REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 6 Sulawesi, Maluku, dan Papua mencatat kinerja industri jasa keuangan di Sulawesi Selatan tumbuh positif pada periode 2024 ini. Dimana salah satu kinerja keuangan terlihat dari kinerja sektor perbankan yang terdiri dari aset, kredit hingga dana pihak ketiga (DPK) yang mencatatkan pertumbuhan signifikan.
Kepala OJK Regional 6 Sulampua Darwisman mengatakan, pencapaian aset perbankan hingga Januari 2024 mencapai Rp189,76 triliun atau naik 10,03 persen dari periode sebelumnya. Sementara untuk pencapaian aset perbankan di Desember 2023 mencapai Rp192,17 triliun atau naik 10,10 persen dari periode Januari 2022 yang nilainya Rp172,47 persen.
“Pada Januari 2024, kinerja perbankan di Sulsel itu mengalami pertumbuhan yang positif secara year to year (YoY) dengan capaian aset tumbuh 10,03 persen,” katanya di sela-sela Journalist Update Perkembangan Industri Jasa Keuangan Sulsel, di The Foreign Makassar, Selasa, (26/03/2024).
Baca Juga : Tekankan Integritas dan Loyalitas, Wawali Makassar Buka Kegiatan Retret Lurah di Malino
Pertumbuhan lain di sektor perbankan yakni pada pencapaian DPK yang juga tumbuh 10,12 persen dari periode 2023 ke 2024. Dimana per Januari 2024 nilai DPK perbankan mencapai Rp126,85 triliun, sementara pada periode Desember 2023 mencapai Rp127,67 trilun.
Selanjutnya, terang Darwisman untuk pencapaian kredit perbankan juga mengalami pertumbuhan 13,36 persen di periode Januari 2024 dengan nilai sebesar Rp156,69 trilun. Bahkan, kondisi kredit perbankan di Sulsel selama 2023 kondisinya di atas nasional atau tumbuh 13,15 persen atau mencapai Rp157,62 triliun.
“Pencapaian kredit Desember 2023 sebesar Rp157,62 triliun dengan dana masyarakat (DPK) yang dihimpun di perbankan ini juga tumbuh 9,3 persen atau di atas nasional di angka Rp127,67 triliun,” ujarnya.
Baca Juga : Wali Kota Makassar dan Rektor UMI Teken MoU Penguatan Akademik hingga Pemberdayaan UMKM
Kemudian, pada tingkat risiko kredit perbankan di Sulsel juga dinilai masih terjaga pada posisi 3,04 persen. Posisi ini dinilai berada dibawah ambang batas (treshold) OJK sebesar 5 persen.
“Kondisi Non Performing Loan (NPL) untuk bank umum itu 3,04 persen, sedangkan bank perkreditan rakyat (BPR) 3,12 persen. Sementara untuk fungsi intermediasi atau Loan to Deposit Ratio (LDR) mencapai 123,52 persen,” sebutnya.
Meski demikian, lanjut Darwisman, kondisi Sulsel saat ini masih perlu dilakukan upaya yang massif dalam hal intermediasi perbankan. Sebab pada kondisinya hingga Januari 2024 kondisi LDR Perbankan sangat tinggi di Sulsel yakni 123,52 persen. Di mana untuk LDR bank umum periode Januari 2024 sebesar 123,57 persen, dan 120,87 persen untuk LDR BPR.
Baca Juga : Pemerintah Bakal Setop Impor Solar Tahun Depan, FORMID Apresiasi Langkah Menteri ESDM
“Ini mengartikan bahwa antara kredit yang disalurkan di Januari 2024 ini Rp156,69 triliun, sedangkan DPK-nya Rp126,85 triliun tentunya terjadi gep kurang lebih Rp30 triliun. Sehingga kondisi ini masih perlu dilakukan edukasi ke masyarakat,” katanya.
Ia menegaskan, dengan kinerja keuangan yang semakin positif tersebut maka akan semakin menciptakan akselerasi ekonomi yang baik. Sehingga, diharapkan pertumbuhan tersebut ikut memberikan kontribusi positif untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di Sulsel.
“Apalagi memang perbankan ini memiliki share yang sangat besar terhadap industri keuangan di Sulsel, dan khususnya nanti juga akan berkontribusi besar dalam mendukung perekonomian di Sulsel,” tutupnya.