REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR — Pasangan Moh. Ramdhan Pomanto dan Azhar Arsyad (DIA) menawarkan program bagi kelompok disabilitas saat terpilih sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan.
Menurut pasangan calon nomor urut 1 ini, pihaknya akan menyiapkan forum khusus untuk mendengarkan aspirasi dari perwakilan atau komunitas disabilitas.
“Perlu kita buka ruang mendengarkan aspirasi mereka. Buka akses untuk disabilitas,” kata Calon Wakil Gubernur Sulawesi Selatan Azhar Arsyad, dikutip, di Rakyatsulsel.fajar.co.id, Selasa, 3 September 2024, dalam judul berita ”Capai 46 Ribu Pemilih Disabilitas, DIA Siapkan Program untuk Warga Berkebutuhan Khusus”.
Baca Juga : Tekankan Integritas dan Loyalitas, Wawali Makassar Buka Kegiatan Retret Lurah di Malino
Sementara, calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman-Fatmawati Rusdi atau Andalan Hati berjanji akan memperkuat peran kepemudaan dalam pembangunan, serta pelibatan kelompok marjinal. Salah satunya kelompok disabilitas.
Pengamat Politik Ali Armunanto menilai, jika diperhatikan secara spesifik visi misi dari kedua pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan tidak ada yang menyentuh kelompok disabilitas secara kongkrit.
“Tetapi kalau kita mau turunkan lebih jauh, tentu bisa. Karena memang visi misi ini sengaja dibikin general supaya dia bisa di interpretasikan dengan berbagai hal, yang penting ada payungnya disitu, seperti kata-kata inklusif dan segala macamnya,” jelasnya, saat dikonfirmasi, Selasa, (26/11/2024).
Baca Juga : Wali Kota Makassar dan Rektor UMI Teken MoU Penguatan Akademik hingga Pemberdayaan UMKM
Tak hanya itu, kedua pasangan calon juga tidak banyak menyentuh isu penyediaan fasilitas untuk mereka (disabilitas). Termasuk dalam gerakan afirmasi, dan kebijakan afirmatif untuk mengakomodasi kelompok disabilitas.
Termasuk kata Ali, dalam dua kali debat Pilgub Sulsel ini tidak ada yang membahas program kongkrit untuk disabilitas, termasuk pula saat kampanye. Jika pun ada hanya dalam bentuk politik kebijakan. Misalnya, seperti yang ditawarkan DIA yang akan menyiapkan forum khusus kelompok disabilitas. Sementara Andalan Hati yang menyebutkan dalam misi-nya tetapi dinilai tidak juga kongkrit.
“Ini pun patut disayangkan, karena justru pada saat sekarang ini program-program afirmatif yang bisa mengakomodasi kelompok-kelompok rentan seperti disabilitas justru yang harus didorong,” sebutnya.
Baca Juga : Pemerintah Bakal Setop Impor Solar Tahun Depan, FORMID Apresiasi Langkah Menteri ESDM
Pentingnya, mengakomodir secara jelas kelompok rentan seperti disabilitas dalam visi misi kepala daerah sebab akan menjadi acuan dalam mengatur Rencana Pembangunan Jangka Menegah Daerah (RPJMD) dalam masa kepemimpinannya. Sehingga, jika isu tersebut tidak terdapat dalam visi misi maka peluang untuk dilupakan sangat besar, karena tidak ada payung hukum yang mengikat.
“Selalu dibilang ada gerakan inklusif tapi kita butuh yang kongkrit, karena ini akan dikongkritkan di RPJMD, dan ini menjadi acuan dalam pembangunan lima tahun kedepan,” kata Ali.
“Padahal kan kita maunya ada gerakan afirmatif yang mendorong disabilitas. Seperti, penyediaan sarana dan prasarana, pemberdayaan disabilitas, termasuk sampai kependidikan itu menjadi sebuah arus utama juga dalam kebijakan,” katanya lagi.
Baca Juga : Husniah Talenrang Beri Bantuan Pangan ke Warga Miskin Ekstrem di Parangloe
Minimnya pembahasan disabilitas dari kedua pasangan calon juga terlihat dalam debat kandidat. Baik dalam debat kandidat pertama maupun debat kedua. Didalam debat pasangan DIA sama sekali tak pernah membahas soal keberpihakannya dalam kelompok disabilitas. Sementara Andalan Hati hanya disampaikan saat memaparkan visi misi.
”Pembangunan multisektoral yang kami maksudkan juga adalah untuk disabilitas, perempuan dan anak, serta kolaborasi bersama untuk Sulsel yang lebih maju dan berkarakter,” tegas Andi Sudirman saat memaparkan visi misinya di Debat Perdana Pilkada Sulsel 2024.
Ketua Yayasan Pergerakan Difabel Indonesia untuk Kesetaraan (PerDIK) Sulawesi Selatan, Syarif Ramadhan menilai, dalam masa kepemimpinan kedua pasangan calon sebelumnya, juga tidak menjawab seluruh kebutuhan disabilitas melalui regulasi yang dihadirkan. Padahal, disabilitas merupakan kelompok paling rentan dijajaran kelompok rentan lainnya.
Baca Juga : Husniah Talenrang Beri Bantuan Pangan ke Warga Miskin Ekstrem di Parangloe
Seperti Danny Pomanto saat memimpin Kota Makassar, meski dinilai cepat dalam merespon kebijakan-kebijakan nasional yang berkaitan dengan isu disabilitas. Salah satunya, menindaklanjuti Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 70 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Nasional Penyandang Disabilitas yang diturunkan ke daerah melalui rencana aksi daerah.
Tetapi, pada isu aksesibilitas dalam proses pembangunan infrastruktur, termasuk pada gedung-gedung di Pemerintahan Kota Makassar masih sangat jauh dalam inklusifitas, maupun ramah terhadap kelompok disabilitas.
”Tidak terlihat bagaimana dia (Danny) mengintegrasikan isu aksesibilitas dalam proses pembangunan infrastruktur, padahalkan, kalau kita mau ideal sebenarnya kalau bangunan itu dibangun dengan prespektif disabilitas itu akan akses untuk semua, termasuk lansia,” katanya, saat dikonfirmasi Senin, (25/11/2024).
Baca Juga : Husniah Talenrang Beri Bantuan Pangan ke Warga Miskin Ekstrem di Parangloe
Sama halnya pada kepemimpinan Andi Sudirman Sulaiman di Sulawesi Selatan. Di masa akhir jabatannya Andi Sudirman mengangkat 12 tenaga kerja non Aparatur Sipil Negara (ASN) dari disabilitas. Tetapi jika dikaji lebih kritis implementasi tersebut hanya mengarah dari inisiatif pribadi, tidak tertuang dalam bentuk aturan kepala daerah.
”Ini kan menjadi kekhawatiran saat dia tak lagi menjabat, tentu para tenaga non ASN ini akan dipertanyakan kelanjutannya,” jelas Syarif.
Upaya serius dari kepala daerah untuk merancang tata kelola pemerintah berprespektif disabilitas masih jauh dari harapan. Sebab, pemerintah daerah baru akan tertarik mengangkat isu disabilitas jika adanya dorongan atau kolaborasi dari mitra pembangunan. Seperti, Program Autralia, Progam USAID, dan lainnya.
Baca Juga : Husniah Talenrang Beri Bantuan Pangan ke Warga Miskin Ekstrem di Parangloe
”Kami melihat pemerintah provinsi tidak ingin bergerak jika menggunakan anggaran sendiri. Sedikit berbeda di wilayah pemerintah kota karena mereka sedikit mau mengeluarkan anggarannya untuk itu,” terang Syarif.
Keberpihakan kedua pasangan calon terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat dari kelompok disabilitas yang masih belum maksimal dianggap perlu menjadi perhatian untuk dibenahi secara serius. Sehingga sangat diharapkan siapa pun yang nantinya menjadi pemimpin Sulawesi Selatan agar menanamkan prespektif yang nyata kepada kelompok disabilitas, dan dengan program serta regulasi yang jelas.
”Kongkritnya dalam jajaran staf ahli harusnya ada disabilitas. Kenapa?, karena disabilitas sendiri lah yang dapat mengarusutamakan isu kami, jika tidak akan kembali tenggelam, sehingga tidak mengakomodir isu kami,” tutupnya.
Baca Juga : Husniah Talenrang Beri Bantuan Pangan ke Warga Miskin Ekstrem di Parangloe
Sementara, Ketua Pusat Pemilihan Umum Akses Disabilitas (PPUAD) Sulawesi Selatan Hamzah M Yamin mengungkapkan, pemilih disabilitas di Sulawesi Selatan untuk pemilihan kepala daerah ibaratnya membeli kucing dalam karung. Sebab, selain karena persoalan disabilitas di tempat pemungutan suara (TPS) masih belum selesai, juga visi misi dari kedua pasangan calon di Pilkada Sulsel ini tidak sampai ke kelompok disabilitas.
”Di debat pertama itu membahas tentang kesejahteraan, dan aksesibilitas disitu, memang tidak menyebut soal disabilitas. Ada juga paslon yang menyebut soal pemuda, termasuk disabilitas tapi tidak ada pendalamannya,” ungkapnya Pelatihan Cek Fakta: Bicara Pilgub Sulsel, Apakah Visi Misi Cagub Sudah Berpihak Kepada Kelompok Marginal, yang di selanggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Makassar, pada Senin, (18/11/2024) lalu.
Bahkan parahnya selama dua kali debat untuk Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sulsel ini tidak membahas tentang isu kelompok disabilitas. Baik dalam pembacaan naskah pertanyaan dari panelis, maupun saat saling lempar pertanyaan sesama pasangan calon.
Baca Juga : Husniah Talenrang Beri Bantuan Pangan ke Warga Miskin Ekstrem di Parangloe
”Ironinya pemilih disabilitas ini nantinya akan memilih pemimpin yang besar pengaruhnya, sebab mereka sangat jauh dari informasi soal visi misi yang akan dibawakan dalam kepemimpinannya,” terangnya.
Belum lagi, keinginan dari kelompok disabilitas yang ingin mengetahui atau mengakses visi misi calon kepala daerah di Sulawesi Selatan masih sangat kecil. Di tunjang pula dengan latar pendidikan yang rendah, termasuk akses informasi yang masih sulit dijangkau oleh kelompok disabilitas.
”Bahkan kami (disabilitas) tidak ditunjuk sebagai sasaran dalam pendalaman visi misi kedua pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulsel ini,” terang Hamzah lagi.