REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAROS — Sangat memprihatinkan perasaan orang, saat melihat kondisi rumah Sannari (43) warga Lingkungan Suli-suli, Kelurahan Bontoa Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, dimana puluhan tahun hidup seorang diri di rumah reot peninggalan kedua orang tuanya.
Tidak saja reot, atap rumah Sannari terlihat hancur dan bocor, ditambah lagi hampir seluruh dinding rumah ditempeli puluhan kain spanduk dan kain karung bekas, guna menutupi badan rumah yang hancur dimakan masa. Dan apabila hujan mengguyur, maka lantai rumah dipenuhi air hujan.
Sannari bercerita panjang lebar terkait kondisi yang dialami selama puluhan tahun kepada awak media. Ia mengaku hidup sebatang kara sejak kedua orangtuanya meninggal dunia.
Baca Juga : PLN UIP Sulawesi dan Polda Sulsel Komitmen Jaga Infrastruktur Ketenagalistrikan Berkelanjutan
“Seorang diri saya hidup di rumah ini, semenjak ditinggal mati kedua orang tua saya”, ujar Sannari dalam bahasa khas Makassar, Selasa (21/01/2020) kemarin.
Lanjut Sannari, kendati rumah peninggalan orang tuanya ini berlabel rumah tangga miskin, namun tidak pernah tersentuh bantuan dari pemerintah maupun bantuan lainnya.
“Sudah lama sekali, bantuan beras miskin (raskin) saya terima, namun hingga sekarang bantuan tersebut tidak pernah saya terima lagi, kendati harus dibeli dengan uang sendiri”, ujarnya lemah.
Baca Juga : Terima Penghargaan KIP, Pemkab Gowa Ciptakan Keterbukaan Pelayanan Informasi Publik
Hingga sekarang, Sannari masih tetap berharap ada bantuan bedah rumah agar layak ditinggali untuk berteduh kepada pemerintah.
“Saya berharap sekali ada bantuan bedah rumah agar saat hujan menerjang tidak masuk air di rumah. Begitupun saat angin kencang atap rumahnya yang terbuat dari pelepah nipah rusak dan berjatuhan,” ucap Sannari lesu.
Bahkan untuk bertahan hidup ia biasanya membantu orang memotong padi. Namun saat ini ia tak lagi karena sebagian besar sudah menggunakan mobil pemotong padi.
Baca Juga : Indosat Berbagi Kasih: Anak-anak Nikmati Kehangatan dan Sukacita Natal
“Saat ini, untuk memenuhi kebutuhan makan sendiri, saya hanya membantu orang jemur padi, dari sana saya diberi satu hingga dua karung padi, untuk dipakai makan,” jelasnya.
Begitupun dengan kebutuhan lauknya, ia langsung pergi memancing ikan. “Biasanya untuk pemenuhan kebutuhan lauk sehari-hari, biasanya saya lebih banyak memancing apabila tidak ada tetangga yang kasih,” ujar Sannari.
Harapan untuk mendapatkan bantuan bedah rumah, diaminin salah seorang tetangga, Taira (40) dimana menurutnya sudah lama mengajukan permohonan bedah rumah, namun hingga sekarang tidak kunjung terealisasi.
Baca Juga : Perkuat Penerapan K3, PLN UIP Sulawesi Lakukan Management Patrol di GI Punagaya
“Sejak 2012, saya coba membantu masukan permohonan bedah rumah milik Sannira yang rusak parah ke dinas terkait, namun bergantinya tahun hingga sekarang, tidak kunjung ada kabarnya. Dan saya berharap pemerintah bisa memperhatikan tetangga saya ini, yang telah menjalani puluhan tahun hidup dengan kondisi yang sangat memprihatikan dan bisa membahayakan jiwanya,” pungkasnya. (Thamzil)
