REPUBLIKNEWS.CO.ID, GOWA- Sejumlah petani di Kabupaten Gowa mulai menerapkan penggunaan pupuk organik dalam meningkatkan hasil produksinya. Penggunaan pupuk organik ini dinilai lebih hemat biaya, dan mampu meningkatkan produktivitas pertanian.
Direktur Utama Perusahaan Daerah Holding Company Gowa Mandiri Rahmansyah mengatakan, petani yang telah menggunakan pupuk organik dalam proses pertaniannya sudah ada di tiga kecamatan di Kabupaten Gowa. Masing-masing di Kecamatan Bajeng dan Bajeng Barat, serta di Kecamatan Pallangga.
“Pada hari ini merupakan proses panen perdana budi daya padi organik di Desa Manjalling, Kecamatan Bajeng Barat,” katanya di sela-sela kegiatan, Selasa (09/08/2022).
Dari tiga kecamatan yang telah menerapkan penggunaan pupuk organik itu dengan total luasan lahan pertanian sebanyak 100 hektar (Ha). Di antaranya, di Desa Manjalling, Kecamatan Bajeng Barat seluas 5 Ha, kemudian di Desa Lempanan, dan Desa Pannyangkalang di Kecamatan Bajeng seluas 52 Ha. Selanjutnya di Kecamatan Pallangga 23 Ha di Desa Panakkukang dan 15 Ha di Desa Julupamai.
Selanjutnya, berdasarkan lahan yang sudah panen dengan menggunakan pupuk organik itu mampu menghasilkan 6 ton per hektarnya atau berat rata-rata Gabah Hasil Panen (GKP) sebanyak 60 Kilogram (Kg) perkarung dengan karung ukuran 50 Kg.
“Hasil beras yang di giling dengan penggilingan biasa 100 Kg Gabah Kering Giling (GKG) menjadi 66 Kg beras. Artinya bulir padi berisi dan kualitas gabah hasil panen bagus dengan rendemen 66 persen,” ungkapnya.
Dirinya menambahkan, untuk jangka panjangnya pihaknya akan menambah untuk luasan hektar penggunaan pupuk organik atau dari 100 Ha menjadi 500 hingga 1000 Ha. Dalam mendorong hak tersebut pihaknya merasa perlu sarana pendukung seperti Rice Milling Unit (RMU) berkapasitas 1,5 ton per jam dan Dryer (pengering) berkapasitas 30 ton per jam.
“Artinya 30 ton di bagi produksi 6 ton per Ha itu bisa 5 Ha panen setiap hari. Untuk itu perlu juga ada dryer di setiap lokasi (desa) sebagai antisipasi panen di musim hujan selain menggunakan lantai jemur dan sisa limbah dryer (sekam bakar) bisa dijadikan pupuk padat organik,” tambahnya.
Ia mengaku, budi daya padi organik ini sebagai langkah pemberdayaan petani untuk mandiri dan pemanfaatan kearifan lokal atau sumber daya lokal untuk menjadi pupuk padat, pupuk cair (poc), serta pestisida nabati organik (pesnab).
“Selain itu, ini juga sebagai langkah pemula antisipasi kelangkaan pupuk di petani. Terpenting lainnya sebagai salah satu langkah mendukung peraturan provinsi tentang pertanian organik,” ujarnya.
Sementara, Sekretaris Daerah Kabupaten Gowa Kamsina pun menyambut baik dan mengapresiasi penggunaan pupuk organik ke petani tersebut. Menurutnya hasil dari penggunaan pupuk organik ini cukup baik.
Olehnya itu, dirinya berharap penggunaan pupuk organik ini bisa dilakukan para petani di seluruh kecamatan yang ada. Apalagi penggunaan pupuk organik tidak menggunakan biaya yang besar.
“Saya berharap pupuk orgnanik ini bisa menyeluruh ke 18 Kecamatan dan kita berharap hasil pertanian bisa lebih meningkat. Membuat pupuk organik ini tidak terlalu banyak modalnya,” ungkapnya.
Selain itu, dirinya berharap lahan-lahan pertanian yang produktif di Kabupaten Gowa agar dijaga dengan baik dan didorong untuk bisa berproduksi tiga kali dalam setahun. (*)
