0%
logo header
Rabu, 13 November 2024 14:03

Sejumlah Komunitas dan Kalangan Adat Ikut Seminar Proses Pernikahan Mangkasara’

Chaerani
Editor : Chaerani
Sebanyak 40 peserta yang terdiri dari komunitas dan kalangan adat saat menghadiri Seminar Budaya "Proses Bunting Mangkasara", di Museum Balla Lompoa, kemarin. (Dok. Istimewa)
Sebanyak 40 peserta yang terdiri dari komunitas dan kalangan adat saat menghadiri Seminar Budaya "Proses Bunting Mangkasara", di Museum Balla Lompoa, kemarin. (Dok. Istimewa)

REPUBLIKNEWS.CO.ID, GOWA — Sejumlah komunitas hingga kalangan adat budaya di Kabupaten Gowa mengikuti Seminar Budaya yang digelar Pemerintah Kabupaten Gowa melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Gowa).

Seminar bertajuk “Proses Bunting Mangkasara” atau Pernikahan dengan Adat Makassar berlangsung di Museum Balla Lompoa, Kota Sungguminasa. Dimana dihadiri sekitar 40 peserta yang terdiri dari Keluarga Kerajaan Gowa, weeding organizer (WO), Dewan Kerajaan Gowa (DKG), Komumitas Adat Taeng, dan organisasi kelompok pemuda, dan pihak-pihak lainnya.

“Jadi kita telah melaksanakan kegiatan-kegiatan kebudayaan sejak beberapa hari lalu, kegiatan ini merupakan yang kelima. Dimana tujuannya dalam rangka memperingati Hari Jadi Gowa (HJG) Ke-704 Tahun,” ungkap, Kepala Bidang Kebudayaan Disparbud Gowa Muh Ikbal Thiro, di sela-sela kegiatan, kemarin.

Baca Juga : Angkat Ikon Geopark di Bandara Hasanuddin, Gubernur Sulsel: Gerbang Awal Promosi Pariwisata Sulsel

Lanjutnya, selain itu juga sebagai bentuk kegelisahan dan kekhawatiran dari tokoh adat dan budaya seiring terkikisnya kebiasaan adat. Pasalnya saat ini banyak ditemukan kecenderungan dari generasi muda yang menggunakan istilah dari daerah lain, misalnya akkorongtigi pada prosesi Bunting mangkasara.

“Khusus pada hari ini yang kita bahas adalah proses Bunting Mangkasara yang dilatarbelakangi dari rasa kegelisahan dan kekhawatiran dari sebagian para tokoh budaya dan adat di Gowa terhadap penggunaan istilah dalam prosesi Bunting Mangkasara itu,” terang Ikbal yang juga Ketua Panitia Kegiatan ini.

Sebab, lanjut Ikbal, di kondisi perkembangan saat ini tidak dapat diingkari dan sangkal bahwa generasi muda sekarang ini lenih sering menggunakan daerah lain, ketimbang daerahnya sendiri. Sementara, Makassar maupun Kerajaan Gowa sangat besar dan mempunyai istilah-istilah sendiri dalam pengamanan proses-proses adat pernikahannya.

Baca Juga : Resmi Disetujui, Pemkot dan DPRD Makassar Perkuat Regulasi Kearsipan, Pesantren dan Tata Kelola Keuangan

“Makanya melalui seminar ini kita harapkan dapat menyatukan persepsi bahwa Gowa sebagai suku Makassar memiliki istilah sendiri dalam kegiatan sakral tersebut. Terutama kepada anak-anak kita saat ini,” ujarnya.

Dalam seminar budaya tersebut, Disparbud Gowa melalui Bidang Kebudayaan menghadirkan dua narasumber yang ahli dibidangnya. Antara lain, Direktur Mitologi Bumi Sulawesi Ichwal Ahmadi, dan Budayawan, Hasan Hasyim, serta di dipandu moderator, Ratnawati.

Redaksi Republiknews.co.id menerima naskah laporan citizen (citizen report). Silahkan kirim ke email: redaksi.republiknews1@gmail.com atau Whatsapp +62 813-455-28646