Oleh Fawwas Roihan Fuad (Mahasiswa Fakultas Sastra UMI Makassar, Tinggal di Malang)
REPUBLIKNEWS.CO.ID, — Setelah banyaknya lemparan yang diterima, semua kaca mobil Baracuda 3, 4, dan truk polisi hancur berkeping-keping. Keadaan polisi makin terpojok. Polisi pun terpaksa menggunakan “senjata maut” lagi, gas air mata. Salah seorang polisi entah dari mana mulai menembakkan satu gas air mata ke kumpulan supporter. Meski hanya satu, efeknya begitu menyakitkan. Semua supporter langsung berlari meninggalkan lokasi tanpa pikir panjang. Mereka berusaha menyelamatkan diri masing-masing. Para petugas polisi pun ikut kabur meninggalkan lokasi. Begitu pula dengan dua sahabat bertetangga tadi, segera melarikan diri dari gas air mata. Tapi Rizki masih belum puas. Dia tetap berdiri di tempat, kemudian kembali melempar pring (bambu) yang cukup besar ke truk polisi di depan. Bahkan sampai masuk ke dalam kabin truk, tanpa peduli siapa yang ada di dalam.
Tiba-tiba dari belakang ada temannya yang lebih tua datang menghentikan tindakan Rizki.
Baca Juga : Tertidur di Stadion Kanjuruhan (3) Kok Polisi dari Malang Dilarang?
“Kau nggak ingat temanmu!?,” tegas temannya yang membuat Rizki tersadar bahwa keadaan teman-temannya sekarang sudah tepar (terkapar sangat kelelahan). Akhirnya dia berhenti melempar dan kembali berkumpul dengan kelompoknya.
Kesepuluh sahabat (termasuk Rizki dan Ari) berhasil melalui tragedi mengerikan ini dengan selamat seutuhnya. Mereka langsung pergi ke tempat parkir untuk membawa sepeda motor. Tapi siapa sangka saat semua baru saja tancap pedal gas, ada lagi tembakan gas air mata di belakang mereka.
Rizki dan beberapa temannya terkena sedikit gas air mata. Meski matanya perih, mereka tetap melaju keluar dari Stadion Kanjuruhan. Mereka semua akhirnya sudah keluar dari sarang kematian pada pukul 00.30 WIB, sudah tanggal sudah berpindah ke hari Ahad tanggal 2 Oktober 2022. Mereka mulai pulang ke rumah masing-masing.
Baca Juga : Tertidur di Stadion Kanjuruhan (2) Gerbang Tak Dibuka Sebelum Tim Persebaya Pergi
Saat jam menandakan pukul 01.30, Rizki dan Ari berhenti di Indomaret di dekat lapangan Rampal Malang. Mereka ingin istirahat sejenak dari perjalanan panjang. Rizki memcoba melihat beriita terkait tragedi Stadion Kanjuruhan tadi di media sosial. Ternyata sudah ada 110 korban meninggal dunia. Padahal baru dua setengah jam dari mulainya tragedi, sudah ada ratusan korban. Itu juga belum termasuk yang luka-luka.
Menurut Rizki dan Ari, tragedi ini terasa jika semuanya terencana. Banyak kejanggalan sebelum bentrokan gas air mata terjadi. Yang paling mengganjal adalah para petugas kepolisian yang menjaga stadion. Seharusnya Polisi Malang yang bertugas menjaga pertandingan di Stadion Kanjuruhan karena mereka sudah terbiasa, tapi malah diganti dengan polisi dari daerah lain. Kepolisian Malang malah tidak diperbolehkan memasuki Stadion Kanjuruhan selama pertandingan berlangsung.
Jika dari awal yang menjaga adalah Kepolisian Malang, pasti tidak akan teerjadi hal mengerikan itu. Sebab, Komandan Polresta Malang, Sam Ferli merupakan orang baik hati yang merangkul Arema. Sam Ferli pernah memberitahu kepada seluruh anggota Polresta Malang terkait cara menangani para supporter yang berlebihan tanpa kekerasan. Tapi saat pertandingan akan dimulai, tugas Polresta Malang dalam menjaga Stadion Kanjuruhan telah diganti paksa.
Baca Juga : Tertidur di Stadion Kanjuruhan, Bangun-Bangun ‘Dah’ Tak Karuan
Seharusnya yang ada di dalam stadion adalah polisi brseragam hijau. Namun polisi berseragam hitam elite, atau bisa disebut Brimob yang bertugas menjaga stadion. Dan tentu saja dilengkapi dengan perisai. Bahkan penjaga pintu masuk yang seharusnya berseragam oranye (Marinir), digantikan juga oleh pasukan Brimob berseragam cokelat abu-abu.
Para pekerja steward (pekerja pertandingan) juga tidak diperbolehkan masuk ke dalam stadion, hanya dibatasi sampai pintu masuk saja. Yang di dalam stadion sudah ada petugas sendiri yang dikirim dari Polda Jawa Timur.
Saat gas air mata dimulai ditembakkan, kata Rizki dan Ari, ada satu hal yang mengherankan. Kenapa polisi menembakkan gas air mata ke beberapa tribun secara sengaja. Padahal di sana banyak sekali ibu-ibu dan anak-anak yang ikut menonton. Jika hanya ingin membubarkan supporter Arema yang turun ke lapangan, seharusnya cuma menggunakan satu peluru gas air mata ke tengah lapangan saja. Tidak perlu ke tribun, apalagi sampai ke luar stadion.
Baca Juga : BidDokkes Polda Jatim Pastikan Korban Tragedi Kanjuruhan Sembuh
Terkait jumlah korban meninggal akibat tragedi ini, di media sosial maupun televisi hanya mengatakan korban itu sekitar 100 orang. Padahal sebenarnya sudah mencapai 200 lebih. Terasa ditutup-tutupi secara sengaja. Setelah tragedi itu, Stadion Kanjuruhan mengalami kerusakan yang begitu parah. Sekarang sedang dilakukan renovasi dan perbaikan. Kemudian ada berita yang mengatakan, sepak bola di Indonesia terancam 8 tahun diblokir. Namun itu tidak benar. Arema hanya mendapatkan dua sanksi.
Sanksi pertama, Arema tidak diperbolehkan bertanding di wilayah Malang dan sekitarnya. Hanya diperbolehkan jika jarak dari Malang lebih dari 200 km. Contohnya, Arema masih bisa bertanding di Jakarta. Sanksi kedua, Arema dikenai denda entah berapa.
Pada tanggal 20 Oktober 2022 akan ada gerakan usut tuntas tragedi Stadion Kanjuruhan yang digelar oleh Arema. Para supporter Arema akan turun di Stadion Gajayana pada siang hari. Bukan bertujuan melawan polisi, melainkan ingin menegakkan keadilan dengan mencari dan menetapkan fakta terkait tragedi tersebut. Tapi dua berahabat ini tidak bisa ikut, sebab ada shift kerja.
Baca Juga : BidDokkes Polda Jatim Pastikan Korban Tragedi Kanjuruhan Sembuh
Para supporter Arema diharapkan dapat menahan amarah terhadap polisi. Jika asal melawan polisi, bisa jadi senjata makan tuan. Polisi akan menetapkan supporter Arema sebagai pelaku sebab memulai kerusuhan.
“Bukan berarti aku menyalahkan pihak aparat, hanya saja aku ingin menegakkan keadilan,” ujar Rizki.
Dia tidak ingin main lempar saling menyalahkan. Hanya mau meluruskan dan mengungkap semua fakta yang terjadi. Dan, berharap segera ditemukan pelaku yang mengomando menembakkan gas air mata.
Baca Juga : BidDokkes Polda Jatim Pastikan Korban Tragedi Kanjuruhan Sembuh
Dari tragedi Kanjuruhan tersebut, pasti menciptakan banyak trauma dalam diri pecinta sepak bola. Namun juga memberikan pelajaran bagi semua pihak agar pertandingan ke depan tidak terjadi hal mengerikan seperti ini lagi. Banyaknya korban meninggal hanya cukup sampai di sini saja, Jangan sampai terulang kembali. (*)