Republiknews.co.id

Tantangan Geopolitik Global Tak Pengaruhi Kinerja Industri Keuangan Nasional

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar (tengah atas) bersama jajaran Kepala Eksekutif Pengawas OJK dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan OJK, melalui virtual, Selasa, (08/07/2025). (Dok. Humas OJK)

REPUBLIKNEWS.CO.ID, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai stabilitas sektor jasa keuangan (SJK) tetap terjaga di tengah melemahnya perekonomian global dan peningkatan tensi geopolitik di Timur Tengah. Hal ini diungkapkan Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan OJK, melalui virtual.

Mahendra mengatakan, perekonomian domestik di periode Mei 2025 masih menunjukkan resiliensi di tengah tekanan global. Salah satunya, pada laju inflasi terlihat terus menurun, dengan inflasi inti tercatat termoderasi ke level 2,37 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

“Dari sisi eksternal, neraca perdagangan pada Mei 2025 kembali mencatatkan surplus cukup besar setelah sempat mengalami tekanan pada bulan sebelumnya,” katanya, dalam pertemuan, Selasa, (08/07/2025).

Lanjutnya, jika melihat pada kinerja ekspor menunjukkan perbaikan, terutama didorong oleh pertumbuhan positif pada ekspor produk pertanian dan manufaktur dalam tiga bulan terakhir.

“Peningkatan ini berhasil mengimbangi penurunan yang terjadi pada ekspor produk pertambangan dan komoditas lainnya,” terangnya.

Ia mengungkapkan, secara kondisi perekonomian global, lembaga-lembaga internasional kembali menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk periode 2025 hingga 2026. Dalam laporan terbarunya, World Bank dan OECD menilai bahwa ketidakpastian perkembangan geopolitik, masih membayangi prospek pemulihan ekonomi ke depan.

Ketidakpastian perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok sedikit menurun setelah tercapainya kerangka kesepakatan dagang antara kedua negara. Namun demikian, tensi geopolitik kembali meningkat terutama di kawasan Timur Tengah seiring terjadinya perang antara Israel dan Iran disusul serangan AS terhadap tiga fasilitas nuklir utama Iran.

“Tekanan terhadap pasar keuangan dan harga minyak mereda setelah gencatan senjata Israel dan Iran diberlakukan,” ujarnya.

Di tengah perkembangan tersebut, indikator ekonomi global menunjukkan tren moderasi dan sebagian besar di bawah ekspektasi. Hal ini mendorong kebijakan fiskal dan moneter global yan.g lebih akomodatif.

Di AS, meski outlook pertumbuhan ekonomi diturunkan, The Federal Reserve (The Fed) masih belum menurunkan suku bunga dan mempertahankan suku bunga acuan (FFR) di kisaran 4,25-4,50 persen, menunggu kejelasan kebijakan tarif dan dampaknya terhadap inflasi.

Exit mobile version