REPUBLIKNEWS.CO.ID, KENDARI – Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tenggara (Kadis Dikbut Sultra) Asrun Lio dengan lantang menyebut Ali Mazi sebagi Gubernur dengan penuh wawasan.
hal tersebut bukan tanpa alasan, sebab sejak ia menjabat sebagai Liaison Officer Universitas Halu Oleo (LO UHO) pada tahun 2003-2008 sebagai perantara/penyambung Pemprov Sultra dan Kampus UHO banyak hal yang disaksikannya secara langsung terkait tekad Ali Mazi dalam membangun Sultra.
Asrun Lio mengatakan pada saat priode pertama di tiga bulan kepemimpinan Ali Mazi bersama Yusran Silondae yang saat itu menjabat sebagai Wakil Gubernur Sultra. Langsung membuat kejutan dengan mengelar Seminar Nasional dengan mendatangkan sejumlah Mentri pada 25 April 2003.
“Semua dokumen pelaksanan Seminar Nasional dan Lokakarya Regional, guna percepatan pembagunan menuju Sultra Raya tahun 2020. Kebetulan pada saat itu saya bertindak sebagai Ketua pelaksanaan Semitar tersebut,” ungkapnya.
Ia menjelaskan pada saat pelaksaan Seminar Nasional tersebut, pikiran Ali Mazi mulai dibedah oleh berbagai kalangan mulai dari birokrasi, ormas hingga deretan mantan Gubernur Sultra yakni Alala (1982-1992) dan La Ode Kaimoeddin (1992-2003). Bersama para Bupati dan Walikota se-Sultra demi membuat satu konsep pembangunan Sultra Raya di tahun 2020.
“Kenapa beliau langsung berfikir di tahun 2020, sebab menurut ukuran pakar ahli dunia di tahun 2020, memjadi wawasan pembangunan sampai dengan tahun 2020. meskipun beliau hanya menjabat di tahun 2003 hingga 2008, tetapi mungkin dikarnakan mimpi dan doanya dijabah oleh tuhan akhirnya beliau menjabat lebih dari tahun 2020,” ujarnya.
Ia mengatakan untuk mendokumentasikan semua pemikiran-pemikirannya, Ali Mazi membukukan semua programnya sebagai bahan rujukan ke seluruhan Organisai Pemerintah Daerah (OPD) yang ada di Sultra.
Dari sini juga terkuak bahwasanya, pembanguan jembatan penghubung bungkutoko atau yang lebih dikenal dengan jembatan teluk Kendari merupakan gagasan Ali Mazi yang sudah di bukukan sejak tahun 2003 dalam buku program kerja Ali Mazi yang termuat dihalaman 14.
“Salah satu yang sekarang sudah terwujut adalah pembagunan bungutoko atau jembatan teluk Kendari, di halaman 14 dalam buku program kerja Ali Mazi di tahun 2003,” imbuhnya.
Lebih lanjut, kata dia bukan hanya bungkutoko melainkan rencana pembangunan jembatan Tona (Buton Muna) dibaruta juga sudah tertuang dalam buku yang dirilis tahun 2003 itu.
“Allhamdulilah dengan datangnya Mentri PU (Pekerjaan Umum) baru-baru ini, dengan presentasi Gubernur mengenai pembagunan jembatan penghubung Tona (Buton-Muna) sudah mendapat restu dan akan dimulai di bangun di tahun 2021,” tuturnya.
Asrun Lio juga mengatakan tipekal Ali Mazi adalah sosok pemimpin yang selalu mendokumentasikan pemikiran-pemikiranya dalam sebuah buku yang menjelaskan tentang projeknya untuk membangun Bumi Anoa.
“Contohnya saja program Garabarata (Gerakan Aselerasi Pembaguna Daratan dan Lautan) menjadi acuan semua semua OPD dalam membambatu pembangunan yang ada di Sultra,” ujarnya.
Dalam program Garabarata yang di bukukan dalam buku yang bertajub “Sultra Dalam Pikiran Ali Mazi” memuat lima program di antaranya, Sultra Cerdas, Sultra Sehat, Sultra Beriman dan Berbudaya, Sultra Produktif serta Sultra Peduli Kemiskinan yang sudah menjadi agenda kerja di Pemprov Sultra.
“Buku Sultra Dalam Pikiran Ali Mazi itu memuat gagasan serta pemikirannya baik pada masa yang lalu maupun masa sekarang. Semua itu di rangkum mulai dari buku terdahulu hingga teranyar itu semua di bukukan dari hasil pidato-pidato beliau dilantik sampai dengan September 2019,” ungkapnya.
Tidak hanya sampai disitu saja, Asrun Lio juga mengungkap bahwa Ali Mazi sebagai pelopor ide utama pembanguan kampus Kedokteran yang ada di Sultra.
Ia menjelaskan hal sebab efek dari sulitnya menemukan tenaga dokter ahli pada saat kepemimpinan awalnya di Sultra pada priode 2003-2008.
“Memang saat itu, Ali Mazi sangat merasakan betapa sulitnya mencari Dokter di awal kepemimpinan di tahun 2003-2008, olehnya itu pak Ali Mazi yang saat itu juga menjabat sebagai Ketua Dewan Penyantun memanggil dan berdiskusi bersama para rektor di rumah jabatannya untuk berfikir tentang pendirian Fakultas Kedokteran,” bebernya.
Diakuinya sebagian surat-surat tentang domumentasikan pembanguan Fakultas Kedokteran itu, ia simpan sebab saat itu Asrun Lio masih menjabat sebagai LO penghubung antara Kampus dan Pemprov.
Ia menjelaskan saat itu Gubernur mengundang anggota senat dan DPRD untuk mendiskusikan tentang pendirian fakultas kedokteran. Berangkat pembahasan tersebut, Rektor mengundang DPRD Sultra bersama Bupati dan Walikota se- Sultra guna membahas mekanisme seleksi penerimaan dan dukungan pemerintah kabupaten-kota dalam bentuk ikatan Dinas.
“Jadi konsep awalnya Kabupaten-Kota mengirim lima sampai Sepuluh pelajar, yang di tanggung oleh pemda setempat. Termaksut dengan pembagunan gedung kedokteran pertama itu di bangun atas bantuan Pemda kabupaten-kota yang ada diSultra, dan itu semua merupakan inisiatif Ali Mazi untuk membangun Sultra,” tuturnya.
Ia menambahkan berangkat dari prestasi dan Inovasi yang diwujutkanua dalam kerja nyatanya, Ali Mazi mendapatkan penghargaan atas jasa-jasanya beliau dalam mempercepat pembagunan fakultas kedokteran.
Pun begitu, Asrun Lio mengakui dari sisi administrasi kelengkapan berkas-berkas pembagunan fakultas Kedokteran Ali Mazi tidak terlibat langsung, sebab semua kelengkapan kelayakan pembanguan Fakultas Kedokteran diselesaikan oleh pihak Universitas.
“Tetapi dari sisi supor, dukungan, penyedian fasilitas dan ide itu di gagas oleh Gubernur,” ucapnya. (Akbar Tanjung)
Regional 10 Oktober 2025 17:59