada para veteran yang hendak melawan Belanda. Kata dia, sebagian tidak diizinkan karena dikhawatirkan mati saat di medan perang. “Dijamak beliau lewat bumbunan sini. Hai, ikam (kamu) jangan turun berperang, nanti bakal mati. Mengantar umur wara (aja),” tirunya.

Kata Bachtiar, orang-orang pilihan itu langsung ditunjuk siap berperang, dianggap tahan dari peluru. Dan sebagian warga lainnya dilarang. Waktu itu, menurutnya sekitar 100 warga lebih yang dikumpulkan untuk berperang demi mempertahankan tanah ulayatnya.

“Parang (pisau), tumbak, bambu runcing dan semacamnya itu, mereka menyerang ke Desa Batu Mandi. Hancurlah benteng di sana, dan ditimbun banyak tulang manusia, orang-orang Belanda matian,” ujarnya.

Kemudian, kata Bachtiar, masyarakat di sana menyebut wilayah itu sebagai Timbun Tulang. Berlanjut cerita, dia menyampaikan bahwa pasukan kembali menyerang di pukul 02.00 malam demi berperang dengan Belanda. “Orang belanda banyak guringan (tidur), sehingga para pasukan mudah menyerang langsung tanpa perlawanan,” kata pria kelahiran 1942 itu.

Kata Bachtiar, kematian para pasukan Belanda itu dibuang ke sungai, dan kemudian diberi nama Lok Bangkai di wilayah Amuntai. Selanjutnya, dia menceritakan di wilayah Pudak turut bagian perang dalam pertumpahan darah dengan Belanda, bahwa dulunya perang menggunakan puluhan bambu runcing, dan disembunyikan di celah-celah dedaunan tanpa sepengetahuan musuh.

Adapun sosok Tumenggung Jalil, Bachtiar memandang bahwa memiliki keistimewaan yaitu karomah yang diberikan Allah Swt. Konon, dia mendengar kisah bahwa kuburan Tumenggung Jalil kerap berpindah sendiri di sekitar wilayah itu. “Maunya orang bealih (berpindah), terserah. Sebenarnya beliau itu masih hidup, cuma jasadnya mati,” tandasnya.

Exit mobile version