REPUBLIKNEWS.CO.ID, JAKARTA — Perkembangan perdagangan karbon di Indonesia menunjukkan tren positif. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat hingga 14 Juli 2025 sebanyak 113 pengguna jasa yang telah memanfaatkan perdagangan karbon.
“Ada kenaikan signifikan terhadap angka pengguna jasa karbon, dari sebelumnya 16 pengguna jasa kini menjadi 113 pengguna jasa,” terang Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar, di sela-sela Peluncuran Buku “Mengenal dan Memahami Perdagangan Karbon bagi Sektor Jasa Keuangan”, di Main Hall Bursa Efek Indonesia, kemarin.
Lanjutnya, secara total volume transaksi yang diperdagangkan sejumlah 1.599,336 ton Ekuivalen Karbon Dioksida (CO2e) atau senilai Rp78 miliar. Sedangkan, pada jumlah retirement yang diajukan sebanyak 980.475 ton CO2e.
Baca Juga : Tekankan Integritas dan Loyalitas, Wawali Makassar Buka Kegiatan Retret Lurah di Malino
Pada harga per unit karbon sebesar Rp58.800,00 atau setara $3,6 untuk unit karbon IDTBS, dan sebesar Rp61.000 atau setara $3,7 untuk unit karbon IDTBS-RE.
Lanjut Mahendra, pada proyek yang didaftarkan sebanyak 8 proyek, terdiri dari PT Pertamina Power Indonesia sebanyak 1 proyek, PT Perkebunan Nusantara IV sebanyak 1 proyek, dan sisanya dari PT PLN Nusantara Power, serta PT PLN Indonesia Power yang tergabung dalam PLN Grup.
“Proyek yang ada merupakan kategori technology based solution (IDTBS) dan berasal dari sektor energi,” terangnya.
Baca Juga : Wali Kota Makassar dan Rektor UMI Teken MoU Penguatan Akademik hingga Pemberdayaan UMKM
Sementara, dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan OJK belum lama ini menyebutkan bahwa perkembangan bursa karbon, sejak diluncurkan pada 26 September 2023 hingga 30 Juni 2025, tercatat 112 pengguna jasa yang mendapatkan izin dengan total volume 1.599.322 tCO2e dan akumulasi nilai Rp77,95 miliar.
