REPUBLIKNEWS.CO.ID, LUWU — Ketua Forum Pemuda Latimojong Bersatu (FPLB), M. Azriel, menyampaikan tanggapan kritis terhadap pernyataan Pengurus Besar Ikatan Pelajar Mahasiswa Indonesia Luwu Raya (PB IPMIL Raya) yang menyoroti aktivitas pertambangan dan pembangunan smelter di Luwu Raya.
Azriel menegaskan pentingnya objektivitas dalam menyampaikan aspirasi, dan mengingatkan agar tidak menyebarkan tuduhan yang tidak berdasar.
“Investasi seperti PT Bumi Mineral Sulawesi (BMS) dan PT Masmindo Dwi Area (MDA) di Latimojong tidak datang tanpa dampak positif. Banyak pemuda lokal yang sebelumnya menganggur kini memiliki pekerjaan. Warung-warung ramai, ekonomi bergerak. Itu fakta yang harus diakui,” tegas Azriel, 19 Juli 2025.
Baca Juga : KWLT Ajak Warga Bonelemo Kedepankan Dialog, Apresiasi Komitmen MDA Tanggapi Aspirasi Masyarakat
Ia menilai tudingan yang mengaitkan pembangunan proyek dengan bencana longsor di Rante Balla tanpa kajian valid sebagai langkah yang tergesa-gesa.
“Apakah ada riset? Apakah PB IPMIL Raya sudah turun langsung ke lapangan? Jangan sampai mahasiswa hanya jadi juru bicara ketakutan, bukan bagian dari solusi,” katanya.
Azriel mengakui bahwa setiap proyek industri pasti memiliki risiko. Namun, menurutnya, tugas generasi muda adalah mengawal agar risiko tersebut tetap terkendali melalui pengawasan partisipatif, bukan menolak mentah-mentah.
Baca Juga : Forum Pengawal Investasi Apresiasi Inisiatif MDA dan Forkopimda Jaga Iklim Investasi di Luwu
“Kami bukan corong perusahaan, tapi kami juga bukan pembenci kemajuan,” ujarnya.
Ia juga menyoroti pentingnya keterlibatan pemuda dan masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan. Menurutnya, perusahaan kini lebih terbuka berdialog dengan masyarakat dan pemerintah desa jika didekati dengan cara yang konstruktif.
“Kami melihat sudah ada ruang partisipasi, tinggal bagaimana kita memanfaatkannya,” tambahnya.
Baca Juga : Barisan Luwu Merah Putih Apresiasi Sinergi MDA dan Forkopimda Wujudkan Investasi Kondusif di Luwu
Menanggapi tuntutan PB IPMIL Raya soal keadilan sosial dan kompensasi, Azriel mendorong mahasiswa untuk aktif mengawal pelaksanaan program tanggung jawab sosial (CSR).
“Kita harus turun ke lapangan, cek apakah CSR berjalan. Dorong jika belum. Jangan hanya mengeluarkan pernyataan dari kejauhan,” jelasnya.
Ia mengingatkan bahwa penolakan terhadap proyek strategis tanpa disertai solusi justru dapat memperlebar ketimpangan antarwilayah.
Baca Juga : Blokir Jalan Bukan Solusi, Komunitas Warga Lingkar Tambang Minta Masyarakat Bijak Sikapi Isu
“Luwu jangan hanya jadi penonton kemajuan. Kita butuh pembangunan, tapi harus adil dan berkelanjutan,” tegas Azriel.
Ia menutup dengan ajakan kepada PB IPMIL Raya untuk berdialog dengan elemen pemuda di kampung halaman.
“Kami di Latimojong ingin duduk bersama, bukan saling menuduh. Kalau ada yang salah, mari kita perbaiki, tapi jangan korbankan masa depan,” pungkasnya.
Baca Juga : Blokir Jalan Bukan Solusi, Komunitas Warga Lingkar Tambang Minta Masyarakat Bijak Sikapi Isu
FPLB, lanjut Azriel, akan terus mendorong penguatan kapasitas pemuda lokal agar terlibat aktif dalam pembangunan, baik sebagai tenaga kerja, pelaku usaha, maupun pengawas sosial.
“Pembangunan bukan untuk ditolak, tapi untuk dikawal. Dan kami siap mengawal demi Luwu yang maju, adil, dan berkelanjutan,” tandasnya.(*)