Republiknews.co.id

Transformasi PLN Pastikan Listrik Aman di Pergantian Tahun

PLN komitmen pastikan ketersediaan pasokan listrik saat pergantian tahun 2023 lewat transformasi yang dilakukan. (Dok. Humas PLN UIP Sulawesi)

REPUBLIKNEWS.CO.ID, JAKARTA — Penggunaan listrik di malam pergantian tahun dipastikan meningkat. Proyeksi kebutuhan pasokan listrik pada peringatan Natal dan Tahun Baru (Nataru) diprediksi sekitar 34,6 gigawatt (GW).

PT PLN (Persero) pun berkomitmen memastikan pasokan listrik, terkhususnya jelang Tahun Baru 2023 dalam kondisi aman. Upaya ini melalui transformasi yang dilakukan PLN melalui pemenuhan pasokan energi primer yang sangat cukup untuk menjaga Hari Operasional Pembangkit (HOP) di seluruh pembangkit listrik di Indonesia.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, pasokan listrik yang dipastikan aman saat perayaan pergantian tahun tidak lepas dari transformasi dalam manajemen rantai pasok energi primer. Apalagi upaya ini telah mendapatkan dukungan dari pemerintah dan stakeholder di industri batu bara domestik.

“Kalau Nataru 2021 lalu kondisi pasokan batu bara agak kritis. Alhamdulillah, tahun ini sangat tercukupi, bahkan menjadi HOP terbaik sepanjang sejarah,” katanya saat mengecek kesiapan Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Tambak Lorok, di Semarang, Jawa Tengah, kemarin.

Ia menjelaskan, transformasi yang dilakukan yakni sejak awal 2022, PLN telah melakukan perubahan paradigma dalam monitoring dan pengendalian pasokan batu bara. Di mana pengawasan awalnya fokus pada titik bongkar Estimated Time of Arrival (ETA) menjadi berfokus pada titik muat atau loading.

Lewat tranformasi, PLN komitmen jaga keandalan listrik masyarakat. (Dok. Humas PLN UIP Sulawesi)

“Kami bangun mekanisme Early Warning system, sehingga risiko keterlambatan pengiriman pasokan batu bara dapat diminimalisir. Dengan sistem seperti ini maka jika ada potensi kegagalan pasokan karena ketersediaan batu bara maupun armada angkutannya, akan dapat dideteksi lebih dini,” kata Darmawan.

Selain itu, pihaknya membangun sistem digital pengelolaan batu bara terintegrasi, sehingga batu bara kini termonitor secara real time. Langkah pengawasan dilakukan tidak hanya melalui fisik di lapangan, tetapi juga dengan integrasi sistem monitoring digital.

“Kami integrasikan sistem digital PLN dengan sistem digital Ditjen Minerba, sehingga dapat dilakukan corrective action secara cepat, tepat, dan terukur,” tegas Darmawan.

Adapun total daya mampu pasok secara nasional selama periode Nataru sebesar 44,4 Gigawatt (GW) dengan proyeksi beban puncak pada malam tahun baru sebesar 34,6 GW. Artinya dari sisi pasokan listrik PLN sangat mencukupi untuk mengcover seluruh kegiatan masyarakat dengan cadangan operasi sebesar 9,8 GW.

“Dengan ketersediaan pasokan energi primer yang terbaik sepanjang sejarah ini, membuat kami optimis PLN siap menjaga terangnya listrik agar perayaan Tahun Baru 2023 dapat berlangsung penuh suka cita,” kata Darmawan.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo (tengah), saat memantau ketersediaan pasokan energi di PLTGU Tambak Lorok, di Semarang Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. (Dok. Humas PLN UIP Sulawesi)

Sebagai upaya dalam menjaga ketersediaan pasokan energi di seluruh pembangkit listrik yang ada. PLN telah dan terus melakukan pemantauan terhadap ketersediaan pasokan energi primer di seluruh pembangkit listrik.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengungkapkan, pemantauan dilakukan di seluruh wilayah pembangkit listrik yang ada di Indonesia.

Ia menyebutkan, di bagian barat atau di PLTU Nagan Raya, ketersediaan batu bara cukup untuk 21 HOP. Selanjutnya di bagian tengah atau di PLTU Ketapang, Pulau Kalimantan pasokan batu bara cukup untuk 21 HOP.

Kemudian, di bagian timur, di Nusa Tenggara Timur (NTT) ada PLTU Ropa yang kebutuhan batu baranya cukup untuk 26 HOP. Selanjutnya di Papua ada PLTU Holtekamp dengan ketersediaan batu baranya bahkan cukup untuk 98 HOP.

“Kami telah cek pasokan energi primer di seluruh Indonesia, semua dalam kondisi cukup,” ujarnya.

Secara khusus, Darmawan juga memastikan ketersediaan energi primer untuk pembangkit di Pulau Jawa dalam kondisi cukup.

Ia menyebutkan, untuk pulau Jawa, di bagian barat pada PLTU Suralaya, ketersediaan batu bara cukup dengan HOP lebih dari 28 Hari. Di bagian timur atau di PLTU Paiton, ketersediaan batu baranya juga cukup, dengan HOP lebih dari 25 hari.

“Hari ini kita cek PLTGU Tambak Lorok, ketersediaan gasnya juga aman. Begitu juga di PLTU Tanjung Jati B, HOP-nya lebih dari 20 hari,” tambah Darmawan.

Tidak hanya batu bara, pasokan gas dan BBM sebagai second line dan third line of defense, yang sebelumnya mengalami keterbatasan, pasokannya kini berada dalam kondisi aman.

Exit mobile version