REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR — Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulawesi Selatan menyebtukan, Sulawesi Selatan memiliki lima sektor utama yang konsisten mendorong pertumbuhan ekonomi tiap tahunnya. Dari kelima sektor tersebut salah satunya ditopang dari sektor pertanian.
“Ada lima sektor yang memacu pertumbuhan ekonomi di Sulsel yakni, pertanian, perdagangan, industri pengolahan, konstruksi, dan infokom. Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan konsisten menyumbang sekitar 20 persen PDRB Sulsel dengan rata-rata pertumbuhan 3,88 persen (yoy) dalam kurun waktu 3 tahun terakhir,” kata Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi Sulawesi Selatan M. Firdauz Muttaqin, di sela-sela Talkshow “Peluang & Tantangan Implementasi Digital Farming Dalam Mendorong Produktivitas Sektor Ekonomi di Sulawesi Selatan”, di Grand Ballroom Hotel Unhas, Selasa, (24/10/2023).
Namun, menurut Firdaus, khusus pada sektor pertanian terdapat sejumlah permasalahan yang menghambat untuk dapat berkontribusi lebih baik dalam meningkatkan perekonomian Sulsel ke depan. Pertama, luas lahan pertanian di Sulawesi Selatan cenderung mengalami penurunan dari 2022 dibandingkan 2020.
Baca Juga : Angkat Ikon Geopark di Bandara Hasanuddin, Gubernur Sulsel: Gerbang Awal Promosi Pariwisata Sulsel
Data Program Strategi (PS) menunjukkan bahwa luas lahan pertanian di Sulsel pada 2022 adalah 3,652 Juta hektare (Ha) turun sebesar -0,09 persen, jika dibandingkan 2020 yaitu 3,656 juta Ha. Selanjutnya, tingkat produktivitas produksi padi di Sulsel juga cenderung mengalami penurunan.
“Rata-rata produktivitas produksi padi terhadap lahan pertanian di Sulsel mengalami penurunan sebesar -0,23% per tahun dalam kurun waktu 2011 hingga 2020,” katanya.
Lebih lanjut, kondisi lainnya pada jumlah petani di Sulsel pada Periode Februari 2023 mencapai sebanyak 1,58 Juta orang, kondisi ini mengalami penurunan sebesar 0,03 juta atau -1,89 persen dibandingkan periode Februari 2022 yang mencapai 1,61 juta orang.
Baca Juga : Resmi Disetujui, Pemkot dan DPRD Makassar Perkuat Regulasi Kearsipan, Pesantren dan Tata Kelola Keuangan
Lanjut Firdaus, melihat kondisi tersebut, diperlukan suatu strategi yang kiranya dapat mendorong sektor pertanian di Sulsel untuk dapat berkembang dan berkontribusi lebih baik. Salah satunya yaitu mengimplementasikan teknologi pertanian dan teknik digital farming.
Melalui digital farming, petani diharapkan dapat meningkatkan akurasi dan presisi dari penggunaan sumber daya pertanian dengan menghasilkan output yang optimal dengan bantuan otomasi IoT (internet of things).
“Peralatan IoT yang digunakan dapat mengatur waktu dan kuantitas irigasi, penggunaan pupuk, sesuai dengan faktor cuaca, keadaan tanah, faktor lainnya sesuai dengan kebutuhan tanaman secara akurat. Platform Digital juga dapat memperluas akses petani baik dari sisi akses permodalan maupun akses pasar,” ujarnya.
Baca Juga : IPM Makassar 2025 Tertinggi di Sulsel, Tembus Peringkat 7 Nasional
Sementara, Ekonom Ahli Kantor Perwakilan Wilayah BI Sulsel Febrina mengungkapkan, Bank Indonesia mendorong 33 kantor perwakilan di daerah untuk mengembangkan Klaster Petani dan UMKM binaan dengan memberikan eksposur digital farming.
Ia menyebutkan, hingga 2023 telah terdapat 93 UMKM atau petani yang dilibatkan dalam program Digital Farming.
“Outcome yang diperoleh yaitu UMKM dan Klaster Binaan memperoleh akses pemasaran yang lebih luas dengan adanya peningkatan kualitas pada produk yang dihasilkan,” terangnya.
Baca Juga : Bawa Semangat Solidaritas Antarumat Beragama, Fadel Tauphan Kunjungi Dua Gereja di Malam Natal
Khusus di Sulawesi Selatan, katanya, BI Sulsel memberikan pendampingan dan bantuan terhadap Gapoktan Harapan Jaya di Kabupaten Gowa sebagai produsen padi dengan luas lahan 270 Ha. Bantuan yang diberikan yaitu berupa bantuan teknis untuk penanaman menggunakan Pola Tanam Hazton, Alat Sensor, dan akses kerja sama terhadap platform digital mitra Bank Indonesia.
Sejauh ini, dampak yang diperoleh Gapoktan yaitu adanya peningkatan produktivitas produksi padi, akses pasar yang lebih luas melalui online platform digital yang digunakan.
“Ke depan, BI Sulsel akan terus mendorong peningkatan sektor pertanian Sulsel melalui implementasi strategi yang tepat guna dan didukung oleh kebijakan yang berbasis riset dengan dukungan Lembaga universitas di daerah,” ujar Febrina.
Baca Juga : Bawa Semangat Solidaritas Antarumat Beragama, Fadel Tauphan Kunjungi Dua Gereja di Malam Natal
Di tempat yang sama, Platform Agree Telkom Hikmatullah Insan Purnama mengatakan, riset yang dilakukan Telkom menyimpulkan bahwa dengan menerapkan digital farming sejumlah manfaat dapat dihasilkan petani.
“Petani dapat meningkatkan produktivitas sebesar 40 persen, menurunkan penggunaan air dan nutrisi sebesar 40 persen, dan menurunkan 50 persen biaya operasional,” terangnya dalam pemaparan materinya.
Hal yang sama dikatakan praktisi digital farming selaku Chief Executive Officer (CEO) PT Habibi Digital Nusantara Irsan Rajamin. Menurutnya, implementasi digital farming dari mitra platform tersebut secara rata-rata berhasil meningkatkan profit sebesar 67 persen dan produktivitas sebesar 19 persen. Capaian peningkatan produktivitas tersebut diperoleh karena petani dapat menghemat penggunaan sumber daya, seperti air, pupuk, dan saprodi.
Baca Juga : Bawa Semangat Solidaritas Antarumat Beragama, Fadel Tauphan Kunjungi Dua Gereja di Malam Natal
“Karena petani dapat menggunakan data yang diperoleh dari perangkat teknologi digital IoT untuk memenuhi kebutuhan tanaman secara akurat. Sehingga, petani tidak lagi menggunakan intuisi semata dalam melakukan budidaya,” sebutnya.
Namun demikian, terdapat sejumlah tantangan dalam mengimplementasikan digital farming, khususnya di wilayah Sulawesi Selatan. Antara lain, adanya kendala konektivitas dari petani yang tinggal di wilayah yang belum dapat dijangkau oleh sinyal BTS jaringan telekomunikasi, masih rendahnya literasi digital petani, perlunya pendampingan yang intensif pada awal mula penerapan digital farming, serta diperlukannya sinergi lintas lembaga untuk memajukan sektor pertanian.
Sekadar diketahui, talkshow “Peluang & Tantangan Implementasi Digital Farming Dalam Mendorong Produktivitas Sektor Ekonomi di Sulawesi Selatan” yang digelar BI Sulsel merupakan bagian dari kegiatan publikasi Laporan Perekonomian Provinsi (LPP) yang disusun setiap triwulan kepada stakeholders di daerah. Dimana hal ini disampaikan dalam bentuk diseminasi.
Baca Juga : Bawa Semangat Solidaritas Antarumat Beragama, Fadel Tauphan Kunjungi Dua Gereja di Malam Natal
LPP merupakan satu-satunya laporan perekonomian di tingkat regional yang membahas mengenai pertumbuhan ekonomi, keuangan daerah, inflasi, sistem pembayaran, stabilitas sistem keuangan, kesejahteraan. Tujuan dari kegiatan diseminasi LPP ialah untuk memberikan pemahaman dan awareness kepada pemerintah dan stakeholders di daerah terkait perkembangan ekonomi terkini, outlook ekonomi ke depan, serta strategi dalam pembangunan ekonomi daerah.
