REPUBLIKNEWS.CO.ID, KUKAR – Bupati Kutai Kartanegara (Kukar), Aulia Rahman Basri, mengeluarkan seruan tegas kepada masyarakat untuk menghentikan praktik peracunan ikan yang kian mengancam kelestarian lingkungan perairan, khususnya habitat pesut Mahakam.
Dalam pernyataan resminya usai rapat koordinasi lintas sektor, Jumat (05/07/2025), Aulia mengungkapkan bahwa temuan terbaru menunjukkan tren kematian pesut Mahakam lebih dominan disebabkan oleh keracunan yang mencemari sungai. Ia menekankan bahwa jika tidak segera dihentikan, praktik meracuni ikan akan mempercepat punahnya spesies endemik Kalimantan Timur tersebut.
“Dari hasil rapat koordinasi kemarin, kita mengetahui bahwa penyebab kematian pesut sekarang ini lebih cenderung karena proses keracunan. Ini sangat serius,” ujarnya.
Baca Juga : DPMD Kukar Perkuat Tertib Arsip, 152 Berkas Lama Dimusnahkan
Bupati secara khusus mengimbau warga di sekitar Danau Semayang dan Desa Pela, Kecamatan Kota Bangun, untuk meninggalkan metode penangkapan ikan yang merusak lingkungan. Ia menegaskan bahwa peracunan tidak hanya merusak ekosistem air, tetapi juga berdampak langsung terhadap populasi pesut Mahakam yang kian menurun.
“Kalau praktik itu tetap dilakukan, kami akan berkolaborasi dengan Polres Kutai Kartanegara untuk mengambil tindakan tegas, baik berupa himbauan maupun penindakan pidana sesuai ketentuan hukum yang berlaku,” tegasnya.
Pemkab Kukar, lanjut Aulia, berkomitmen menjaga kelestarian hayati perairan melalui pendekatan edukatif dan penegakan hukum. Pelibatan aparat kepolisian merupakan bagian dari strategi penanganan terpadu untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada lingkungan perairan.
Baca Juga : DPMD Kukar Perkuat Digitalisasi Desa Lewat Ekosistem Keuangan Inklusif
Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) merupakan satwa yang dilindungi dan menjadi simbol penting bagi konservasi biodiversitas di Kalimantan Timur. Keberadaannya tidak hanya memiliki nilai ekologis, tetapi juga kultural bagi masyarakat pesisir Sungai Mahakam.
Bupati Aulia menambahkan bahwa pihaknya akan memperkuat edukasi kepada masyarakat melalui kerja sama dengan Dinas Perikanan, Dinas Lingkungan Hidup, dan lembaga swadaya masyarakat. Harapannya, masyarakat bisa beralih ke metode penangkapan ikan yang ramah lingkungan tanpa harus merusak ekosistem.
“Melindungi pesut Mahakam adalah tanggung jawab kita bersama. Jika tidak dimulai dari sekarang, generasi mendatang mungkin hanya bisa mengenalnya dari gambar dan cerita,” pungkasnya.