REPUBLIKNEWS.CO.ID, BULUKUMBA — Wakil Bupati Bulukumba, Tomy Satria Yulianto akhirnya angkat bicara dengan memberikan klarifikasi terkait pernyataanya dalam sebuah ceramahnya yang mengajak warga Kecamatan Bonto Bahari untuk keluar dan tidak “seperti katak dalam tempurung”.
Dirinya mengajak semua pihak agar melihat secara utuh konteks ceramah yang disampaikannya di hadapan jemaah saat menggelar safari ramadhan beberapa waktu lalu. Dimana hal itu tersebut dimaksudkan agar masyarakat tidak lagi berdebat soal siapakah pencipta Perahu Pinisi.
“Liat secara utuh konteks ceramahnya. Jangan liat teks yang sepotong. Mungkin kontribusi saya sedikit, namun saya hadir dan diskusi dengan pemangku kepentingan saat Pinisi di usulkan dan ditetapkan sebagai warisan dunia,” katanya, Minggu (19/05/2019).
Tomy menjelaskan bahwa konteks yang dibicarakan dalam ceramahnya yakni sebuah ajakan agar perdebatan siapa pembuat perahu pinisi tidak lagi berlanjut. Pasalnya pembuat perahu Pinisi menurutnya sangatlah jelas yakni dibuat oleh masyarakat Bira, Lemo-lemo, dan Ara.
“Semua orang tahu kalau pinisi dibuat oleh masyarakat bira, lemo-lemo dan Ara. Tidak ada yang pungkiri. Kenapa perlu saya sampaikan ini karena pernah ada diskursus saat baru saja Pinisi ditetapkan sebagai warisan dunia oleh unesco,” bebernya.
Saat ini menurut Ketua Partai Nasdem Bulukumba ini yang perlu dilakukan yakni memberikan manfaat bagi masyarakat Bonto Bahari dan masyarakat Sulael atas pengakuan tersebut. Dimana dalam pengakuan tersebut, Bonto Bahari saat ini menjadi kecamatan yang mendapatkan kucuran anggaran yang tinggi.
“Percepatan infrastruktur harus dilakukan. Tahun depan akan dibangun museum Pinisi, galeri seni dan percepatan pengusulan pembangunan bandara,” jelasnya.
Selain itu, Tomy mengaku bahwa konteks yang disampaikannya saat ini merupakan upaya untuk mengajak masyarakat untuk mempercepat pembangunan agar peradaban yang telah mendapat pengakuan dunia ini dapat dijaga.
“Itu poin dan konteks yang saya sampaikan bahwa pekerjaan kita sekarang adalah karena peradaban ini sudah diakui oleh dunia, kita saatnya berfikir strategis menjaga peradaban ini dan diakui oleh dunia sebagai peradaban yang besar,” pungkasnya.
Sebelumnya dalam rilis yang disampaikan Bagian Humas Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bulukumba yang menyematkan kutipan yang mengajak masyarakat Bonto Bahari untuk tidak “seperti katak dalam tempurung” menjadi ramai diperbincangkan di media sosial.
Sebagian masyarakat Bulukumba menganggap jika kutipan tersebut memiliki pemaknaan seseorang yang memiliki cara berpikir sempit dan tidak memiliki wawasan yang luas. (rls)
