REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR – Mahasiswa aktif mengajukan sejumlah pertanyaan kepada Wakil Bupati Barru, Abustan Andi Bintang, dalam sesi diskusi dan tanya jawab bedah buku Diskresi Inovasi Pemerintah Daerah, Rabu (3/12/2025). Pertanyaan itu menyoroti strategi kepemimpinan, budaya inovasi aparatur sipil negara, serta cara memandang masa depan sebagai pemimpin visioner.
Seorang mahasiswa menilai budaya birokrasi masih diwarnai rasa takut mengambil keputusan karena khawatir salah. Ia meminta penjelasan strategi Pemerintah Kabupaten Barru dalam membangun budaya kerja yang mendorong inovasi secara bertanggung jawab.
Menanggapi hal itu, Abustan menegaskan keberanian berinovasi harus dimulai dari pemimpin.
Baca Juga : Pj Sekda Barru Hadiri Wisuda Sarjana ke-26 Universitas Muhammadiyah Barru
“Birokrasi boleh salah, tapi tidak boleh bohong. Pemimpin harus memberi ruang kepada staf agar berani berinovasi,” tegasnya.
Ia mengungkapkan Pemkab Barru membuka ruang inovasi bagi seluruh ASN dan memberi penghargaan bagi ide terbaik. Dalam seleksi inovasi yang digelar sepekan sebelumnya, lebih dari 100 peserta ikut berkompetisi dan 13 orang terpilih sebagai inovator terbaik.
Menurutnya, reward tidak harus berupa uang. Pemerintah dapat memberikan sertifikat, kesempatan pengembangan karier, atau prioritas jabatan sebagai bentuk apresiasi.
Baca Juga : Bupati Barru Hadiri Peringatan Hari Juang Infanteri ke-77 di Kodam XIV Hasanuddin
Abustan juga menyoroti hambatan besar inovasi birokrasi, yakni keterlibatan ASN dalam politik praktis.
“ASN tidak boleh terlibat politik. Kalau terlibat, pasti tidak bisa berinovasi. Pola pikirnya hanya politik,” ujarnya.
Ia menegaskan komitmen dirinya bersama Bupati Barru untuk menertibkan ASN, guru, dan kepala desa agar tidak terseret kepentingan politik yang berpotensi menghambat pembangunan daerah.
Baca Juga : Pemkab Barru Pastikan Pengamanan Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 Aman dan Kondusif
Pertanyaan berikutnya datang dari mahasiswa Program Studi ABSP tentang cara pemimpin melihat masa depan 50 hingga 100 tahun ke depan, sebagaimana konsep visionary leadership.
Abustan menekankan pentingnya menjadi manusia pembelajar.
“Don’t stop to learn. If you don’t learn, you don’t change. If you don’t change, you die,” katanya.
Baca Juga : Bupati Barru Terima Audiensi IPEMI Sulsel, Bahas Pembentukan PD dan Peringatan Hari Ibu
Menurut dia, hanya pemimpin berpengetahuan dan berwawasan luas yang mampu membaca arah perubahan dunia. Ia mencontohkan tantangan era volatility, uncertainty, complexity, ambiguity atau VUCA, serta pesatnya transformasi digital. Pemimpin masa depan, kata dia, harus memahami teknologi, data, dan tren ekonomi global.
“Hanya ilmu pengetahuan yang bisa melihat masa depan. Tanpa itu, tidak mungkin kita menata pembangunan 50 sampai 100 tahun ke depan,” jelasnya.
Menutup jawabannya, Abustan menyebut hulu inovasi berada di perguruan tinggi dan lembaga penelitian. Pemerintah daerah berperan mengambil, meniru, lalu memodifikasi inovasi tersebut sesuai kebutuhan daerah.
Baca Juga : Bupati Barru Terima Audiensi IPEMI Sulsel, Bahas Pembentukan PD dan Peringatan Hari Ibu
Ia mencontohkan inovasi lada perdu dari IPB dan ayam alope dari Unhas yang mulai diterapkan di Barru.
“Inovasi tidak harus pakai uang. Inovasi berangkat dari ide, gagasan, dan keberanian. Tanpa keberanian, inovasi tidak ada,” tegasnya.(*)
