REPUBLIKNEWS.CO.ID, JAKARTA – Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia, Prof Taruna Ikrar menegaskan komitmen BPOM dalam mendukung percepatan eliminasi Tuberkulosis (TBC) di Indonesia melalui persetujuan pelaksanaan Uji Klinis Fase I Vaksin TB Inhalasi.
Persetujuan ini diberikan setelah BPOM melakukan evaluasi ilmiah komprehensif, mencakup analisis ketat terhadap data preklinis in vitro dan in vivo, yang menunjukkan profil keamanan dan kualitas vaksin memenuhi syarat untuk diuji pada manusia.
“Berdasarkan hasil uji preklinis, baik in vitro maupun pada hewan, vaksin ini menunjukkan tingkat keamanan yang baik. Uji klinis tahap pertama ini sangat penting untuk memastikan keamanan pada manusia, dan jika hasilnya positif, kami siap mendukung kelanjutan ke fase II dan fase III,” ujar Prof Taruna.
Baca Juga : Angkat Ikon Geopark di Bandara Hasanuddin, Gubernur Sulsel: Gerbang Awal Promosi Pariwisata Sulsel
Sebagai bentuk komitmen terhadap jaminan mutu, keamanan, dan khasiat, dirinya bersama tim BPOM juga telah melakukan kunjungan langsung ke fasilitas produksi vaksin di China, memastikan standar GMP, sistem kualitas, dan proses produksi memenuhi persyaratan internasional.
Sekadar diketahui, Indonesia adalah negara terdampak TBC terbesar ke-2 di dunia. Dengan jumlah penduduk besar dan tantangan kesehatan multidimensi, Indonesia menghadapi beban TBC yang sangat tinggi.
Indonesia diperkirakan memiliki sekitar 1.090.000 kasus TBC per tahun, menempatkan Indonesia sebagai negara dengan beban TBC terbesar ke-2 di dunia setelah India.
Baca Juga : Resmi Disetujui, Pemkot dan DPRD Makassar Perkuat Regulasi Kearsipan, Pesantren dan Tata Kelola Keuangan
Pada tahun 2024, upaya pemerintah dalam memperluas deteksi dini, meningkatkan kualitas layanan, dan memperkuat manajemen kasus menghasilkan notifikasi kasus TBC yakni 885.000 kasus.
Angka ini merupakan salah satu capaian terbesar dalam sejarah penanggulangan TBC nasional.
Dari sisi insiden, Indonesia diperkirakan memiliki tingkat insiden pada 388 kasus baru per 100.000 penduduk, menggambarkan masih besarnya tantangan dalam memutus rantai penularan.
Baca Juga : IPM Makassar 2025 Tertinggi di Sulsel, Tembus Peringkat 7 Nasional
Karena itulah eliminasi TBC ditempatkan sebagai prioritas nasional, dengan program unggulan antara lain deteksi dini melalui skrining X-ray portable dan Tes Cepat Molekuler (TCM). Penanganan komprehensif untuk TBC sensitif obat dan resisten obat dan pendekatan multisektor (kesehatan, pendidikan, perlindungan sosial, ketenagakerjaan).
BPOM sendiri mendukung inovasi kesehatan, termasuk riset dan uji klinis vaksin TBC inhalasi. Teknologi vaksin inhalasi menjadi terobosan potensial mengingat TBC adalah penyakit yang ditularkan melalui udara.
Platform ini diharapkan mampu meningkatkan proteksi dan memperluas cakupan intervensi pencegahan.
Baca Juga : Bawa Semangat Solidaritas Antarumat Beragama, Fadel Tauphan Kunjungi Dua Gereja di Malam Natal
Prof Taruna menegaskan bahwa BPOM akan selalu hadir mengawal inovasi berbasis sains, tanpa kompromi terhadap standar keamanan dan mutu.
“BPOM akan terus berada di garis depan dalam memastikan setiap inovasi kesehatan yang masuk ke Indonesia aman, bermutu, dan bermanfaat. Ini adalah bagian dari misi kita menjaga generasi sehat menuju Indonesia Emas 2045,” tutupnya. (*)
