0%
logo header
Senin, 23 Maret 2020 13:48

Menjaga Ekspektasi Demi Stabilitas Ekonomi Sulsel Ditengah Covid-19

Menjaga Ekspektasi Demi Stabilitas Ekonomi Sulsel Ditengah Covid-19

REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR — Penyebaran Covid-19 atau yang lebih dikenal dengan sebutan virus Corona, yang terjadi secara global berpotensi memberikan pengaruh pada perekonomian Indonesia, termasuk Sulawesi Selatan. Meskipun demikian, Sulawesi Selatan memiliki modal dasar yang cukup kuat dalam menghadapi tekanan Covid-19, salah satunya adalah inflasi yang terkendali. Pada posisi Februari 2020, tekanan inflasi tercatat sebesar 2,84% (yoy), lebih rendah dari rata-rata inflasi 5 tahun terakhir yang mencapai 4,47% (yoy). Sejak tahun 2017 hingga tahun 2019, inflasi tahunan Sulsel juga menunjukkan tren perkembangan yang menurun.

Sampai dengan pertengahan Minggu ke 3 bulan Maret 2020, perkembangan harga pangan utama sebagian besar masih dalam level harga yang wajar. Secara umum beberapa komoditas menunjukkan deflasi, kecuali gula pasir yang secara bulanan (mtm) mengalami kenaikan harga relatif tinggi, mencapai 14,23%. Berdasarkan pemantauan dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS; www.hargapangan.id) hingga minggu III Maret 2020, perkembangan harga komoditas strategis (beras, minyak goreng, bawang putih, dan bawang merah) terpantau berada pada level yang terkendali, baik di pasar tradisional, pasar modern, maupun pedagang besar. Selain itu, sejalan dengan perkembangan PIHPS dimaksud secara umum komoditas pangan berdasarkan hasil survei pemantauan harga (SPH) yang dilakukan Bank Indonesia pada minggu I-III Maret 2020 menunjukkan bahwa harga mayoritas komoditas bahan pangan relatif terkendali bahkan berpotensi mengalami deflasi. Kepala BI perwakilan sulsel Bambang Kumiarso menjelaskan salah satu poin penting dari kondisi perkembangan harga tersebut adalah bahwa pasokan komoditas strategis di wilayah Sulawesi Selatan masih relatif terjaga.

“Mencermati kondisi ini, masyarakat diharapkan tidak perlu panik dan tidak perlu melakukan belanja yang berlebihan (panic buying) dalam menghadapi Covid-19,” ujarnya. Minggu (22/03).

Baca Juga : IOH Group dan Accenture Siap Bangun Peradaban Ekonomi Digital Indonesia

Dengan menerapkan pola belanja bijak dan berkegiatan ekonomi yang normal, maka masyarakat memberikan andil nyata dalam menjaga stabilitas perekonomian Sulawesi Selatan. Untuk mengantisipasi terjadinya potensi kenaikan tekanan inflasi, Bank Indonesia bersama dengan instansi yang tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus melaksanakan kegiatan monitoring dan meningkatkan koordinasi dalam rangka pengendalian inflasi dengan penerapan strategi kebijakan 4K yang mencakup ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, keterjangkauan harga dan komunikasi yang efektif.

Untuk mendukung kelancaran aktivitas perekonomian masyarakat, dari sisi sistem pembayaran, Bank Indonesia bersama perbankan menjamin ketersediaan dan kecukupan pasokan uang Rupiah di masyarakat saat ini maupun ke depan dalam rangka menyambut puasa dan Hari Raya Idulfitri. Mempertimbangkan beberapa kelebihan dari penggunaan pembayaran nontunai, Bank Indonesia menghimbau masyarakat untuk dapat menggunakan berbagai alternatif instrumen pembayaran nontunai (kartu kredit, debit, dan e-money, baik card based maupun server based/QRIS). Bank Indonesia juga menghimbau kepada para pelaku usaha bersama dengan Penyedia Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) untuk mendukung kelancaran transaksi masyarakat melalui instrumen pembayaran nontunai yang dapat digunakan. (Muh. Ahmad)

Redaksi Republiknews.co.id menerima naskah laporan citizen (citizen report). Silahkan kirim ke email: [email protected] atau Whatsapp +62 813-455-28646