REPUBLIKNEWS.CO.ID, LUWU UTARA – Sebanyak 40 desa di Kabupaten Luwu Utara yang tersebar di 12 kecamatan ditetapkan menjadi lokus penanganan stunting pada 2023.
Penetapan lokus stunting dihasilkan dalam sebuah Workshop Analisis Situasi Program Percepatan Penurunan Stunting yang digelar Bappelitbangda Luwu Utara pada 23 Maret lalu.
Kepala Bappelitbangda Luwu Utara, Alauddin Sukri mengatakan bahwa pemerintah menjadikan pencegahan stunting sebagai salah satu prioritas pembangunan nasional.
Baca Juga : Dari Aduan Warga hingga Layanan Online Terpadu, Wamendagri Akui Digitalisasi Makassar yang Terbaik
“Pemerintah menargetkan untuk menurunkan prevalensi stunting dari 30,8 persen pada 2018 menjadi 14 persen pada 2024,” kata Alauddin saat membuka Workshop Analisis Situasi Program Percepatan Penurunan Stunting tersebut.
Menurutnya, untuk mencapai target tersebut, pemerintah telah menyusun strategi nasional percepatan pencegahan stunting yang diharapkan dapat menjadi acuan bagi semua pihak di tingkat pusat, daerah hingga desa dalam melakukan percepatan pencegahan stunting.
“Salah satu pilar penting yang perlu dilakukan dalam penanganan stunting adalah konvergensi antar program yang berasal dari berbagai sumber pembiayaan, baik APBN, APBD provinsi, APBD kabupaten maupun APBDes,” bebernya.
Baca Juga : Hasil Lengkap CostuMAXI 2025: XMAX, NMAX, Aerox dan Lexi Punya Raja Modifikasi Baru
Hal ini sangat penting, kata Alauddin sebab konvergensi mutlak memang diperlukan. Tanpa adanya konvergensi antar program, katanya, upaya melakukan percepatan pencegahan stunting tidak akan maksimal.
“Percepatan penurunan stunting akan lebih efektif apabila intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif dilakukan secara konvergen ditingkat kabupaten sampai desa. Intervensi gizi ini spesifik menyasar penyebab langsung stunting yang meliputi kurangnya asupan makanan dan gizi serta penyakit infeksi lainnya,” demikian Alauddin. (*)